Minggu 09.00
Karena Teriknya cahaya matahari pagi yang menembus pintu balkomku membangunkanku dari tidur nyenyaku. Dan hal yang kulakukan setelah itu adalah membalas pesan mereka.
Whatsapp (1)
Ferro: Morning babe 💕
Valerie: Morningg
Whatsapp (2)
Ezra: Dek gw pergi hangout sama teman
Valerie: Ok
Whatsapp (3)
Mom: Mom lupa bawa kunci, bentar lagi mom pulang
Valerie: Ok mom
Whatsapp (4)
Tania: Kak, Tania pergi kerpok ya
Valerie: iya
Hm.. sendirian dirumah enaknya ngapain ya. Oh iya, nanti mereka bakal datang buat kerja kelompok, gue ingatin lagi deh nanti kalo mau datang kabarin dulu.
Valerie: guysss kalo nanti sore jadi dtang kabarin dulu yaa
Dan tiba tiba dahaga dengan perlahan menjalar ke tenggorokanku dan aku pun pergi ke dapur untuk mencari darah.
Aku membuka kulkas di dapur tidak menemukan satu kantong darah pun.
Argh aku sangat membutuhkannya. Aku pun berusaha menenangkan diriku di sofa ruang tamu, dan tiba tiba ada yang memencet bel.Aku pun membuka pintu dan menemukan satu kardus yang kutebak isinya pasti kantong kantong darah. Aku pun membawanya masuk dengan segera, agar tak ada yang melihat penampilan vampirku.
Aku membuka kotaknya dan menemukan kantong darah yang sepertinya cukup untuk satu bulan kedepan. Lalu aku mengambil satu kantong dan meminumnya.
Tiva tiba ada yang memencet bel lagi, pasti itu mom. Aku pun membuka pintu dan menemukan anggota kelompokku. Semuanya tampak terkejut melihat penampilanku dan mereka pun berteriak lalu lari meninggalkan bahan yang mereka bawa untuk membuat miniaturnya.
Apakah rupaku begitu menakutkan? Sebenarnya kenapa gue harus sih terlahir kayak gini. Kenapa sih gue gak bisa jadi kayak yang lain. Pikiranku pun semakin kacau. Lalu aku meninggalkan semuanya dan berlari ke kamarku lalu menangis. Dan yang pasti hati ku berkata aku harus memutuskan Ferro.
Dengan mataku yang sudah mulai sembab, aku meraih ponsel yang tergeletak dimeja kecil disampingku. Lalu mengirim pesan kepada Ferro
Valerie: Maaf Ferro, kita putus.
Ferro: Kenapa?
Aku tak mau membalas pesannya lagi dan mataku pun tak berhenti mengeluarkan air mata. Mereka aja langsung lari melihatku, apalagi Ferro nantinya, pasti dia tak akan bisa menerima aku yang begini.
Aku menjalani sisa hariku dengan mengurung diri di kamar dan melukai tanganku dnegan berbagai benda tajam yang kupunya. Setidaknya luka itu dapat membantuku untuk sedikit melupakan masalah yang ada.
Senin 10.00
Aku terbangun dengan keadaan mata yang sulit kubuka dan luka di tanganku yang sudah tertutup. Mungkin aku tidak akan pergi ke sekolah lagi.
Karena haus aku pun berjalan menuju dapur dan mengambil beberapa kantong darah dan kembali ke kamarku lagi. Lalu pada akhirnya aku kepikiran tentang kejadian kemarin dimana mereka terkejut dan menatapku jijik lalu berteriak dan lari.
Mengapa aku harus hidup seperti ini? Mengapa harus aku? Mengapa tidak yang lain? Memikirkan hal tersebut, tanpa sadar mataku mengeluarkan air mata lagi.
20.00
Dari pagi aku tak sedikitpun berniat untuk keluar dari kamarku, dan tiba tiba saja ada yang mengetuk pintu kamarku.
*Tok Tok Tok
"Val.."
"Buka pintunya" Ucap Ferro
"PERGI!!" Teriakku.
"Please.. gausah ganggu gue" Ucapku.
"Tapi setidaknya kasih tau gue dulu kenapa lo minta putus, habis itu gue janji gue bakal pergi" Ucap Ferro
"GUE VAMPIR! PUAS LO!" Bentakku.
Aku pun merasa lega karena akhirnya Ferro pergi. Tetapi tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu balkonku. Palingan ranting pohon. Ketukan tersebut terdengar lagi, karena penasaran aku pun membuka gordenku dan melihat sosok seseorang dengan sayap dan tanduk hitam di pintu depan pintu balkonku yang transparan itu.
BERSAMBUNG...
■●■●■●■●■●■●■●■●■●■●■●■●■●■●■●■
Semoga kalian suka 💕
Jangan lupa vote yaa 💫
Next part otww..

KAMU SEDANG MEMBACA
Valerie (end)
Teen Fiction• Bagaimana rasanya menjadi vampir setengah manusia? Ini karya pertamaku... Jangan lupa votee kalo suka semoga kalian suka 💖 note: bila ada kesamaan karakter, nama, watak dll mohon maaf saya tidak berniat meniru IDE CERITA INI BERASAL DARI OTAK SA...