Setelah dua hari menjadi pasien, tari baru memberi kabar orang tuanya kalau ia baru saja selesai di operasi dan besok sudah bisa pulang. bukan hal yang mengejutkan untuk tari saat menelpon orang tuanya dan ibunya marah.
"kamu itu anggap kami orang tua gak sih tar?, sampai kamu operasi aja gak kasih kabar ke orang rumah? atau mungkin kalau kamu meninggal kami orang tua mu ini cuma dapet kabar setelah pemakaman kamu aja?" omel ibu tari hari itu dari telpon.
Bukan tari tidak ingin memberi kabar orang tuanya atau tidak menganggap orang tuanya penting, tari hanya tidak ingin orang tuanya khawatir, dan menyusahkan orang tuanya. Seperti siang ini, di jam besuk tadi ibu dan ayahnya sudah datang.
"gimana keadaan mu kak?" tanya ayah tari
"sudah cukup baik kok yah" jawab jujur tari
"sudah puas tar, buat orang tua khawatir?" tanya ibu sarkas ibu tari
"hem,, bukan mau buat khawatir mah, cuma biar gak merepotkan. aku udah cukup besar, kasihan ade-ade kan kalau mamah mesti di sini repot ngurus tari" aku tari jujur
"mamah gak ngerti lagi sama jalan fikiran mu tar,"
Tari sudah lupa mulai kapan hubungan ia dan ibunya tidak baik, sejak tari sampai sekarang belum menikah, atau sejak dia memutuskan tinggal sendiri meski orang tuanya masih di kota yang sama, atau sejak tari bertahan di kantornya dulu. entah tari sudah lupa sejak kapan ia malas berbicara dengan ibunya karena akan memunculkan hal seperti ini. Tari malas ribut.
"permisi," sapa suster bersama dokter abi
"hello tar, ini ibu tari?" tanya dokter abi dan menyapa ibu tari yang masih menunggu tari, sementara ayahnya sudah pulang lebih dulu.
"iyah dok, gimana kondisi anak ini dok?" tanya ibu tari masih marah dengan menegaskan anak ini bukan menyebut nama tari.
"kondisi tari sudah baik kok bu, sudah bagus, besok sudah bisa pulang. Hanya saja nanti masih perlu minum obat, tidak boleh capek, makan yang teratur" jelas dokter abi ramah seperti biasanya.
"tuh kamu dengar dokter kamu bilang gak boleh capek, kamu masih kerja atau gimana? kamu itu di kasih tau orang tua suka gak denger soalnya. dia ini dok, umurnya udah banyak, tapi masih saja begini makan susah, kerja terus. gak tau apa yang dia cari. nikah juga belum, laki-laki pasti lah pada minder kalau cewenya sudah kelewat mapan. makanya dia belum juga punya pacar" curhat ibunya
"mah.." tegur tari pelan
"loh kenapa? mamah salah lagi kasih tau kamu?"
"orang tua wajar kan dok khawatir, umur dia sudah mau tiga puluh, sudah di langkah dengan adiknya, tapi dia masih sibuk kerja-kerja terus, kelamaan bergaul, main sama temennya, senang-senang aja, ini dia di operasi apa dia bilang sama orang tuanya. ngga dok" sambung curhatan ibu tari.
"mah.. udah ya, dokter abi cuma visit gak usah cerita terlebihan " tegur tari lagi yang sudah mulai tidak enak dengan dokter abi
"gak apa-apa tar, mungkin tari belum ketemu jodohnya bu, bagus tari masih bisa bekerja, mungkin tari ingin mewujudkan mimpi tari tanpa merepotkan orang tuanya. ini kondisi tari sudah tidak perlu di khawatirkan, besok sudah bisa pulang. Tari makannya agar lebih diperhatikan ya" ucap dokter abi menanggapi ibu tari dengan sabar, tanpa merasa terganggu
Dokter abi membiarkan suster kembali, sementara dokter abi masih mendengarkan ibunya berbicara. padahal tari sudah mengucapkan bahwa dokter abi masih ada pekerjaan, agar ibunya berhenti mengganggu dokter abi dan membuatnya malu. tapi dokter abi malah mengatakan "jam kerja saya sudah selesai kok tari, kamu pasien visit saya terakhir" .
Sampai pukul tujuh malam dokter abi pamit pulang terlebih dulu, dan tak lama ibunya.
"'tar, kalau kamu sama dokter abi ada hubungan khusus. jangan lama-lama pacarannya, sama yang ini mamah setuju kok" ucapnya sebelum pamit. dan membuat tari jengah dengan spekulasi konyol ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EN.DO.SKO.PI ✅
RomantikEN.DO.SKO.PI menurut KBBI pemeriksaan dengan endoskop. "kalau tau dari dulu, endoskopi bisa bikin gue glowing dan bahagia gini sih. gue nyesel baru endoskopi menjelang 30 tahun gini" canda Tari