"Maukah kau... M-Moon Taeil... menjadi milikku?"
Taeil masih mematung menatap Johnny yang setia memegang tangannya, terasa dingin, ia juga gemetar, tidak hanya Johnny, Taeil pun merasa tangannya gemetar. Lidahnya terasa kelu, ingin menjawab tapi ia tidak bisa mengatur detak jantungnya yang berdetak cepat.
Sederhana.
Hanya karena Johnny.
Mark dan Haechan ikut terdiam, mereka berpikiran saat momen seperti ini tidak bisa diganggu gugat sama sekali, atau mungkin harus dengan keadaan yang aman, damai, dan tentram, juga tidak ada –
PLAK
... suara
"SAKIT."
"Nyamuk."
"BULE KAU –"
"NYAMUK. ADA NYAMUK."
Haechan mendengus kesal sambil mengusap pipinya yang baru saja tidak-sengaja-tertampar oleh Mark dikarenakan nyamuk yang hinggap di pipi gembul Haechan. Kini Taeil dan Johnny beralih menatap Mark dan Haechan yang mulai duduk berjauhan, memberi jarak jauh. Tak lama, Johnny dan Taeil kembali menatap satu sama lain.
"Jadi... apa aku... diterima?"
"J-Johnny... tapi aku hanya seorang penjual balon yang berusaha menghidupi adikku dan diriku sendiri, aku mungkin nanti takkan mampu untuk –"
"Taeil... aku jadi merasa seperti akan menikahimu." Johnny terkekeh
Tangan Johnny terangkat dan mengusap lembut rambut milik Taeil dengan lembut, "Tapi aku sudah siap jika kau sudah benar akan menikahimu." Taeil memegang tangan Johnny yang dengan lembut masih mengusap rambutnya. "Kita jalani saja dahulu, untuk urusan itu kita bisa pikirkan kembali." Jawab Taeil diikuti oleh senyumannya.
"Terima kasih sudah mau menerimaku."
"Kau pun."
"Kau pasti tidak bisa romantis seperti itu, bule." Haechan tertawa jahat kearah Mark, dan hanya dibalas dengan pukulan di lengan Haechan. Haechan kembali mendengus sakit, meratapi hari ini ia hanya mendapat pukulan dari Mark.
Larut malam pun tiba, Johnny dan Mark memutuskan untuk tidur sebentar di rumah Taeil. Karena jam segini tidak mungkin untuk mereka pulang, kantuk bisa saja tiba-tiba datang dan tidak tahu di jalanan nanti ada apa. Jadi, lebih baik mencari aman saja.
.
.
.
Keesokan harinya pun, Johnny dan Mark sudah kembali pulang pagi buta agar Seohyun dan Kyuhyun tidak khawatir kepada mereka berdua, walaupun mereka sudah mengizinkannya. Tapi, tetap saja, karena Johnny juga memikirkan Mark yang masih diawasi Seohyun dan Kyuhyun dengan umurnya yang masih lebih kecil dari mereka semua.
Tetap saja Mark bersikeras bahwa dia sudah besar.
Pagi ini, Taeil kembali menjual balon di taman ia biasa menjual balon-balonnya, tapi kali ini ia ditemani oleh Haechan yang ikut menjual balon, dan bahagianya kali ini, Haechan membuat dagangan milik Taeil lebih laku dari biasanya, karena ia dapat membentuk balon menjadi berbagai macam bentuk yang disukai anak-anak.
Johnny memerhatikan mereka dari kaca restoran, disebelahnya Mark sembari melihat Haechan juga Taeil diluar sana. Sebuah senyuman mengembang dari keduanya, sampai mereka tidak sadar Seohyun sedang menatapi mereka berdua yang serius memerhatikan diluar sana.
"Hey, kekasih kalian berdua saja bekerja, kenapa kalian diam saja hm?"
Johnny dan Mark langsung tersentak dan kembali sadar dari lamunannya, "Apa kali ini Mark sudah mempunyai kekasih... ah, itu adik Taeil ya? Kau menyukainya?" Beberapa pertanyaan dilontarkan oleh Seohyun, pipi Mark langsung berubah memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balloons [ NCT - JohnIl ]
Fanfiction[COMPLETE ✔] Kisah seorang lelaki manis penjual balon keliling dan seorang lelaki tampan tinggi yang punya pobia akan balon tetapi selalu membeli balon. A Johnny & Taeil story. ⚠️ Warning!! BXB Story Please don't read if you don't like ☘ Don't forge...