LIMA

41 8 3
                                    

Ini sehari sebelum upacara Joka ju. Sedari pagi, kulihat warga desa sibuk menangkap hewan hewan yang lewat. misalnya ayam, kambing, dan sapi. mereka terlihat bergembira saat menangkapnya. aku yang melihatnya pun ikut tersenyum.

"Tasya... Tito.. kemari nak."

Aku yang sedang duduk di beranda rumah langsung menhgampiri bapak. begitu pun abang. bapak terlihat memakai kemeja berlengan pendek dan celana bahannya, ia juga membawa tas besar.

"Lho? bapak mau kemana?." tanyaku dengan heran

"Bapak harus pergi ke Flores."

"Untuk apa?." tanya abang yang rupanya sama herannya denganku

"Ada urusan yang harus bapak selesaikan, terkait perusahaan yang bapak pimpin."

"Tapi kok mendadak? Kita ini kan baru pindah dua hari." kata abang

"Iya pak. besok juga kan upacara joka ju, gak enak sama warga sini kalo bapak pergi." kata ku

"Begitu? Jadi kalian melarang bapak?." tanya bapak pada kami, sambil berkacak pinggang

Kami terkejut. karena bapak tiba tiba marah

"Hei. asal kalian tahu ya. saya itu disini kepala keluarga. saya berjuang, bekerja, pindah jauh jauh kesini itu demi kalian. kalian ini malah tidak tahu diri!."

"Sudahlah. kalian ini sudah besar, urus saja diri kalian sendiri. bapak pulang empat hari lagi. kalian mau makan, beli saja sayur mayur dekat sini. uangnya ada di laci meja bapak."

Bapak pun pergi dengan amarahnya yang menggunung. Kami berdua tidak bisa apa apa

"Yaudah lah dek, biarin aja."

Aku menghela nafas kasar. bapak tak biasanya seperti itu

"Bang.. bapak biasanya gak begitu.."

"Udahlah, mungkin bapak lagi capek. tadi kan dia bilang lagi ada urusan kerjaan, gak usah dipikirin lah. oh iya, kamu laper gak?."

Aku mengangguk, "Iya, bang."

"Oke, aku bakal masakin kamu nasi goreng terenaakkk sejagat rayaa." kata abang sambil menuju ruang makan, aku mengikuti nya.

Setelah beberapa menit, nasi goreng buatan abang telah siap. kami berdua pun menyantapnya bersama saama. wahh, enak sekali.

"Enak banget bang!."

"Kan aku udah bilang sama kamu, ini tuh nasi goreng terenaaakk sejagad rayaa."

"Hahaha, lebay kamu bang."

"Permisi.."

Kami berdua menoleh, ada yang datang.

"Bentar ya dek.."

"Oke."

Abang menghampiri orang yang datang. karena penasaran, aku pun menyusulnya. ternyata yang datang itu mosalaki

"Mosalaki."

"Iya, Tasya."

"Ohh, ini toh mosalaki itu? maaf ya, saya baru tahu. saya kira pengemis minta beras."

"Ih abang, gak sopan banget mulutnya."

"Maaf ya mosalaki, saya ambil dulu berasnya." Kata abang

"Maafin abang saya, ya."

Mosalaki tersenyum, "Tak apa. kalian berdua sedang apa? dimana bapak kalian?."

"Lho? kok mosalaki tahu kalo kami tinggal sama bapak? Hehe, kami lagi makan. Mosalaki sudah makan?."

DENGING [#2 URBANLEGEND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang