Bagian 1

1.5K 113 5
                                    

"Seratuh dua puluh tiga ribu Mba, ada tambahan lagi?" Nuca menyerahkan bungkusan itu ke seorang wanita didepan kasir.

Sial tangannya pegal sekali.

"Ada sih." Si Mba berbaju kuning itu menggeliat sambil meraih bungkusan itu dari tangan Nuca. "Nomer WhatsApp nya boleh?"

Nuca tersenyum walaupun terpaksa. Lalu menyedorkan kertas ke arah si Mba.

Wajah si Mba langsung sumringah.

"Itu nomer telpon toko, tidak ada WhatsApp nya, kalah mba mau pesan sesuatu kami juga menyediakan sistem delivery order."

Senyumnya langsung sirna, kertas itu melayang di udara.
Si Mba berbaju kuning berbalik sambil menggerutu.

"Sombong banget, untuk ganteng."

Nuca mengerutkan wajahnya. Bekerja di minimarket ini sudah cukup menguras tenaganya, eh dia juga harus membuang-buang energi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan aneh dari kaum hawa yang berbelanja di minimarket itu.

Capek kuadrat.

Tapi Nuca bisa bernapas lega, sudah hampir jam sepuluh dan sepertinya Mbak-mbak tadi adalah pelanggan terakhir, jadi Nuca bersiap untuk tutup.

Nuca hampir tersenyum membayangkan kasur dan bantalnya sebelum pintu kulkas terdengar berdentum nyaring.

Nuca melongo dari meja kasir.

Di ujung sana di rak-rak kulkas berisi minuman dingin sosok wanita dengan baju terusan berwarna nude sedang menegak minuman dengan tergesa-gesa. Seperti seorang kuli panggul yang baru mengangkat satu ton beras.

Rambut panjangnya acak-acakan, hampir seperti kuntilanak kalau kakinya tidak menapak. Oh iya! Benar, dia bahkan telanjang kaki.

Orang stres!

Nuca mengomel dalam hati sambil bergerak mendekat.

Dia Mengeluarkan jurus andalannya untuk mengusir pelanggan di saat waktu tutup seperti ini.
Dia mendekati rak mie instan yang berada tepat di belakang wanita itu, memasang wajah horor sambil sibuk merapikan bungkus-bungkus mie yang sebenarnya sudah rapi. Tidak lupa dengan gerakan kasar agar wanita itu tersadar.

Dan benar saja, dia menyadari kehadiran Nuca. Posisinya yang awalnya mengangkang kini mulai di buat sedikit anggun, tidak ada lagi minum tergesa-gesa ala kuli panggul, tapi wanita itu juga mulai menengok kearah Nuca.

Hanya satu detik. Karena Nuca pura-pura tidak memperhatikan.

Memasang wajah horor, sudah.
Merapikan barang dengan kasar, sudah.

Oke, wanita itu pasti akan pergi ke kasir dalam hitungan 3, 2, .....

Brak!

Nuca langsung melotot karena terkejut. Karena si kuntilanak sudah berdiri dihadapannya.

"Mas, mau jadi pacarku nggak?"

Spontan Nuca mundur, dan bungkus mie instan berserak dilantai.

Nuca ingin memaki, (a*j*Ng) seperti biasa dia memaki pada teman-temannya. Tapi dia berhasil mengendalikan sikap bar-bar nya, apalagi saat bekerja seperti ini. Kalau ahliyong tau, dia pasti di pecat.

"Mba sakit ya?" Nuca akhirnya bicara untuk memutus seringaian mengerikan dari si kuntilanak.

"Nggak." jawabnya masih menyeringai. "Berat badan saya 55 tinggi 167, ideal. Kadar gula darah 150, tekanan darah 100 per 95, tidak ada riwayat epilepsi, tidak merokok, jantung sehat, paru-paru sehat dan sudah terdaftar di BPJS kesehatan."

HIRED BOYFRIEND [Nuca×Lini]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang