EMPAT

37 7 5
                                    

"Saya mau dibawa kemana? Tolong jawab saya!."

Semua warga desa hanya bisa diam. aku dibawa mereka melewati setapak jalan dari tanah kering disamping hutan, dan di ujung sana ada rumah tua dari kayu kayu pohon yang menghitam.

"Pon! Cuba ko lihat dulu apa mosalaki (tetua adat) ada." kata seorang pria

Pria yang disebut Pon itu segera masuk kedalam rumah tua tersebut, lalu keluar bersama seorang kakek tua yang bertelanjang dada dan menyilangkan kain di dari dada ke pundaknya. Ia juga memakai kain yang dililitkan dari perut hingga mata kaki, sama seperti memakai sarung.

"Ada apa ramai ramai datang?." Kata kakek tua yang disebut Mosalaki

"Deskupa (maaf : bahasa tetun,NTT) mengganggu waktu Wologai. tapi, anak ini kemarin petang masuk hutan. dan baru saja pulang tadi subuh. kami semua tak ingin hal hal aneh terjadi lagi, Mosalaki.."

Mosalaki menatapku dari atas ke bawah, "Kemari ko, Are'rian." (Sebutan memanggil perempuan : bahasa Kedang)

Dua orang dari mereka yang tadi mencengkram pergelangan tanganku pun mendorongku. aku terjerembab jatuh di depan Mosalaki. mosalaki turun dari rumah panggungnya, menghampiriku. Ia menaruh telapak tangannya diatas kepalaku, aku hanya bisa menunduk, takut.

"Cakap (katakan), nak. Apa yang ko liat di hutan sana?."

"A..aku.. akuu.."

"CAKAP SAJA!." teriak salah satu pria. mosalaki menggeleng padanya, menyuruhnya bungkam.

"Aku... tidak lihat yang aneh aneh. aku hanya diselamatkan oleh seorang gadis yang sebaya denganku, namanya Songa.."

"Kami tra pecaya, mosalaki! pasti dia jumpa tu sama Suwanggi."

"Iya, benar. mana ada orang yang bisa selamat masuk hutan kala petang?!."

"Atau jangan jangan, anak ini jelmaan Suwanggi?."

"Usir saja dia mosalaki!."

"Diam ko orang semua!."

Semua warga desa diam dan menunduk

"Kita semua ton (tidak) bole gegabah dalam hal ini, kita su pernah hadapi Suwanggi. harusnya kita tau, apa apa saja yang harus kita lakukan."

"Anak ini juga masih gadis, tra mungkin ia diincar suwanggi. pasti suwanggi itu mengincar orang lain, atau mungkin diparintahkan orang lain. jika memang korang semua liat suwanggi, kita baru usir dia lagi." lanjut mosalaki

"Deskupa, mosalaki.. kami semua tra bisa mengangap ni semua baik baik saja. bagaimana jika terjadi apa apa?." kata seorang ibu yang menggendong anaknya dengan kain panjang

"Kalau begitu.. kita adakan upacara Joka Ju kecil kecilan untuk meramalkan apa yang akan terjadi di desa ini, laksanakan dua hari kedepan. sekarang, pi(pergi : bahasa kupang) pulanglah. basong (kalian : bahasa kupang) harus istirahat."

"Ko pung nama siapa?." tanya mosalaki padaku

"Tasya, mosalaki.."

"Tasya,  amo tutu' puli, ana' pau panang.(bapa berbicara-mewariskan; anak menelusuri kembali : pepatah Kedang) jika ko bertemu lai (lagi) dengan Songa, tolong cakap padanya untuk pulang."

"Iya, mosalaki. terima kasih."

Kami pun pulang beramai ramai. aku tak dapat berbicara apa apa kepada warga desa. walau aku tahu, mereka mungkin sudah lelah mencariku sejak kemarin.

"Hei."

aku menoleh. seorang pemuda yang kira kira seusia bang Tito berbicara padaku.

DENGING [#2 URBANLEGEND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang