× Warm ×

971 123 20
                                    

Butiran salju telah turun tepat ketika matahari telah berada di ufuk barat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Butiran salju telah turun tepat ketika matahari telah berada di ufuk barat. Senyumnya tercetak lebar, tungkainya lantas berlari keluar membuat butiran salju itu perlahan mengenai helai rambutnya dan jaket yang tengah dipakainya.

Tangannya terulur, membiarkan butiran salju itu menghantarkan dingin pada kulit putih pucatnya. Rasanya sangat—beku, tapi gelenyar hangat merasuk ke dalam benaknya. Ingatan mengenai musim dingin yang selalu dilaluinya dengan dekapan hangat sang kekasih kembali terbayang, mengundang butiran bening dalam hazel gelapnya menetes.

Ya, tak terasa sudah satu tahun lamanya ia menjalani hari tanpa sang kekasih. Rasanya baru kemarin, hingga rasa sesak itu masih kerap kali terasa di kala ingat.

Sebuah tangan kekar mengalung dibahunya diikuti dengan sapuan hangat di pipinya yang baru saja di aliri air mata. Dahyun menoleh, mendapati Jungkook dengan senyum kelincinya yang memikat.

Dahyun tersenyum tipis, lantas buru-buru menyeka air matanya yang kembali ke luar. "Kau benci dingin, kenapa kau malah kemari?" tanya Dahyun kemudian.

Jungkook mengambil sesuatu dalam sakunya lantas meraih kedua tangan Dahyun. "Sudah tahu dingin kenapa kau malah hanya mengenakan jaket tipis? Dan lagi, kau bisa mati kedinginan jika membiarkan tanganmu membeku seperti ini," ujarnya sembari memakaikan Dahyun sarung tangan.

Sementara gadis itu hanya tersenyum tipis, maniknya menyipit saat menyadari sikap perhatian Jungkook padanya, "Eyy—kenapa kau baik sekali padaku? Kau pasti sedang membutuhkan sesuatu ya?"

Jungkook tersenyum. "Kelihatan sekali, ya?"

Dahyun mendengus, ia berbalik lantas mulai berjalan bersisian dengan Jungkook. "Kau ini, kita sudah tumbuh bersama-sama selama belasan tahun! Mana mungkin aku tudak menyadarinya?"

"Tapi—sepertinya ada satu hal yang belum kau sadari dariku." Dahyun menghentikan langkahnya, lantas menghadap ke arah Jungkook. "Apa? Kau punya pacar?"

Jungkook menggeleng, "Aniya. Bukan itu."

"Lantas? Ya, walaupun aku tahu semua hal tentangmu, tapi kau tidak pernah bercerita apapun padaku! Selama ini hanya aku saja yang terus bercerita, menyebalkan! Cepat katakan apa itu, aku sangat penasaran!" ucap Dahyun dalam satu kali tarikan napas. Jungkook tersenyum geli, gadis ini selalu terlihat bersemangat sekali jika menyangkut soal dirinya.

"Aku—"

"Ya?"









"Aku mencintaimu!"

"Kau mencinta—apa?!"

Dahyun kaget, sementara Jungkook tak bisa menahan tawanya melihat ekspresi kaget gadis itu dengan kedua pipinya yang memerah.

Merasa di permainkan, Dahyun langsung menghujani Jungkook dengan pukulan bar-barnya yang tentu tak mempan untuk menandingi kekuatan Jungkook. "Ya! Kau mempermainkanku, eoh?! Kau mau mati?!!"

Jungkook masih tertawa, lelaki itu lantas mencekal kedua tangan Dahyun hingga pergerakan tangannya terhenti. "Jadi, kau mau aku mengatakannya dengan serius?" tanyanya.

Lagi-lagi, Dahyun terpaku, "M-mwo?"

Jungkook merubah cekalannya pada kedua tangan Dahyun menjadi genggaman hangat. Obsidiannya menatap lurus kearah manik bening itu hingga membuat waktu terasa berjalan lebih lambat bagi mereka.






"Saranghae," lirih Jungkook pelan, nyaris tak terdengar.

"N-nde?"

"Saranghaeyo, Kim Dahyun!"

"Mwo? Ta-tapi ... Kau—"

"Dari dulu! Bahkan sebelum kau pacaran dengan Jimin, aku sudah mencintaimu! Aku selalu menunggumu, apa kau tak pernah menyadarinya?"

"A-aku ... Mmpph—"

Saat itu, salju kembali turun. Seolah menyambut kepergian badai yang selama ini menguasai benak Dahyun. Untuk pertama kalinya, semenjak peninggalan Jimin, ia dapat kembali merasakan kehangatan ini.

Jungkook memangut bibirnya dengan lembut. Sementara Dahyun masih terpaku dalam pikirannya. Dan ketika lampu disepanjang jalan mulai dinyalakan, ia mulai memejamkan matanya dan membalas lumatan Jungkook.

Jungkook tersenyum, ia menarik pinggang Dahyun supaya lebih mendekat padanya sedang tangannya yang lain menyentuh tengkuk gadis itu untuk memperdalam pangutannya. Demi apapun, ini adalah musim dingin terhangat yang pernah ia rasakan sepanjang hidupnya.

 Demi apapun, ini adalah musim dingin terhangat yang pernah ia rasakan sepanjang hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama-lama bisa oleng
ke dahkook nih :")

RANDOM 00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang