(9) Niat baik tak selalu berakhir baik

939 75 2
                                    

Maya sepatutnya bersyukur karena dirinya tidak mendapatkan hukuman apa-apa setelah membuat insiden memalukan di perpustakaan tadi.

Untungnya sang korban baik-baik saja walau harus dipapah untuk berjalan ke UKS, adalah Bu Nur petugas kebersihan di sekolah ini, ah... Maya merasa sangat bersalah.

Maya mencocokan ceritanya dengan Bu Resti, sehingga ia dapat mengetahui siapa manusia kurang ajar yang telah menguci dirinya didalam ruangan itu.

"Jadi, Bu Resti ngiranya di ruangan itu ada tikus besar? Hahaha..." tanya Lily yang sepertinya sangat lucu, hingga membuatnya tertawa tanpa mempermasalahkan suasana kantin yang ramai karena sedang jam istirahat.

"Kok malah ketawa sih?" Sementara Maya semakin menekuk wajahnya karena masih kesal dengan insiden di perpustakaan.

"Saka itu, hobinya emang bikin masalah sih. Engga perduli resiko, dan paling bahagia ngeliat orang menderita. Gue mah engga heran kalau lo dikerjain kek gitu" ujar Lily lempeng seraya mengaduk mengaduk es teh manis kemudian menyeruputnya hingga tersisa setengah, kerongkongannya terasa kering karena banyak tertawa setelah mendengar pengalaman absurd teman barunya.

Sementara Maya masih dengan kerutan dalam di keningnya, rahangnya mengeras dan tatapannya tajam ke depan. Tiba-tiba, orang yang menjadi topiknya sedari tadi muncul di hadapannya, memesan makanan kemudian duduk mensejajarkan diri di antara siswa yang menyambutnya dengan senang. Sepertinya, mereka adalah teman-teman Saka.

Maya menghela napas, Saka sama sekali tidak terlihat terbebani setelah membuat seseorang terkena masalah, bahkan belum sampai 24 jam sudah 2 kali saudara tirinya itu mengerjainya.

Ah sudahlah, kali ini akan Maya maafkan. Maya tidak akan mengungkitnya karena tidak mau merusak hubungan saudara antara mereka. Tapi, Maya tidak janji, ya. Awas saja kalau Saka berulah lagi.

"Tadi, teman sekelas, engga ada yang ngomongin gue, kan Li?"

"Ada"

"Udah gue duga"

"Gue saranin, mulai sekarang lo harus hati-hati sama Saka, sebisa mungkin jauhin dia"

"Udahlah Li, engga penting. Mm.. tadi mereka ngomongin apa aj-"

"Ini penting tau May!" Lily menghela napas, matanya memutar ke arah meja Saka sekejap kemudian kembali menyorot Maya serius. Volume suaranya mendadak kecil, "gini ya, di sekolah ini siswa yang udah buat masalah sama Saka, dipastikan engga akan bisa hidup tenang selama dia sekolah di sini."

"Tapi, gue kan engga pernah buat masalah sama dia." Ucap Maya membela diri.

"Hm.. benar juga, lo ketemu dia juga baru kemarin di aula olah raga," Lily mengendikkan bahu, "hm, wajar sih, orang ganteng mah bebas" ia terkekeh.

Maya memutar bola mata, bahkan disaat Lily menyarankan dirinya untuk menjauhi manusia berbahaya macam Saka, masih sempat-sempatnya ia memuji rupa anak itu.

Ah... Dalam hati, Maya sebenarnya merasa tidak enak dengan Lily karena harus menyembunyikan identitasnya tertutama tentang dia yang sebenarnya adalah saudara tiri Saka. Maya pun tidak mengerti mengapa harus menyembunyikan fakta tersebut. Ia hanya merasa kalau semua orang tau, maka Maya akan dalam masalah. Entahlah.

"Tapi, itu juga berlaku untuk orang yang di-bully Saka, walaupun si korban engga ada salah sama sekali," Lily berpangku dagu,"bad boy banget kan, tipe gue banget tuh."

Maya mendengus. Aneh, mengapa ada orang yang menyukai orang brengsek yang kemingkinan besar akan menyakiti dirinya. Namun sudahlah, Maya menghargai pendapat absurd temannya itu, "lo tenang aja, gue bisa jaga diri kok, gue juga bukan tipe orang yang diam aja kalo diperlakukan gak adil."

Two Bad BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang