15 04 2020
Hayo, apa ni yang bergetar 🌚🌚🌚🌚🌚🌚🌚
Dung...
Dung....
Dung...
Tepat saat jam besar di tengah kota Aldene Empire berbunyi mengisi suara ribut sepenjuru Aldene Empire, saat itulah tanda bahwa kegiatan melukis Seokjin telah usai.
Seokjin menghela. Akhirnya Ia akan kembali. Sejak dua jam yang lalu tubuhnya kaku sekali. Berusaha menyembunyikan diri di balik kanvas putih. Seokjin tak ingin Namjoon mengenalinya, apalagi menatapnya. Meskipun Seokjin tau itu mustahil. Sebab terhitung sudah dua kali Namjoon memperingati dirinya agar tidak bersifat ceroboh.
Bagaimana tidak? Seokjin menumpahkan cat warna ke bajunya tak sengaja saat Ia terkejut bahwa Namjoon akan menjadi guru pengganti seni lukisnya, ketika kelas hendak memulai. Lalu yang kedua, Seokjin menjatuhkan kuas-kuasnya. Radar sifat ceroboh Seokjin menyala saat Ia merasa gugup luar biasa.
Kini sudah saatnya pulang, namun Seokjin sama sekali tidak memiliki keberanian tuk sekedar bangkit dari kursinya tuk pergi dari sana.
Sebab Namjoon masih duduk rapi di kursi besarnya.
"Seokjin-ssi? Tidak pulang?" Ryujin, gadis yang menjadi kenalan barunya menyapa bersama Yeji-gadis kenalannya juga-yang menempel selalu padanya.
"Ah.. I-iya.. A-aku menunggu pengawal ku.." Seokjin berujar gugup. Sejak tadi netranya tak bisa berhenti tuk melirik-lirik Namjoon di sana-
-Yang sebenarnya juga menatap Seokjin sejak tadi.
"Waa~~ enak sekali ya jadi keluarga kerajaan~~ aku juga inginn~~" Yeji mengeratkan gengamannya. Menahan rasa gemasnya.
"Kelas sudah hampir kosong, yakin tak ingin menunggunya di luar bersama kami?" Tawar Ryujin.
"Terimakasih sebelumnya Ryujin-ssi, Aku akan menunggu di sini saja." Jelas Seokjin.
"Heeyy Ryujinn~~ Pangeran kita ini kulitnya sensitif! Jikalau Ia menunggu di luar, udaranya panas, nanti kulit halusnya itu bisa kasar seperti punya mu! Hihihi" Yeji terkikik geli.
"Seperti kulit mu indah saja. Humph." Seru Ryujin.
"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa Seokjin-ssi. " Lanjut Ryujin.
"Sampai Jumpa. Kalian hati-hati ya."
"Byebye Seokjin-ssi~~~~"
Tepat saat pintu kelas itu tertutup meleyapkan Ryujin dan Yeji dari pandangan, Seokjin kembali menegang dengan duduk tak nyaman. Merutuki diri, kenapa juga pria itu belum keluar kelasnya. Kalau saja pengawalnya yang menjemput tak memintanya tuk menunggu di kelas, sudah sejak tadi Seokjin keluar kelas dan memilih pulang berjalan kaki saja.
Suasana terlalu sunyi, Namjoon masih di mejanya berkutat dengan kertas-kertas yang entah Seokjin tak tau kertas apa itu. Guratan pena beludru menjadi satu satunya suara yang mengisi keheningan. Detak jam di dinding juga ikut mengisi sunyi yang melanda diantara keduanya. Detaknya tak sesuai dengan detak jantung Seokjin yang tak beraturan, sejak tadi bertalu talu seakan hendak meloncat lalui kerongkongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opera [NAMJIN]
RandomON GOING. Seokjin tidak pernah menonton pertunjukan Opera. Ia hanya pernah membacanya pada buku-buku usang di istana megahnya. Hingga suatu hari di malam yang dingin, Seokjin meneduh pada bangunan besar indah yang dia ketahui sebagai gedung opera...