Bagian 7

1.1K 153 15
                                    


Selamat membaca

Mahalini melihat sekeliling, tapi tetap saja dia tidak tau dimana dia sekarang berada, sepertinya dia tersesat. Selain ceroboh Lini juga agak sedikit pelupa, seminggu yang lalu dia bisa dengan mudah menemukan perempatan itu, tapi sekarang dia sudah tidak ingat jalan kesana.

Sebenarnya sangat mudah, ia hanya harus mengingat patokan pohon besar tempat orang-orang duduk saat itu. Tapi dia tak juga kunjung bisa menemukannya. Bahkan dia sama sekali tidak tau sedang berada dimana sekarang.

Mahalini terus saja menjalankan mobilnya pelan, sambil celingukan kesana kemari melihat kalau-kalau ada segerombolan anak SMA yang lewat, tapi... Ugh! Jam berapa sekarang? Sudah sangat sore mungkin jam pulang sudah lewat.

Ya, Lini memang sedang mencari Nuca saat ini, tadi malam dia bermimpi melihat Nuca pergi ketempat yang sangat jauh. Mahalini jadi ketakutan, mimpi itu terasa begitu nyata.

Makanya Lini disini sekarang untuk memastikan mimpi yang dia liat tadi malam hanyalah buah dari rasa bersalah konyolnya setelah bertemu Zaki.

Sebenarnya tangannya sudah gatal ingin mengirim pesan pada Nuca, tapi Lini sangat gengsi mengakui kalau dia mencari Nuca dengan sengaja, apalagi dia tidak punya alasan lagi untuk menemui Nuca, tidak ada event yang mengharuskan Lini menyewa Nuca jadi pacar.

Lini berencana seolah-olah tidak sengaja bertemu Nuca, tapi setelah memastikan Nuca tidak ada di minimarket dan mencarinya di jalanan ini, Lini belum juga menemukan sosok Nuca.

Jangan-jangan Nuca memang benar pergi?

Ah, enggak! Mana mungkin Nuca pergi tanpa pamit pada Lini.

Eh, memangnya Lini siapa coba?

Lini mengerang dengan perang yang terjadi didalam kepalanya sendiri.

Saat dirinya hampir putus asa karena hari yang semakin sore, saat itulah Lini melihat gerbang berwarna biru itu. Ya, Lini masih ingat, itu adalah gerbang dimana Lini menurunkan Nuca sepulang pesta tempo hari.

Lini berhenti tepat didepan gerbang bertuliskan Gang Warna itu. Sambil celingukan Lini keluar dari mobilnya. Dia menengok ke arah jalan gang yang sempit itu, mustahil mini Cooper nya bisa masuk kesana.

Lalu Lini melihat seorang ibu-ibu keluar dari gang itu. Lini segera menghampirinya.

"Permisi, Bu, maaf... Ibu tau Nuca nggak?" cegat Lini.

Ibu itu memandang Lini dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai.

"Rentenir, ya Mbak?" tanyanya sambil mengernyit, telunjuknya teracung pada Lini.

"Eh, bukan, saya temannya." kata Lini sambil mengibaskan tangannya.

"Oh, temannya, saya kira rentenir, karena biasanya yang cari Nuca cuma rentenir." oceh ibu itu. "Rumahnya didalam gang ini, sebelah kanan rumah yang ke tiga didepannya ada gerobak." jelasnya kemudian.

"Ah! Iya! Makasih bu."

"Sama-sama." jawab ibu-ibu bertubuh tambun itu seraya berjalan pergi masih memandangi Lini dengan tatapan curiga.

Ragu-ragu Lini mulai melangkahkan kakinya memasuki jalan gang itu, sambil celingukan ia mulai mencari rumah yang di maksud ibu tadi.

Satu, dua, tiga...

Lini mulai menghitung rumah yang ia lewati, dan benar saja, di rumah ketiga ada sebuah gerobak dorong didepannya. Seperti gerobak bakso atau semacamnya. Lini terus celingukan, pintu rumah itu terbuka dan tidak terlihat sama sekali tanda-tanda keberadaan Nuca.

HIRED BOYFRIEND [Nuca×Lini]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang