TIGA BELAS

33 5 0
                                    

Leher Tito yang tercekik menyulitkan dirinya untuk mengambil nafas. sedangkan didepannya, Nanda mencengkram pisau dapur yang mengkilap. mengarah kepadanya

"Lo pasti bingung kan, Tit?." Tanya Nanda sambil mengusapkan mata pisau ke pipi nya

"Sebenernya tuh kita berdua gak mau lakuin ini.. tapi, gara gara ibu lo.. ayah gue maksa cerai sama ibu gue buat ngemis ngemis dapetin ibu lo!."

Dengan tubuhnya yang bergetar karena cengkraman tangan bu Ira di lehernya, Tito ingat saat itu..



*




Beberapa tahun yang lalu..


Tito masih kecil, saat itu ia sedang  memeluk kaki ibu nya yang sedang berdiri, berbincang dengan teman lama nya yang akan pamit.

"Maaf ya, kami gak bisa berlama lama.. masih banyak barang yang harus kami kemas." kata Bu Ira

"Tidak apa apa, aku mengerti kok. semoga kalian senang dengan rumah baru kalian di Sumba." kata Ibu

"Tentu saja. kami akan tinggal di dekat padang rumput yang luas, pasti suasananya menyenangkan."

"Aku turut senang mendengarnya."

Bu Ira mengelus kepala Tito, "Nah, Tito.. bu ira pamit ya. Tito jangan nakal, gak boleh kolokan sama ibu nya ya."

Tito mengangguk

"Kalau begitu saya juga akan berpamitan." ucap Pak Toro, ayahnya Nanda yang sedari tadi berdiri didepan pintu, berjalan mendekati ibu

"Oh iya Ira, coba kamu periksa di dalam mobil, apa aku membawa buku kecil berwarna hitam? aku minta tolong dicarikan ya.." kata nya pada  istrinya

Bu Ira mengangguk dan berjalan menuju mobilnya

Pak Toro menggenggam tangan ibu, tapi ibu buru buru melepasnya

"Ayolah.. kamu masih saja seperti itu." kata pak Toro

"Sudahlah. istrimu adalah temanku."

Jemarinya menmbelai wajah ibu, "Hei. aku dan almarhum suami mu sama sama tentara.. dengan wajah cantikmu ini, tentara mana yang tak ingin membelai wajahmu?."

"Hentikan itu! Lebih baik kau lekas pergi. saya tak ingin melihat wajahmu lagi."

Pak Toro menyunggingkan senyumnya, "Setelah tinggal di sumba, saya akan menceraikan istri saya dan menikahimu."

"Kau akan mati sebelum melakukan itu."

"Tentara diajarkan untuk bertahan hidup."

"Kau akan mati!."

"Sayang! Ini buku mu sudah ketemu." kata Bu Ira sambil memberikan buku kecilnya. Pak Toro segera memasukkan buku kecil itu kedalam sakunya

"Ayo kita pulang, Ira.."

Bu Ira pun tersenyum simpul dan merangkul suami nya. mereka memasuki mobil, dan pergi.

"Ibu..."

Ibu meletakkan tangan hangatnya di pipi Tito, "Maaf ya sayang.. tadi kamu lihat yang seperti itu."

"Ibu janji sama kamu.. ibu gak akan lagi menikah dengan seorang tentara."

"Kenapa, ibu benci tentara?."

DENGING [#2 URBANLEGEND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang