Bagian 8

1.4K 139 15
                                    

Tuhan mengirim mu padaku,
di saat yang tepat
.
.
.
.
.
.
.




S

elamat membaca 🌟


Mahalini tidak ingat berapa lama ia terdiam dengan ekspresi setengah menganga, tapi begitu dia sadar, semua orang sudah tidak ada, Ayah Nuca, Sherina, dan cewek berwajah cantik itu.

Yang tersisa hanya sosok Nuca yang sedang duduk di kursi yang baru ditinggalkan Ayahnya, terlihat sibuk melepaskan Hoodie berwarna putih yang menutupi seragam SMA nya.

Saat Nuca masih terlihat begitu sibuk membenarkan posisi duduknya, Lini mengalihkan pandangannya pada udara kosong tempat dimana dia melihat wanita cantik yang tadi baru saja bersama Nuca, hatinya diserang perasaan mengganggu yang terasa aneh, dan Lini merasa lucu saat menyadari perasaan apa itu.

Hei! Sadar! Memangnya Lini siapa?
Batinnya, berusaha meneriaki dirinya sendiri.

"Jadi?" Suara Nuca terdengar.

Lini menengok cepat kearah Nuca, dan mendapati wajah cowok itu tengah mengerut bingung memandanginya.

"Jadi?" ulang Lini terbata, mencoba menstabilkan otaknya yang masih terasa membeku.

Tawa Nuca terderai, pelan dan begitu singkat. Tapi entah bagaimana memberi shock terapi pada Lini, dan akhirnya Lini menyadari, dia begitu merindukan tawa itu, seakan sudah seabad lamanya tak mendengar tawa Nuca.

"Ada Job lagi, ya? Kau mau menyewa ku untuk event apa kali ini? Tarif ku masih sama loh, masih ingat, kan?" Nuca bicara dengan nada ringan, menyelipkan sedikit tawa di beberapa katanya

Lini masih melongo, tiba-tiba dia lupa alasan apa yang harus dia buat untuk menemui Nuca, toh sebenarnya dia tidak berencana menemui Nuca secara resmi, dia ingin terlihat tidak sengaja bertemu Nuca agar tidak begitu kentara kalau Lini sedang mencari-cari Nuca.

"Bukan begitu... Aku hanya tidak sengaja lewat." Lini menjawab cepat.

"Di depan rumah ku?"

"Tidak, tidak, maksudku... Tidak sengaja lewat di depan gang rumah mu."

Wajah Nuca mengerut lagi. "Ternyata ingatan mu bagus juga." katanya skeptis.

"Aku, kan sudah kuliah." Lini mengernyit mendengar jawabannya sendiri. Sangat tidak nyambung!

Nuca hanya mengulum senyum, terlihat tak ingin lebih jauh bertanya lagi, karena jika dia memaksa, maka jawaban-jawaban konyol lainnya akan terlontar dari bibir Lini.

Lini membuang muka ke sembarang arah, berusaha menyembunyikan semburat merah di pipinya, sumpah demi apapun! Dia sangat malu!

Ngomong apa sih Lin!!  Lini menekan rahangnya, memaki pada dirinya sendiri.

"Jadi, aku nggak jadi di sewa lagi, nih?" ejek Nuca.

Lini cemberut, memandang Nuca dengan cepat. "Eh, gimana ya... Kalau aku nyewa kamu jadi pacar lagi, emang nggak akan ada yang marah?"

"Siapa yang marah?"

"Cewek tadi."

"Sherina?"

Mahalini melotot, Nuca emang bego, apa pura-pura bego sih?

Alis Nuca naik sebelah melihat pelototan Lini, lalu wajahnya melebar saat menyadari hal sebenarnya yang dimaksud cewek itu.

"Oh, maksud kamu Lyodra?!"

HIRED BOYFRIEND [Nuca×Lini]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang