14. Obrolan Tengah Malam

82 6 1
                                    

Utari sudah membereskan keperluan administrasi untuk tindakan yang akan ia jalani. Lena sudah datang menemani beberapa saat lalu setelah pulang kantor dan baru saja pulang untuk kembali besok pagi, karena tari tak mengizinkan lena untuk bermalam di rumah sakit. 

Ruangan tempat tari menginap cukup sunyi, tapi tari masih belum bisa memejamkan matanya dan masih sibuk membaca buku. 

klik.  suara pintu kamar tari terbuka. 

"belum tidur?" 

"belum bisa tidur, emang ada jam visit ya dok?" tanya tari bingung karena dokter abi mendatangi kamarnya

"hanya ingin mengecek infus" alibi dokter abi dengan berpura-pura mengatur infus

"bisa banget, tadi suter udah cek dok, udah kasih obat juga kok."

"oh bagus lah kalau begitu, harusnya kamu sudah bisa tidur. karena ada antibiotik yang bisa bikin kamu ngantuk, ngantuknya jangan dilawan."

"gak di lawan kali dok, emang belum bisa tidur. sengaja nih baca buku biar tidur gitu"jelas tari dan menunjukan buku yang ia pegang 

"dokter belum pulang?"

" belum, baru selesai or. by the way  gak ada yang jaga atau temanin kamu malam ini?"

"oh. ngga dok, tadi ada teman saya. cuma saya ngga izinin nginap karena besok dia harus kerja sebelum ambil cuti jadi suster pribadi saya. hehe" 

"kenapa baru periksa kesehatan sekarang ini?"

"jawaban standar sih dok, sibuk."

"terlihat jelas kalau jawaban basa-basi kamu bilang sibuk."

"hahaha, sebenarnya karena gak mau dirasa dan dimanja aja sih dok. dokter juga bilang kan? penyakit ini  bermula karena hal kecil. dan saya orangnya sangat amat menyepelekan hal kecil dok" canda tari 

"kebiasaan buruk tuh."

"memang dan saya baru menyesal sekarang" ucap tari dengan nada menyesal

"semuanya akan baik-baik aja setelah ini. dokter Hamzah akan melakukan yang terbaik untuk operasi kamu"

"bukan dokter yang operasi?"

"sudah di putuskan, dokter hamzah yang akan ambil tindakan karena kasus operasi mu ini membutuhkan orang yang benar-benar berpengalaman"

"separah itu ya dok penyakit saya" ucap tari sedih 

"tidak ada yang parah utari, yang parah itu tingkat ketidak peka-an kamu pada diri sendiri" balas dokter abimanyu tersenyum yang menentramkan hati tari. 

"kalau itu saya setuju sih dok, saya memang tidak peka haha, sampai teman saya itu ribut banget masalah ke tidak peka-an saya."

"teman saya tuh selalu bawel banget bilang 'elo tuh ya tar, peka sama masalah orang lain tapi sama diri sendiri ngga' ya padahal saya gak paham, ngga peka nya itu kaya gimana? kalau masalah saya sakit gini mah karena males aja ribet-ribet dok." cerita tari panjang lebar dan amat disimak abimanyu tanpa menyela cerita tari. 

"bukan gak peka mungkin? malas sepertinya. atau malas itu nama belakang mu?" timpal dokter abi 

"hahaha. pantas aja bisa jadi dokter, diagnosa nya tepat sekali." tawa tari menimpali candaan dokter abi. 

Tari sudah pernah bilang bukan? dokter abi ini selalu menyimak dengan baik lawan bicaranya. Sehingga tari suka berbicara dengan dokter abi, sejak pertemuan pertama untuk konsultasi tari sudah banyak bicara, meski hal itu hal yang tidak penting dan pemikiran aneh  tari, tetapi tetap saja ia membicarakan pada dokter abi. Seperti saat dia bilang takut 'dibuka-buka' se-abnormal itu pemikiran tari. 

Entah malam ini tari berbicara dengan dokter abi benar-benar, seperti ia berbicara dengan temannya. Sangat amat santai, mungkin tujan dokter abi mengajaknya berbincang malam ini supaya tari tidak perlu khawatir masalah operasi besok, atau memang sengaja ingin mengobrol dengan ia. tari tidak paham. 

"dok, saya udah mulai mengantuk nih. terima kasih sudah memberi saya sedikit hiburan, dengan mendengarkan saya cerita gak jelas." ucap tari tulus dengan senyum terbaik yang tari berikan 

"sama-sama utari, saya senang dengar cerita tidak jelas mu itu, terima kasih juga sudah menghibur saya ya." balas dokter abi dengan senyum yang luar biasa istimewah buat tari. 

Bolehkah tari baper untuk malam ini saja? ini dokter abi menghampiri kamarnya di tengah malam saat tak ada orang yang menjaganya, untuk mendengarkan ke abnormal  pemikirannya, membantu memberikan minum saat di tengah ceritanya ia merasa haus. dan mendengarkan tanpa mengeluh sama sekali hingga tari merasa lelah sendiri. 

Kalau pun ini hanya sebuah mimpi atau halusinasi efek obat yang ia konsumsi,tari akan menyimpan ini sebagai obrolan tengah malam yang sangat menyenangkan untuk ia simpan di hidupnya selama 29 tahun ini. Dokter abi dengan visual tampan nya tanpa cela seperti biasanya tanpa jas putih andalannya, hanya pakaian casual t-shirt hitam, celana jeans dan sneakers putih yang sangat amat sempurna. Kalau ini semua hanya mimpi. 

EN.DO.SKO.PI ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang