Bagian 4

1.4K 140 11
                                    

Mahalini kesulitan tidur. Ia sudah mencoba segala cara agar matanya bisa terpejam, miring kiri, miring kanan, kayang juga sudah, tapi tidak ada tanda-tanda kalau ia akan tertidur.

Jam berdentang di angka tiga, Mahalini mengerang, menutup wajahnya dengan bantal.
Kejadian di pesta reuni itu terus terbayang di otaknya, terulang-ulang seperti kaset rusak dan bergerak secara slow motion di bagian---Nuca mencium bibirnya.

Nuca mencium bibirnya???!!!

Mahalini mengerang lagi, demi Tuhan! Itu first kiss-nya! Mahalini tidak pernah membayangkan kalau ia melakukannya di depan semua orang!

Oh shit!

Mahalini berguling. Kembali mengingat kegugupan yang terjadi disepanjang jalan saat mereka pulang, beruntung Nuca yang menyetir, karena ia kehilangan kemampuannya dalam menggerakkan sendi-sendi, Kejadian itu sungguh membuatnya seakan lumpuh.

Ya, tentu, Mahalini tidak pingsan, diluar dugaan. Tapi kejadian diatas panggung sukses membuat otaknya sedikit bergeser dari tempatnya, Mahalini lupa bagaimana ia bisa berjalan sampai ke mobil dengan selamat, karena semuanya berubah kabur sesaat setelah Nuca menciumnya.

Oke, bahkan setiap mengingatnya saja, Mahalini kembali diserang sakit kepala.

Nuca diam sepanjang perjalanan, suasana jadi berubah canggung, bahkan Mahalini kehilangan kata-kata.

Mereka berpisah hampir tanpa bicara, Mahalini mengantar Nuca sampai di depan sebuah Gang setelah membayar Nuca sepuluh juta.

Saat itulah Mahalini sadar, Nuca hanya pacar sewaannya dan semua yang terjadi di pesta hanyalah sebuah sandiwara.

Mahalini menarik napas keras, dadanya sakit karena mengingat momen itu, sesaat semuanya terlihat begitu nyata, mengalir alami, tapi kenyataan memukul kepala Mahalini dengan keras, semuanya hanya kepura-puraan.

Mungkin setelah ini ia tidak akan bertemu Nuca lagi, dan kejadian di pesta itu akan melebur terlupakan seiring waktu.

Mahalini meringis lagi saat dadanya mengaduh pedih.

Kehampaan membawa Mahalini tertidur pulas, ia memimpikan Nuca. Cowok itu berdiri diujung jalan, sedang menatapnya, tapi tidak bergerak sedikitpun. Nuca hanya diam sambil menatapnya lamat-lamat.

Mahalini terbangun saat suara telpon berdering berisik dari arah luar. Ia tersentak hampir jatuh dari ranjang. Mata Mahalini terbuka lebar karena terkejut, dan mendapati cahaya matahari sudah mengintip dari balik tirai kamarnya.

Telpon berhenti berdering, tapi kembali memekik satu detik kemudian. Mahalini mengerang, ia masih sangat mengantuk, dan berencana tidur hingga siang, toh dia hari ini kuliah sore. Tapi rupanya alam semesta tidak memberinya izin.

Telepon menjerit lagi, minta diperhatikan. Mahalini menyerah dan mulai menyeret langkahnya keluar kamar.

"Halo." katanya malas-malasan, masih belum mencerna segalanya.

Tapi sebuah teriakan mengisi rongga telinganya, memaksa Mahalini menjauh dari corong telepon. "MAHALINI RAHARJA!!"

Oh! Oh! Tentu saja! Memangnya siapa lagi.

"Kemana saja kau!" Orang disebelah sana terdengar begitu mendesak, marah dan penasaran.

"Di rumah kak Sue, menurut mu dimana lagi?" Mata Mahalini yang mengantuk terbelalak seketika, firasatnya langsung buruk saat mendengar suara dari Susan--kakaknya, Sue bukan tipe orang yang suka menelpon kalau tidak ada apa-apa, lagipula kenapa dia menelepon ke telpon rumah?

HIRED BOYFRIEND [Nuca×Lini]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang