'Aku bisa memikirkan nama itu ribuan kali dalam sehari, dan menikmati bagaimana darahku berdesir setiap kali mengingat nama itu'
.
.
.
.
.
.Selamat membaca 🌟
.
.
.
.Cuaca hari itu sangat panas, Nuca lebih memilih berdiam didalam kelas. Tidak seperti teman-teman nya yang lain yang berlomba lebih dulu Sampai di kantin, atau sekedar berkeliling koridor sekolah untuk mengintip cewek atau cowok yang mereka taksir.
Tapi Nuca tidak tertarik dengan kegiatan apapun saat ini, ia hanya berdiam diri, duduk di kursinya, memberi coretan tak beraturan di atas kertas sambil bertopang dagu.
Entah sejak kapan, tapi Nuca mulai merasa bosan dengan kehidupan sekolahnya. Ia merasa dirinya sudah tidak cocok lagi dengan pergaulan remaja, pikirannya saat ini hanyalah bagaimana caranya bisa mencari uang yang banyak dan mengembalikan kehidupan layak pada adik-adiknya.
Tapi sebagian pikirannya juga melanglang buana sangat jauh, pada sosok cewek yang entah bagaimana berhasil menyita perhatiannya.
Cewek itu begitu lembut dan rapuh, hingga rasanya Nuca ingin selalu melindunginya.
Mahalini, ya! Nuca bisa memikirkan nama itu ribuan kali dalam sehari, dan menikmati bagaimana darahnya berdesir setiap kali mengingat nama itu.
Tanpa sadar Nuca tersenyum. Kejadian kemarin kembali berputar di ingatannya.
Dia menceritakan segalanya pada Lini, tentang bagaimana dirinya dan juga keluarganya. Sangat aneh, karena biasanya Nuca tidak suka membicarakan masalah pribadi pada orang lain, apalagi pada orang asing yang baru dia kenal, Nuca tidak suka dikasihani. Hidupnya memang jauh dari kata cukup, tapi dia tidak pernah menyesalinya, dia bahagia dengan apapun yang sedang terjadi pada dirinya saat ini.
Lini memang berbeda, itu yang Nuca rasakan, hingga dia percaya untuk bercerita pada cewek itu. Tak ada kesan menghakimi ataupun mengasihani, Lini malah menangis tersedu seakan dirinya juga ikut merasakan kesedihan Nuca. Malah seperti Lini lah yang harus dikuatkan, bukan sebaliknya.
"Hei! Nggak ke kantin?"
Sebuah suara membuyarkan lamunan Nuca, sosok Lyodra sudah duduk di depan mejanya.
"Nggak." Nuca menyahut singkat.
"Yuk, Lah, kali ini aku yang bayarin." bujuk Lyodra.
Nuca menghela napas, bukan hanya kali ini, memang Lyodra lah yang selalu membayarkannya makan di kantin.
"Kali ini nggak dulu Ly, aku nggak begitu lapar." tolak Nuca.
"Oh, oke... " Lyodra manggut-manggut. "Oh ya! Ca! Ada yang harus kamu liat." Lyodra merogoh sakunya.
Lalu mengambil ponselnya dari sana.
"Liat deh, apa yang aku temuin tadi malam." katanya sambil memperlihatkan layar ponselnya pada Nuca. "Formulir beasiswa sekolah musik di Paris academy of music!" Serunya.
Nuca melirik cepat kearah layar ponsel Lyodra yang berada tepat didepan wajahnya. Sebuah artikel dengan latar warna hijau dan tulisan berbahasa Inggris. Nuca tak ingin lama-lama melihat layar itu, ia mendengus sambil mengalihkan pandangan.
"Nggak tertarik." gumamnya, kembali fokus pada coretan di kertas yang barusan terlupakan oleh kedatangan Lyodra.
Lyodra ikut mendengus, wajahnya seketika manyun. "Ca, plis deh! Nggak usah pura-pura didepan aku! Ini tu mimpi kita! Ingat?"
![](https://img.wattpad.com/cover/219852410-288-k910644.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRED BOYFRIEND [Nuca×Lini]
General Fiction"Mas! Mau jadi pacarku nggak??! Gimana rasanya ditembak mendadak oleh cewek nggak dikenal di minimarket? Welcome to Hired Boyfriend 😁