Bagian 2

1.4K 123 8
                                    

"Hai sayang... " Mahalini menyapa Nuca yang sedang memasuki mobilnya.

"Jangan terlalu menghayati mba, kita belum sampai." Nuca tidak terima, suara centil Mahalini membuat bulu kuduknya berdiri, bukan sejenis merinding karena ada makhluk halus tapi karena perasaan mengganggu lain yang tidak bisa dijelaskan. Sumpah demi apapun Nuca belum pernah dipanggil seperti itu.

"Pemanasan dong, biar nggak kaku." Mahalini kegirangan. Apalagi melihat penampilan Nuca hari ini. Wow! Kegantengannya bertambah berkali-kali lipat setelah memakai jas berwarna coklat dan celana Chino berwarna hitam. Sepatu bermotif catur yang manis dan sisiran rapi di rambutnya. Nggak kelihatan sama sekali kalau Mahalini baru memungut pria ini di pinggir jalan.

Ah! Jadi pengen macarin beneran.

"Eh, gimana penampilan aku Nuc?"

Nuca memperhatikan Mahalini dengan malas, walau gaun merah jambunya sedari tadi menyita perhatiannya. Gaun itu sangat cocok di tubuh Mahalini yang memang imut. Rambutnya yang kemarin terurai kini digelung berantakan dengan anak rambut yang mengeriting di pelipisnya. Ada bando mutiara di kepalanya.

"Bagus."

"Bagus itu bukan komentar, harusnya kau bilang cantik atau jelek."

"Jelek."

What?!

"Yaudah cepetan biar kita bisa cepat pulang."

"Baru juga mau berangkat." Mahalini merengut sambil menjalankan mobilnya.

Nuca berdehem. "Oh ya, kapan aku dapat uangnya?"

"Yang sepuluh juta?" tanya Mahalini polos.

Nuca memutar matanya, kenapa harus disebutkan nominalnya lagi, rasanya Nuca seperti kehilangan harga dirinya.

"Iya! Iya! Kasih aja nomer rekening kamu."

"Aku nggak punya nomer rekening."

"What? Hari ini nggak punya rekening? Ini tuh udah jaman modern Nuca, terus kalau kamu mau belanja online gimana caranya coba?" Mahalini menggeleng-geleng tidak percaya.

Sedangkan Nuca hanya bisa memijat dahinya. Pantas orang ini tidak punya pacar, sifatnya tidak mencerminkan umurnya.

"Ya udah cash, nanti pas acara selesai aku kasih."

"Oke." Nuca menyahut singkat. Wajahnya datar tapi hatinya berbunga-bunga.

"Oh ya, toko kamu gimana?"

"Aku kalau hari Minggu sift siang."

"Oh oke." Mahalini manggut-manggut. "Yang punya toko itu siapa?"

Ck! Malam ini akan sangat panjang bagi Nuca, Kuntilanak cerewet ini akan membuat minggu malamnya berat. Padahal seharusnya malam ini dia berkumpul dengan ayah dan adik-adiknya. Bukan Malah terjebak jadi pacar sewaan.

Duh! Nuca manusia, bukan PS yang bisa dirental.

Anjir!

Tiga sampai lima pertanyaan bodoh kemudian, akhirnya mereka sampai disebuah hotel.
Awalnya Nuca agak ciut saat mengetahui tempat mereka tuju adalah hotel. Tapi setelah Mahalini menjelaskan kalau acaranya di ballroom hotel tersebut, akhirnya Nuca mengerti.

"Kok belum turun?" Nuca bingung melihat Mahalini yang masih duduk di depan kemudi sambil melakukan gerakan yoga.

Tarik napas... Buang...
Tarik napas... Buang...

"Bentar Ca, aku mau menenangkan diri dulu supaya nggak gugup." jawab Mahalini masih melakukan Yoga.

"Ya udah aku turun duluan." Nuca melepas sabuk pengamannya lantas turun, meninggalkan Mahalini yang masih asik menarik buang napas.

HIRED BOYFRIEND [Nuca×Lini]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang