(11) Tentang seseorang yang lain

874 76 4
                                    




Seperti yang sudah ia rencanakan kemarin, hari ini Maya bertekad untuk mendaftar ke organisasi jurnalis di sekolah ini. Yah, hitung-hitung untuk mengasah kemampuannya dalam bidang jurnalistik. Iya, Maya belum cerita kan? Dia mencintai dunia kepenulisan itu.

Ada satu hal yang harus kalian ketahui tentang seorang Maya. Ini tentang masa depannya, impian Maya adalah menjadi seorang wartawan handal. Ia tentu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang langka ini. Setidaknya, Maya bisa memperpanjang isi latar belakangnya di bidang Jurnalistik.

Maka, Maya berdiri tepat di depan pintu dengan papan nama bertuliskan Ruang Jurnalistik. Gugup? Tentu saja. Sesuatu yang baru akan selalu bisa membuat seseorang berkeringat dingin. Dia agak menyayangkan Lily yang tidak bisa menemaninya karena menghadiri rapat grup penari. Ya, Lily salah satu yang terpenting di bidang ekstrakuriler Tari di sekolahnya. Katanya, akan ada semacam perlombaan persahabatan antar sekolah, entahlah Maya belum bertanya detail.

Ditangan Maya sudah ada sebuah Map yang berisi berkas data-data penting miliknya; seperti biodata, beberapa sertifikat yang menerangkan bahwa dirinya sudah aktif di kepenulisan dari SMP. Serta beberapa piagam hasil mengikuti lomba menulis artikel online.

Awalnya Maya heran kenapa malah seperti ingin melamar kerja. Tapi kata Lily, hal itu memang diperlukan jika ingin medapat peluang yang lebih besar. Karena banyak dari pendaftar sebelumnya yang langsung di tolak karena hanya bermodal niat, penasaran atau iseng. Seperti tidak bersungguh-sungguh.

Jangan heran kalau Lily bisa mengetahui banyak hal tentang ekstarkurikuler di bidang ini padahal dia bukan seorang anggota. Sebelum Maya datang ke sekolah ini, Lily pernah mempunyai teman dekat yang berhasil masuk ke Jurnalistik, Lily banyak tau darinya. Namun sekarang temannya itu sudah pindah sekolah.

"Hey... lagi ngapain?" Kata suara di samping Maya.

Cewek kuncir itu berjengit kaget, spontan berbalik. Jantungnya berdebar karena terkejut dan susah berhenti ketika menemukan seorang cowok berdiri dengan tampang heran dihadapannya.

"Lagi nguping ya? Saran gue sih, jangan di sini" tebak cowok itu seenaknya dengan raut jenaka, kemudian mencondongkan badan, berlagak berbisik, "ruangan ini agak sensitif." Katanya, lalu kembali tegak, mematri senyuman di wajahnya.

Sementara Maya bahkan lebih bingung kenapa cowok itu sangat sok akrab padanya. Namun dia tak mau orang itu salah paham.

"Bukan-bukan, gue bukannya mau nguping, anu-ini mm... gue mau daftar jadi anggota jurnalistik" katanya agak mencicit.

Sekilas cowok berseragam sama dengan Maya itu terlihat terkejut walau samar, namun mengangguk paham setelah meneliti Maya dari ujung rambut hingga kaki, dan Map yang di pegang Maya.

"I see, ya udah masuk, mereka gak ngisap darah, kok"

Kemudian cowok itu betulmemtar knop pintu dan tubuhnya hilang di telan pintu yang tertutup. Walaupun Maya luar biasa heran kenapa cowok itu malah masuk ke ruangan ini, tapi Maya tetap mengikutinya juga.

Sesampainy di dalam, Maya benar-benar dibuat takjub dengan desain interiornya. Ruangan ini seluas kelasnya namun dengan gaya yang sangat berbeda, bukan hanya berisi meja atau kursi kayu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Two Bad BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang