Aku baru selesai kuliah setelah waktu menunjukkan pukul 11.45 WIB. Kemudia Nilam mengajakku ke kantin. Aku mengiyakan, karena memang sedang lapar. Sampai di kantin, Nilam memilih tempat dibagian sudut kanan karena hanya tempat itu yang kosong. Aku meminta tolong Nilam untuk memesan makanan dan minuman yang sama dengan pesanannya. Aku lebih memilih duduk sambil melihat sekeliling sambil mencari Topan.
Sudah semenjak hari dimana Topan mengajakku pergi, dia tak pernah lagi menghubungiku. Bahkan tak pernah lagi menemuiku dikantin. Aku pernah menelponnya, tapi nomornya tidak aktif.
Lamunanku terhenti kala ponsel didalam tasku bergetar. Ternyata dari Tita.
"Hallo, Ta."
"Kamu dimana? Sebentar aku nginap dirumah kamu, yah. Ayah sama bunda lagi ada urusan keluar kota. Biasa lah tentara suka gitu. Males banget harus sendirian dirumah sama bibi."
"Iya iya. Datang aja, Ta."
"Kenapa sih? Lagi bete yah? PMS? Atau galau sama Topan? Eh gimana kamu sama Topan?"
"Isss! Apaan sih? Nggak ada urusannya sama dia. Malas banget ngomongin dia.
"Eh, kok gitu? Kenapa, sih? Cerita dong."
Aku menceritakan semuanya pada Tita. Tita menyarankanku untuk mencari Topan ke fakultas ekonomi. Awalnya, aku tak menyetujuinya. Terlalu gengsi dan malu untuk terlebih dahulu mencarinya. Namun, karena Tita terus membujuk, akhirnya kusetujui juga usulannya.
Aku menekan tombol merah menutup sambungan telepon dengan Tita bersamaan dengan datanya Nilam diikuti pelayan kantin yang mengantar makanan kami.
"Lam, kita udah nggak ada jam kuliah lagi kan hari ini?"
"Iya. Tadi mata kuliah terakhir. Kenapa?"
"Mau pergi, ke fakultas ekonomi."
"Nyari Topan, yah?"
"Kok, tahu?"
"Kemaren ketemu sama Topan di parkiran. Dia nanyain kamu. Tapi aku bilang kamu udah pulang. Jadi kita ngobrol gitu deh."
"Kok, kamu nggak kasih tau aku?"
"Lupa, Sia. Maaf."
"Iya. Enggak apa-apa, kok."
Selesai makan, aku langsung menuju fakultas ekonomi yang berjarak hanya lima ratus meter dari kantin. Ini pertama kalinya aku datang ke fakultas ini. Aku tidak mengenal siapa pun selain Topan. Aku bingung harus mulai mencari dari mana.
Semuanya terasa asing. Apalagi gaya berpakaian. Anak-anak fakultas ekonomi sangat rapi. Dari gaya rambut sampai sepatu harus bersih dan rapi. Mahasiswi disini pun harus berdandan cantik dan kadang harus memakai rok. Sedikit berbeda dengan mahasiswa di fakultas kami. Rapi memang, mahasiswi kami pun berdandan cantik. namun akan luntur ketika disuruh dosen untuk turun ke lahan pada siang bolong.
Aku melihat sekeliling. Di tangga bagian depan ada dua orang yang kupikir pasangan kekasih yang sedang mengobrol. Ingin bertanya, tapi takut mengganggu. Akhirnya kuputuskan untuk bertanya pada lima anak lelaki yang sedang nongkrong di bangku depan fakultas.
"Permisi, Kak."
"Iya."
"Saya mau tanya. Kenal Topan, nggak?"
"Jurusan apa emangnya?"
Shit! Aku menggerutu dalam hati karena sama sekali tidak mengetahui jurusan yang Topan pilih. Segera Aku memberitahu nama lengkap Topan, sambil berharap ada yang mengenalnya.
"Aduh, maaf, dek. Kita enggak kenal. Aku kenal, sih, yang nama Topan, tapi nama lengkapnya topan halilintar. Hahaha." jawab salah satu dari mereka kemudian tertawa. Sementara aku bingung mau melakukan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASIA.
غير روائيBanyak yang bilang move on itu bukan tentang melupakan, tetapi mampu bersikap biasa saja jika mendengar namanya atau mengingat kenangannya. Setidaknya, itu yang dipikirkan Asia tentang perasaannya sendiri. Move on dari seseorang yang dicintainya sel...