Aku butuh kamu, yang akan membelaku didepan semua orang, menyanjungku seperti permata, dan selalu memperlakukanku dengan lembut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.S
elamat membaca 🌟
Lini merasa Dejavu. Kemarin dia menelepon Nuca untuk mengabarkan bahwa kencan kecil mereka batal, hari ini juga demikian, hanya saja alasannya bukan lagi karena Tiara yang sedang patah hati, tapi karena cowok yang sedang bersandar di depan mobil itu. Namanya Zaki. ya, Lini tidak akan bisa lupa, bahkan sampai dia mati, mungkin.
"Tiara... " Lini menarik napas pedih, dalam hati dia meminta maaf pada Tiara, Nuca, dan juga Tuhan. Dia harus berbohong. "Aku belum bisa ninggalin dia."
Hening yang tidak wajar diseberang sana membuat Lini tersiksa, sambil memainkan ujung sepatunya dia melirik Zaki, sedang tersenyum penuh kemenangan, lebih tepatnya Lini lah yang membiarkan cowok itu menang.
"Ca... " Lini berusaha, berharap Nuca masih mau menerima alasannya.
"Ya." Suara dingin itu menusuk telinga Lini, membuatnya hampir menangis. Campuran dari perasaan kecewa dan juga, entah bagaimana khawatir terselip dari suara Nuca, hampir serupa seperti saat kemarin dia menelepon Nuca untuk pertama kali.
Nuca patut khawatir, disini Lini memang sedang resah karena kehadiran Zaki, dan keharusannya menerima ajakan cowok itu, yang tentu saja tanpa sepengetahuan Nuca.
Lini tidak mau Nuca tau dan benar-benar khawatir, cowok itu tidak akan pernah tau malam ini pernah terjadi. Dia hanya harus menuruti keinginan Zaki, dan dia dan juga Nuca---dan keluarganya---akan baik-baik saja. Itulah yang terpenting.
"Nggak apa-apa, kan?" Lini menahan suaranya agak tidak bergetar.
"Tentu. Tidak apa, aku mengerti." Suara Nuca seakan menjelaskan sebaliknya, bahwa ia sangat mengharapkan pertemuan ini, kencan kecil mereka yang manis, Seperti halnya Lini. tetapi semuanya hancur karena si brengsek Zaki mengetahui segalanya.
"Terima kasih, aku harus... Pergi..."
"Oke, Selamat malam."
Sambungan terputus dengan begitu pahit, rasanya Lini baru saja berbohong dengan begitu keji, kendati itu benar, tapi semua ini dia lakukan demi Nuca, tentu saja selalu demi dia.
"Sudah siap?" Zaki tersenyum dengan sangat anggun, layaknya pangeran yang sedang tersenyum pada Putri yang akan diajak berdansa.
Tapi bagi Lini, senyum itu menyiksanya serupa cambukan yang tercetus pada hatinya, menggores perih tak kasat mata, menyakitinya sedemikian rupa.
"Ya, sudah."
"Gue harap Nuca bisa mengerti situasinya."
"Ya, dia mengerti."
"Bagus."
Layaknya boneka yang terhipnotis, Lini menjawab datar pada semua pertanyaan Zaki. Lalu sambil melamun mengikuti langkah Zaki memasuki mobil berwarna silver itu.
Harusnya ini tidak boleh terjadi, harusnya Lini menelpon Nuca untuk meminta cowok itu datang dan mengusir Zaki, menghajarnya sekalian. Tapi Lini tidak bisa melakukan semua itu, dia terlalu paham pada sebab dan akibat yang bisa terjadi jika semua itu benar terjadi.
Zaki sudah menjelaskan semuanya secara tersirat, dan Lini tidak bodoh, dia mengerti, semua ini ancaman, dan semua ini ada bayarannya. Bukan hanya terhadap dirinya sendiri, tapi juga pada Nuca, Sherina, Dama, dan Ayah Nuca.
![](https://img.wattpad.com/cover/219852410-288-k910644.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRED BOYFRIEND [Nuca×Lini]
General Fiction"Mas! Mau jadi pacarku nggak??! Gimana rasanya ditembak mendadak oleh cewek nggak dikenal di minimarket? Welcome to Hired Boyfriend 😁