LIMA BELAS

35 7 0
                                    

Ku buka mataku, mencocba menerawang ke arah langit langit. Dimana ini? 

Ranjang yang kaku, udara dingin AC pun menusuk kulitku. Ah! Bagaimana aku bisa berada di rumah sakit? Aku tak mengingat apapun Ku lihat Bang Tito duduk tak jauh dari ranjangku. Kedua tangannya terlipat, matanya terpejam.




"Abang...."



Sontak matanya terbuka. dengan wajah yang sedikit kucal, ia langsung menggenggam tanganku.

"Syukurlah kamu sudah sadar."

"Apa yang terjadi?."

"Setelah kamu pingsan, aku sama bapak bawa kamu kesini. Luka luka di tangan dan muka kamu cukup dalam, aku khawatir."

Aku masih sulit memahami apa yang terjadi setelah malam itu. Yang ku ingat aku bertemu ibu dan ayah yang mengajakku pergi

"Oh iya. Kamu mau makan? Tadi perawat udah antar makanan kesini, tapi kamu masih tidur."

Aku mengangguk, "Boleh deh."

Abang pun menyuapi ku

NGIIITT...

Pintu terbuka, tampak bapak berdiri didepan pintu seraya tersenyum. Di tangannya terlihat sekeranjang buah buahan

"Untung kamu sudah sadar. Ini, bapak bawa banyak buah."

Bang Tito diam, seolah tak menganggapnya. Aku hanya bisa tersenyum.

Bapak mendekat ke arah kami

"Nak.. ada yang ingin bapak sampaikan pada kalian berdua."

"Cukup!."

Aku tertegun. Bang Tito membuang muka dan menghembus napas kasar

"Kami berdua tidak ingin bertemu anda lagi."

"..."

"Sudah cukup. Anda sudah mengkhianati ibu kami, dan saya peringatkan. jangan berlagak sok baik pada kami."

"Abang.."

"Bapak mengerti kalau kalian akan membenci bapak. Tapi biarkan bapak menjelaskan bahwa sebenarnya..."

"Saya tidak mau dengar."

"..."

Bapak pun mengangguk dan segera keluar

"Tunggu!."

Langkah bapak berhenti, ia menatapku

"Aku mau dengar."

"Dek, kamu tahu kan dia itu..."

"Bang. biarkan bapak menjelaskan."

Bapak kembali berjalan ke arah kami, lalu menarik kursi kecil untuk duduk

"Bapak memang sudah beristri. Hera namanya.. Awalnya, bapak memang mencintainya. Tapi setelah lama, bapak pun akhirnya tahu.. kalau Hera ternyata mengidap skizofernia. Ya. Memang bapak salah.. bapak meninggalkannya. Kami tidak berpisah secara sah dalam hukum, bapak meninggalkannya begitu saja."

"....."

"Bapak pun merantau dari Kalimantan ke Jakarta, lalu mencari lowongan HRD.. dan ternyata lowongan tersedia di sebuah perusahaan di Bekasi. Bapak pun bekerja disana."

"Dan bertemu ibu?."

Bapak mengangguk, "Ibu waktu itu adalah karyawan disana. Awalnya kami berteman, tapi setiap kali bapak menatap mata ibu.. selalu tampak kesedihan didalam matanya. Dan ibu pun cerita, kalau ia punya dua anak dan suaminya gugur dalam tugas. Rasa ingin melindungi ibu pun semakin besar, dan akhirnya bapak mendapat ketakutan kedua."

"Apa maksudnya?." tanya abang

"Jika kamu sudah jatuh cinta pada orang lain. Kamu akan menghadapi dua ketakutan. Pertama, takut cintamu tak terbalas. Dan kedua, takut kehilangan."

"Bapak sangat takut kehilangan ibu. Seumur hidup, bapak belum pernah bertemu wanita yang sempurna seperti ibu. Dia cantik, hatinya baik, suka menolong orang tanpa pamrih, dan juga sangat penyayang. Jadi, bapak melamarnya.. dan bapak siap menjadi pengganti ayah kalian yang sudah tiada. Dan, bapak membohongi ibu.. Bapak bilang pada ibu bahwa istri bapak yang pertama meninggal karena sakit."

"Apa?!."

