× White Flower ×

901 71 6
                                    

Nayeon menghela napas panjang sementara tangannya memilin tangkai bunga yang tengah dipegangnya dengan gamang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nayeon menghela napas panjang sementara tangannya memilin tangkai bunga yang tengah dipegangnya dengan gamang.

Saat ini ia tengah di halte, menunggu bus yang akan mengantarnya ke tempat tujuannya. Angin berhembus dengan pelan, menerbangkan helaian rambutnya yang saat ini tidak terikat. Pun dengan gaun berwarna putihnya yang menutupi kakinya yang telanjang.

Ia baru saja kabur dari pernikahannya tepat sebelum sang ayah menjemputnya untuk pergi ke altar. Sudah sejak lama ia merencanakan hal ini tapi sepertinya cuaca tak memihak padanya.

Hujan disertai angin yang cukup kencang tiba-tiba saja mengguyur Seoul. Bus belum juga tiba, dengan terpaksa Nayeon berteduh di Halte. Kedua lengannya memeluk tubuhnya, sedang dingin terus saja menusuk-musuk bahunya yang terekspos.

Nayeon bersin, sial, lengkap sudah kesialannya untuk hari ini. Selain bisa kabur dari pernikahannya, tidak ada satupun yang berjalan lancar untuknya hari ini, sampai sebuah mobil berawarna merah metalik menepi di depannya.

Kaca jendelanya perlahan turun, menampilkan sesosok lelaki yang selama ini ditunggunya—namun menghilang begitu saja saat dirinya telah dilamar oleh orang lain. Dan sekarang, lelaki itu kembali bak seorang pahlawan kesiangan.

"Nayeon-ah, ayo masuk!" panggilnya tak tahu malu membuat Nayeon mendengus. "Kau baru datang sekarang? Kemana saja kau selama ini?!"

Jin mencondongkan tubuhnya lalu membukakan pintu untuk Nayeon dari dalam. "Ayo masuk dulu, hujannya semakin besar."

Dengan wajah masam, Nayeon masuk ke dalam mobil lalu tak lama kemudian, Jin kembali menjalankan mobilnya.

Suasana kembali terasa sepi, Nayeon memilih untuk menatap ke arah jendela sementara Jin memikirkan cara untuk mencairkan suasana. "Kenapa kau kabur? Sejak tadi aku menelponmu tapi kau tak mengangkatnya. Ada masalah?" tanya Jin.

Nayeon mendelik kesal. "Kau masih bertanya? Ini semua karenamu! Kalau saja kau waktu itu setuju untuk membawaku kawin lari, mungkin aku tidak harus kabur dari pernikahanku saat ini!"

Jing menghela napas, "Kawin lari itu terlalu bersiko."

"Lalu bagaimana? Memangnya kau rela aku menikah dengan lelaki lain, eoh?"

"Tentu saja tidak!" Jin menoleh ke arah Nayeon. Saat ini tengah lampu merah, dan mereka punya waktu satu menit sebelum lampu itu kembali menjadi warna hijau.

"Aku akan menikahimu secara resmi didepan pendeta," ujar Jin yang menbuat Nayeon langsung menoleh ke arahnya. "M-mwo?"

Jin hanya tersenyum, ia mendekatkan wajahnya ke arah perut Nayeon sembari mengelus perut yang masih rata itu dengan pelan. "Maafkan appa yang baru mengetahui keberadaanmu sekarang."

Nayeon membeku, "Ka—kau tahu darimana kalau aku—"

"Ken yang memberitahuku." Jin mengusap rambut Nayeon pelan lantas kembali menjalankan mobilnya.

"Aku akan menikahimu dulu hari ini, baru kita pergi ke rumahmu untuk meminta restu mereka karena jika kita datang saat ini, pasti mereka langsung mendesakmu untuk menikahi Taehyung."

Nayeon hanya mengangguk, lantas menyandarkan kepalanya di bahu lebar milik Jin. "Jadi ini alasanmu kembali padaku? Karena kau tahu aku tengah mengandung anakmu?"

Jin mendengus geli, lantas meraih tangan Nayeon lalu dikecupnya lama. "Tentu saja bukan." Ia mengecup dahi Nayeon sebelum kembali melihat ke arah jalanan. "Aku kembali karena aku mencintaimu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RANDOM 00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang