ENAM BELAS

38 10 4
                                    

Bang Tito menggendongku di punggungnya sampai rumah dengan berjalan kaki untuk menghemat uang. Aku sudah menolaknya berkali kali namun ia malah memelototiku. 

Setelah masuk desa, warga disana menunduk.. seolah tak ingin melihat kami, tak peduli. mungkin mereka tahu apa yang sedang menimpa kami. saat kami melewati pasar pun, mereka semua menghindari kami. 

"Sudah, biarin aja." Ucap Bang Tito yang seolah olah membaca pikiranku

Saat kami sudah sampai didepan pagar, Bang Tito menurunkan tubuhku dengan perlahan

HUP.




"Ih abang, Tasya kan udah bukan anak kecil lagi,"

"Iya, tapi adik kecil."

Bang Tito mengusap kepalaku dan segera membuka pagar. Aku pun turut masuk

"Ahhhh,, akhirnya sampai dirumah jugaaa." Katanya sambil duduk di sofa

Aku melihat ke sekeliling rumahku. Apa benar semuanya sudah berakhir sekarang?

"Hei."

"Eh, iya?."

"Kamu mikirin apa?."

"Ehm... enggak kok."

"Lebih baik kamu istirahat aja dikamar. Luka kamu itu masih basah jahitannya, siapa suruh sihh minta pulang."

"Aku gak enak disana lama lama."

"Huuu. Yaudah sana, istirahat. Nanti abang bikinin nasi goreng."

"Itu aja yang kamu bisa?."

"Enggak sih, aku juga bisa masak mie instan."

Aku melengos masuk ke dalam kamar, "Udahlah gak usah, Tasya belum laper."

Abang yang semula menatapku pun mengadahkan kepala, memejamkan mata.




CKLEK.




Pintu ku tutup. Kembali ku pandang kamarku, dan mesin tik peninggalan ibu yang diletakkan diatas meja dekat jendela. Kuusap perlahan mesin tik itu. Hm? Sedikit berdebu.

Aku mengambil kuas berukuran sedang yang ku letakkan di laci meja. Membersihkan mesin tik kesayangan ibu




SREK





Apa itu?

Ku ambil sebuah amplop kecil berwarna coklat yang terlihat usang. Terdapat tulisan diluar amplop nya, 

Escribí con el resto de mi cuerpo en mi cuerpo, Padma Harum Melati

[Ku tulis dengan sisa raga di dalam tubuhku, Padma Harum Melati]

Tertulis bahasa Spanyol yang tertera disana. Ini pasti milik ibu

Aku menoleh ke kiri dan ke kanan, memastikan tidak ada seorangpun yang mengintip atau mengawasi ku. Ku tarik kursi untuk duduk, memandang amplop kecil milik ibu.

DENGING [#2 URBANLEGEND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang