Ini untuk joanakristabeltari ❤ Cepat sembuh!
💣💣💣
"Dia bilang, kamu mau nggak jadi pacar aku?" Kataku pada Tita. Aku memang mengajaknya bertemu untuk makan siang disebuah kafe. Selain itu tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menceritakan tentang Topan.
"Oh, ya? Terus kamu bilang apa?" Tanya Tita sambil menyeruput minumannya.
"Aku nggak ngomong apa-apa. Bingung. Habisnya pertama dia bilang aku sama dia cuman teman doang, terus dia minta aku jadi pacar dia. Kan ngebingungin."
"Yaelah, Asia. Tinggal bilang 'iya, aku mau', gitu aja susah banget."
"Habisnya waktu itu deg-degan banget. Pengen ngomong, tapi suara aku nggak bisa keluar."
"Terus Topan bilang apa?"
"Dia ketawa aja, Ta. Terus ngacak rambut aku. Dia bilang nanti boleh aku jawab kalau aku udah siap. Anggap aja itu lagi gladi resik. Gitu katanya."
"Hahaha. Habisnya kamu nggak jawab sih." Ucapan Tita sepertinya memang benar. Topan juga pasti bingung karena aku tak meresponnya.
"Eh, Sia. Kita pulang, yuk. Udah jam dua nih. Jam lima nanti ada arisan dirumah, bisa marah-marah nyokap kalau aku nggak bantuin," lanjut Tita.
"Iya. Makasih ya, udah luangin waktu buat dengar cerita aku."
"Santai, kayak sama orang lain aja." Jawab Tita seraya menyenggol lenganku.
Aku dan Tita segera keluar dari kafe untuk menunggu taxi, karena memang didaerah ini jarang ada angkutan umum yang lewat. Rumahku dan rumah Tita tidak searah. Oleh karena itu, ketika ada taxi yang datang, Tita pergi duluan meninggalkanku.
Sudah sekitar dua puluh menit aku menunggu, tapi tak ada satupun taxi yang lewat. Aku mengambil ponsel, berencana menelpon Bang Arsya. Mudah-mudahan dia tidak sibuk, jadi bisa menjemputku disini. Tapi Bang Arsya sama sekali tidak mengangkat teleponku.
"Sia, kamu mau kemana?" Aku sedikit kaget ketika ada seseorang menyapaku. Ternyata itu Daniel. Ia duduk didalam sebuah mobil yang berhenti tepat didepanku.
"Aku mau pulang, bang. Tadi habis ketemu teman. Bang Daniel dari mana?"
"Dari pasar, Sia. Tadi disuruh nyokap belanja, mau bikin kue katanya."
Aku hanya mengangguk pelan. Tidak tahu mau bicara apa lagi. Daniel pun sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Namun akhirnya dia membuka suara.
"Ya udah. Aku anterin kamu aja. Tapi kita nganterin barang-barang ini dulu kerumah aku. Mau nggak?"
Aku tak langsung menjawab. Aku sedang memikirkan cara menolak yang halus agar Daniel tidak tersinggung. Bukan apa-apa. Aku hanya takut merepotkan Daniel. Kasihan kalau dia harus bolak-balik mengantarku pulang.
"Jam segini, jarang ada taxi yang lewat. Gimana? Mau, yah?" Kata Daniel lagi.
"Nggak apa-apa nih, bang? Aku takut ngerepotin."
"Santai, kayak sama orang lain aja." Ucapan Daniel sontak membuatku menyunggingkan senyum. Bagaimana tidak? Kata-katanya sama persis dengan yang diucapkan Tita tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASIA.
Non-FictionBanyak yang bilang move on itu bukan tentang melupakan, tetapi mampu bersikap biasa saja jika mendengar namanya atau mengingat kenangannya. Setidaknya, itu yang dipikirkan Asia tentang perasaannya sendiri. Move on dari seseorang yang dicintainya sel...