Saat tirai itu kembali bergoyang, aku tau jika ada sesuatu di balik sana. Meski aku sedikit waspada akhirnya aku mendekat ke sana. Yang jelas mereka bergoyang bukan karena angin malam atau pendinginan ruangan yang terkadang menghembuskan udara. Dan saat sampai di bawah tirai itu aku langsung menyibakkan, sedikit tersentak saat aku tidak menemukan apapun. Dan jujur itu membuat ku kecewa, tidak ada benda yang bisa mainkan malam ini.
Lalu berbalik kembali ke sofa empuk milik Sasuke, mengambil posisi yang nyaman untuk membaringkan diri ini. Dan lagi pula Sasuke-ku sedang termenung menatap ke luar jendela, seperti orang yang kurang-kurang, karena sejak sore tadi Sasuke-ku keluar dari dalam kamar mandi sambil menyeringai, dan aku tidak tau apa yang sedang pria dewasa ini pikiran.
Maka aku tidak akan peduli, saat kuku ku rasanya sangat gatal ingin mencakar sesuatu, seperti sofa ini mungkin.
Lalu setelah sekian lama Sasuke-ku menatap pada objek yang tidak aku lihat langsung, pria itu kembali masuk ke dalam dengan raut wajah yang masih sama. Ia duduk di samping ku,tapi aku yakin Sasuke tidak menyadari ku berada disisinya, saat tangannya terbentang di sandaran sofa dan tubuhnya yang bersandar rileks, Sasuke-ku baru melirik padaku.
"0h, ternyata kau Roki. Ku kira bantal busuk ku" katanya dengan nada mengejek.
Batal busuk katanya?. Dasar pria malas. Rasanya aku ingin mencakar wajah Sasuke-ku saja dari pada sofa empuk ini.
"Kemarilah" katanya sambil mengangkat tubuhnya yang sudah melekat pada empuknya sofa berbahan kualitas tinggi ini.
Dan aku menggerang saat Sasuke menarik tubuhku dan meletakkannya di pangkuan paha Sasuke yang terasa rata dan keras karena hanya terlapisi kulit yang tipis.
"Aku tidak tahu Roki, hari ini rasanya sangat berbeda"
Memang aku peduli. Aku tau Sasuke-ku,kau punya kehidupan yang sangat membosankan. Dan karena saking bosannya mau bosan saja sudah bosan.
Kataku menjawab pertanyaan pria kesepian ini. Oh, aku mulai ingat, terakhir kali Sasuke-ku membawa seorang wanita ke dalam kamarnya selain ibunya tentunya, dan itu kurang lebih tujuh atau delapan bulan lalu saat kami masih di Tokyo. Dan ia masih ingat dengan jelas bagaimana wanita itu bertindak aneh di depan Sasuke saat memasuki kamarnya, lalu berakhir dengan di tendang oleh nyonya Mikoto yang masuk tanpa mengetuk pintu, mendapati anak kesayangannya ditindih wanita yang berpakaian kurang bahan.
"Sepertinya aku memang tertarik padanya"
Siapa?
"Aku tidak tau, kenapa aku bisa merasa mudah dan nyaman saat bicara dengannya"
Bodoh, siapa yang kau bicarakan?!
Tapi Sasuke-ku malah mengacak-acak rambutnya yang masih sedikit basah, jujur aku tak tahu apa yang ada di dalam pikiran pria ini. Dan Sasuke kembali menghela nafasnya sebelum menyunggingkan senyum anehnya lagi.
"Sakura, Haruno Sakura"
Hah?!
Nafasku tersangka tercekat sekarang mendengar nama asing itu,tapi tidak dengan pemiliknya. Dia gadis cantik yang kita temui di supermarket Minggu siang kemarin dan sore tadi saat Sasori- setan merah mengadakan barbeque dirumahnya.
"Nama itu identik dengan musim semi,kan?"
Aku memutar bola mataku, merasa tidak tertarik pada obrolan Sasuke-ku. Aku merangkak naik, mencium aroma tubuh Sasuke-ku yang sangat aku suka, dan aku jujur akan hal ini. Mendengus di sana yang mana membuat Sasuke merasa geli dengan perbuatan ku ini, dan tangannya yang memegang tubuh ku serasa ingin menarikku menjauh darinya.