19 06 2020
Baca A/N diakhir cerita ya. Tancuuu.
di tunggu komennya.
Ketika malam telah menjelang, seluruh bangsawan dari segala penjuru datang ke Istana Seokjin untuk menghadiri acara itu.
Pesta Dansa.
Taman halaman luar milik istana Seokjin di sulap menjadi ballroom outdoor lengkap dengan lantai dansa. Tamannya terlihat sangat indah dengan lampu dan lilin hias. Dan Seokjin sangat terpukau karenanya. Min Yoongi benar-benar tidak pernah main-main soal mendekorasi sesuatu. Seokjin yang baru keluar dari kamarnya berjalan menyusuri lorong koridor yang akan menuntunnya pada pesta dansa yang meriah. Bahkan di sepanjang lorong itu terhias jajaran mawar putih lengkap dengan lilin-lilin aroma terapi yang memedarkan cahaya temaram.
Karena pesta ini bertema eropa, Seokjin juga mengenakan pakaian ala-ala eropa. Ia mengenakan tuxedo berwarna maroon dan hitam. Seokjin melangkahkan kakinya perlahan menyusuri koridor. Saat seberkas cahaya mulai menyapa pandangannya, Seokjin mulai merasakan gugup yang mendera. Masalahnya ini bukan pesta biasa. Ini pesta yang cukup besar. Bangsawan seluruh penjuru datang untuk melihatnya sebagai calon dari Raja Taehyung si penguasa daratan eropa.
Belum lagi...
Namjoon akan datang pada pesta itu karena undangannya.
Semakin gugup Seokjin jadinya. Namun Ia tak dapat kembali mengulur waktu. Pesta sudah mulai sejak setengah jam yang lalu dan Seokjin sudah tidak bisa mengulur waktu untuk lebih lama lagi.
Saat Seokjin sudah dekat, Seokjin menghela nafas panjang. Ia di sapa oleh pelayan nya yang bertugas memberikan informasi tamu undangan. Berdiri di penghujung koridor peyambung antara koridor dan halaman luar. Pelayan itu menangkap air muka Seokjin yang gugup lantas pria itu bertanya padanya.
"Anda sudah siap Yang Mulia?"
Seokjin mengangguk. Ia benar-benar gugup. Jarang sekali Ia bertemu banyak orang.
"Aku siap." Ucapnya pelan.
Lalu sang pelayang menarik nafas sebelum akhirnya berucap selantang mungkin agar orang-orang dalam pesta itu mendengar nya.
"Yang Mulia Pangeran Kim Seokjin telah tiba." Suara lantang pelayan itu terdengar cukup jernih bahkan di outdoor seperti ini.
Hiruk pikuk pesta berhenti sejenak, hening tak ada seorang pun yang berbicara, seluruh mata menatap ke arah datangnya Seokjin. Seokjin melangkahkan kakinya pelan. Ia menatap sekitarnya. Semua orang memandangnya dengan berbagai ekspresi. Dan itu semakin membuat jantung Seokjin berdebar, tak luput keringat dingin yang mulai menghujaninya. Seokjin mengulas senyum gugupnya.
Lalu pada keramaian itu, ekor mata Seokjin hanya tertuju padanya..
Ya..
Hanya padanya..
Di sudut halaman dekat panggung itu...
Seorang pria tampan berdiri dengan gagahnya. Nampak begitu menawan dengan setelah jasnya yang senada dengan milik Seokjin. Pun pria itu mengulas senyum ke arah Seokjin, memberikan dukungan semangat secara tersirat, yang mana senyuman itu mampu menyirnah kan rasa gugup Seokjin yang meluap entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opera [NAMJIN]
عشوائيON GOING. Seokjin tidak pernah menonton pertunjukan Opera. Ia hanya pernah membacanya pada buku-buku usang di istana megahnya. Hingga suatu hari di malam yang dingin, Seokjin meneduh pada bangunan besar indah yang dia ketahui sebagai gedung opera...