"Iya, Tasya. Bapak membohongi ibu, dan akhirnya kebohongan itu terkuak karena bu Ira memberitahukannya pada ibu. Bu Ira memberitahu bahwa bapak adalah mantan suami Hera, dan dia juga memberi tahu Hera kalau bapak menikah dengan ibu, yang ternyata adalah sahabat SMA nya."

"Lalu kenapa ibu sakit?." Tanya abang

"Semenjak hari itu, bapak dan ibu tak lagi bertegur sapa. Ibu selalu menjauhi bapak, dan bapak amat sangat menyesal. Tanpa bapak tahu, ternyata Hera menyimpan dendam. Ia menjadi pengikut suanggi untuk mengirimkan ibu penyakit yang obat apapun tidak akan menyembuhkannya."

"Tapi kenapa kita pindah pak? padahal baru seminggu menjelang wafatnya ibu."

"Tasya,Tito. Bapak bawa kalian pindah, karena ingin menjauh dari kutukan Hera. Heratakkan berhenti sampai keinginannya tercapai. Dan entah dia tahu darimana, Herayang semula tinggal di kalimantan pun pindah ke NTT. Untuk meneror kita."

"Terus anda ngapain balik lagi sama Hera?."

"Bapak pura pura ingin kembali padanya, agar dia gak sakitin kalian."

"Eh. Harusnya anda mikir, Tasya itu udah hampir mati tau gak? Dan saya juga juga jauh jauh ke sumba, kesini kesitu buat nyelamatin dia dari orang seperti anda yang palsu dan penuh kepura puraan!."

"Abang ih!."

"Gapapa Tasya, memang ini semua salah bapak."

Bapak berdiri dan menggenggam gagang pintu

"Bapak akan pergi. Kalian berdua jaga diri kalian baik baik, harus saling melindungi."

"Apa? Enggak! Jangan pergi pak!."

Aku ingin menyusul bapak, tetapi Abang mencengkram pergelangan tanganku

"Oh iya, rumah itu untuk kalian berdua saja. Bapaksudah tidak pantas bersama kalian. Biaya rumah sakit sudah bapak bayar, jadi Tasya bisa langsung pulang kalau dokter membolehkan. Dan untuk kebutuhan sehari hari, bapak punya uang tabungan 50 juta yang sudah lama bapak simpan di..."

"Kami tidak butuh uang haram anda. Kami akan berusaha sendiri."

Mataku berkaca kaca, tak kuasa menahan tangis

"Jangan, pak..."

Bapak membuka pintu dan pergi, meninggalkan kami. Tangisku memecah, ingin sekali aku mengejarnya. Bang Tito menahan tubuhku yang memberontak, ia pun mengelus dan mencium kepala ku

"Abang jahat! Biar bagaimanapun, bapak sayang sama kita."

"Tasya, udah ya. Relain aja. Kalo emang dia sayang sama kita, harusnya dia gak ninggalin kita."

"Tapi kan bapak pergi gara gara abang nyalahin bapak terus!."

"TASYA!."

Aku sesenggukan

"CUKUP! HEI. ASAL KAMU TAHU YA, AKU DEHIDRASI NAHAN HAUS DEMI JALAN KE SUMBA. AKU JUGA NEBENG NAIK KAPAL, NAIK KUDA, NAIK MOBIL, CARI KAMU! AKU TUH UDAH HAMPIR MATI MAU DITUSUK NANDA SAMA IBUNYA, AKU RELA TIDUR DIMANA AJA WALAU BADANKU SAKIT SEMUA, AKU JUGA JATUH KE JURANG SAMPAI KAKI KIRI KU ROBEK, ITU SEMUA DEMI SIAPA? DEMI KAMU!."

"..."

"DAN KAMU. KAMU HARUS INGET! KAMU JUGA HAMPIR MATI GARA GARA DIA."

"Abanggg.. Hiks..."

Abang memelukku

"Aku akan selalu jagain kamu, Tas. Cuma kamu satu satunya keluarga yang aku punya sekarang."

~

Hai. Maaf ya segitu doang, hehe. soalnya aku harus bagi waktu antara belajar dan nulis ini. akhir akhir ini juga lambung ku sakit (lagi). Sinyal disini juga lagi ga mendukung banget, maaf ya kalian lama nunggu. maaaaaff banget:")

kalo keadaan sudah membaik, aku janji bakal update sesering mungkin. doakan ya!

DENGING [#2 URBANLEGEND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang