ENAM

34 8 2
                                    

Hari mulai menjelang petang. bang Tito menggendong tubuhku yang sudah lemas di punggungnya, sementara Sapio membantu membawakan tas abang

"Saya benar benar tidak mengerti apa yang terjadi, Sapio." ucap abang pada Sapio yang sedari tadi menunduk, sepertinya ia menyesal telah membiarkan kami masuk hutan

"Sa ingin sekali kasi tau apa yang terjasi, tapi sa tra bisa. sa tra ingin melanggar aturan adat."

"Iya, saya mengerti. terima kasih sudah menolong adik saya, dan saya minta maaf."

Sapio mengangguk

Selama beberapa menit berjalan keluar hutan, kami bertiga hanya diam. mencoba memahami apa yang terjadi. Sapio pun mengantar aku dan abang sampai rumah.

Abang menaruhku di kamarku dan menutup pintu, Sapio memberikan tas milik abang yang sedari tadi dibawanya

"Kalo ko ingin tahu apa yang terjadi, sa pikir.. ko harus pigi ke tempat Daeng Mina." kata sapio

"Da..daeng mina? siapa itu?."

Sapio menarik kursi yang berada di dekatnya, "Boleh sa duduk?."

"Oh, silahkan."

"Begini. Menceritakan apa yang sebenarnya tadi terjadi, adalah pantangan bagi kami. Sa pikir, ko harus kerumah Daeng Mina. Beliau itu ialah juru kunci hutan. Barangkali ia bisa bantu."

"Dimana tempatnya?."

"Sayangnya, sa tra tau. tapi, ada petuah cakap.. Daeng Mina akan datang sendiri ke orang yang membutuhkannya."

"Jadi, saya harus apa sekarang?."

"Berdoa saja semoga beliau datang."

bang Tito menghela nafasnya. Sejenak, ia berpikir bahwa hal aneh yang terjadi, ada kaitannya dengan bapak semalam. Tito yang begadang dan hanya mendengarkan radio dengan volume rendah, mendengar derap langkah kaki berjalan. Awalnya ia tidak menghiraukannya, tetapi derap langkah itu makin lama makin jelas terdengar. seperti suara orang yang bolak balik kesana kemari didalam rumah.

Karena penasaran, Tito memegang knop pintunya yang berbentuk bulat dengan perlahan

NGIIIITT (Pintu berderit)

Mata Tito mengintip dari celah pintu yang tadi dibukanya sedikit. tak terlihat seorangpun bolak balik. saat Tito ingin menutup pintu, terdengar suara bapak yang sepertinya sedang bicara dengan seseorang di bawah rumah.

Tito bertelungkup, menempelken telinganya ke lantai kayu kamarnya

"Iya, saya akan pergi ke tempatmu besok." ucap bapak

"........"

"Saya butuh uang untuk pergi kesana."

"Bapak bicara sama siapa sih?."  tanya Tito dalam hati

Diam diam, Tito berjalan pelan menuju tangga yang langsung ke ruang bawah rumah ingin memergoki dengan siapa bapak bicara. Ia menuruni tangga dan bersembunyi dibalik terpal usang

"Awas saja kalau ko tak turuti perintah."

"Saya janji." kata bapak

Tito mengintip..









DENGING [#2 URBANLEGEND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang