SEBELAS

29 8 0
                                    

Telah cukup lama mereka berjalan, tetapi mereka tak menemukan satu rumah pun

"Sapio, apa masih jauh?." tanya Tito

"Maaf, sebetulnya.. kita sedari tadi hanya berputar putar disini."

"Sudah kuduga." kata Songa

"Lalu kemana lagi kita garus berjalan?." tanya Tito

"Tak ada satu rumah pun disini." kata songa

Mereka bertiga hampir putus asa. Sore mulai menjelang malam. Dan bila mereka belum sampai saat malam, entah apa yang akan terjadi pada Tasya.

Tito merebahkan tubuhnya di rerumputan hijau nan luas. Rasanya ia lelah, seluruh tubuhnya sudah tak kuat untuk berjalan lagi. terutama kakinya yang sudah berdenyut denyut karena pegal pegal menggerayangi seluruh telapaknya

"Hei, lihat siapa itu!." tunjuk Songa

Tito menoleh ke arah yang ditunjuk Songa. Seorang wanita paruh baya berjalan dengan kain lusuhnya, menenteng keranjang dari rotan yang entah berisi apa didalamnya. Langkahnya tergontai gontai, sorot matanya yang layu menatap nanar pada Tito

"Bu Ira!."

Sontak Tito berlari menghampiri sosok wanita paruh baya yang ternyata adalah Bu Ira yang dicarinya. Tito memeluk tubuh Bu Ira.

"Bu Ira.. Ini Tito, anaknya Padma."

Tangis Tito tak terhatan lagi. Ia memang sangat merindukan kawan lama ibunya itu, ia juga sudah menganggap Bu Ira sebagai keluarganya.

"Tito, kamu sudah besar ya."

Tito mengangguk dan melepas peluknya

"Bu, ini Songa dan sapio.. mereka yang antar Tito cari rumah Bu Ira."

"Kalian semua anak yang manis. Mari, hari sudah mulai gelap.. kita beristirahat dirumah ibu."

Diam diam, Sapio dan Songa merasa ada yang tidak beres. Tapi mereka tetap mengikuti Bu Ira untuk sampai kerumahnya

*

Sementara itu..

Aku terbangun. Tubuhku kaku, sulit sekali untuk digerakkan. Panas menyelimuti sela sela persendianku, nafasku pun sesak

"Bang Tito.. abang..."

Daeng Mina pun segera membawakan segelas air minum. "Minum ini, nak.."

Daeng mina mengangkat separuh tubuhku untuk duduk, aku pun minum.

"BHUAK! UHUK.. UHUK."

Apa ini? segelas air putih yang kuminum rasanya seperti air berduri yang menusuk nusuk tubuhku

"Gawat, sakit ko semakin parah.. Tasya."

"A.. apa yang terjadi padaku, Daeng?."

"Bila seseorang su diincar suanggi, ia akan sakit keras.. dan trakkan mampu untuk bergerak lagi. Tapi untungnya, ko masih bisa bicara.. itu berarti sakit ko masih bisa diobati."

"Dadaku sesak sekali, Daeng.."

"Baiknya ko tidur, jangan banyak bicara. nanti sakit ko makin parah."

Aku mengangguk dan menutup mataku

"Semoga mereka cepat kesini." ucap daeng mina dalam hati

*

Mereka pun sampai di rumah bu Ira. Rumah yang terlihat kecil dari luar ternyata luas didalamnya

"Silahkan duduk. Ibu akan ambil minum dulu ya, Tito.."

DENGING [#2 URBANLEGEND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang