Banyak yang bilang move on itu bukan tentang melupakan, tetapi mampu bersikap biasa saja jika mendengar namanya atau mengingat kenangannya. Setidaknya, itu yang dipikirkan Asia tentang perasaannya sendiri. Move on dari seseorang yang dicintainya sel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada yang suka mereka? Kalo ada, Lo temen Gue!
****
Hari senin menuju minggu itu terasa sangat lama. Namun, hari minggu menuju senin itu begitu cepat. Jadi, karena ini adalah hari sabtu, berarti harus dimanfaatkan untuk bangun tidur lebih lama dari biasanya. Itulah yang aku pikirkan. Semalam sebelum tidur, sengaja kumatikan alarm di handphone-ku.
Aku mempererat pelukanku pada bantal guling dan menaikan selimut menutupi wajahku ketika ada suara menggangguku. Siapa yang dengan tega membuyarkan mimpiku pagi-pagi begini? Padahal aku sedang bermimpi bertemu Chris Evans. Ingin sekali kujambak rambutnya kalau saja itu bukan abang semata wayangku.
"Apaan sih? Asia nggak ulang tahun. Lagian, ini masih pagi banget, bang. weekend pula. Pengen aku manfaatin buat tiduran. Kan, senin sampe jumat, nggak bisa gini.
"Ini udah jam delapan juga. Pokoknya bangun. Ayo, dong. Temenin abang jalan-jalan." Bang Arsya menarik selimutku sampai ke kaki.
Asia ngantuk banget. Udah, abang pergi sendiri aja." Aku kembali menarik selimutku.
Bang Arsya tak patah arang. Ia naik ke tempat tidur dan menggelitikiku sampai aku tak kuasa menahan tawa sampai mulutku terasa keram.
Dengan terpaksa aku menuruti permintaan Bang Arsya. "Ampun, bang. Aku nurut. Aku siap-siap dulu."
Aku mengenakan T-shirt putih polos, high-waisted jeans berwarna biru dan sneakers hitam andalanku. Tak lupa kukenakan oversizedsweter hitam agar tidak kepanasan diperjalanan dengan motor nantinya. Sementara Bang Arsya mengenakan hoodie berwarna hitam dan celana jeans juga sneakers berwarna senada. Sudah seperti malaikat pencabut nyawa di film-film yang kutonton.
"Kita mau kemana sih, bang?" Tanyaku pada Bang Arsya yang duduk dimeja makan sambil menikmati segelas kopi yang dibuatkan
"Udah, ikut aja."
"Sebentar sebelum pulang, kita mampir ke toko buku, yah. Ada buku yang mau dibeli."
"Siap, tuan putri. Yuk, pergi. Ibu, kita pamit." Bang Arsya langsung pergi tanpa menghabiskan kopinya bertepatan dengan datangnya ayah.
"Mau kemana kalian?" Tanya ayah.
"Mau buku Asia, yah. Asia pamit." Aku menyalami tangan ayah dan ibu serta Mbok Sum.
Tak ada ucapan hati-hati dari ayah. Beliau sibuk kembali dengan handphone-nya. Sementara ibu tersenyum dan berbisik untuk dibawakan martabak kalau pulang nanti.