10 08 20
4 part menuju ending...
Vomment jan lupa.
Tuk!
Tuk!
Tuk! Tuk! Tuk!
Seokjin yang terlelap sesaat terbangun saat mendengar sesuatu mengetuk ngetuk pintu balkon kamarnya. Ia yang bergelung di dalam selimut bersama piyama putihnya bergerak gelisah lalu duduk pada peyangga kasur.
Netra indahnya yang masih menerjap berusaha memfokuskan pandangannya pada sosok bayangan besar yang sedang berusaha memasuki pintu balkonnya.
"Ah, hanya bayangan besar.. " Seokjin tak ingin ambil pusing, Ia kembali berbaring.
Namun di detik berikutnya kepalanya berteriak memberikan tanda bahaya. Membuat netranya kembali terbuka kali ini melebar pupilnya.
"B-bayangan besar?" Seokjin bergumam pelan, takut sosok itu bisa mendengarnya.
Duk duk duk duk duk!!!!!
Seokjin turun dari kasur. Mengendap endap perlahan. Ia mengambil katana kayu miliknya. Mengenggamnya erat sampai urat tangannya muncul. Jantung Seokjin berdebar kuat. Ia mengendap endap tuk mendekati pintu balkon. Sosok itu sebentar lagi akan berhasil mendobrak pintunya.
Seokjin bersembunyi di balik tirai tirai putih.
Brak!
Pintu itu berhasil terbuka. Dalam jarak pandangnya Seokjin dapat melihat bayangan besar di hadapannya telah memasuki kamarnya.
Seokjin bersiap menyerangnya....
Srat!
Seokjin membuka tirai korden yang menghalanginya.
Syat!
Seokjin menghunuskan katana kayunya itu ke punggung tegap di hadapannya. Geraknnya anggun, namun begitu cepat dan konsisten. Ia melompat dan melayang sesaat di udara tuk menggapai sosok di hadapannya dalam satu kali serangan.
"Hiyaa! "
Syat!
Bugh! Bugh!
Seokjin berhasil memukul kedua pundak sosok itu. Ia kembali melayang tuk memberikan serangan terakhirnya ke kepala. Namun sosok itu dengan epiknya memutar tubuhnya, lalu menangkap katana Seokjin. Dunia seakan melambat untuk Seokjin, oh atau memang kejadian itu begitu cepat?
Katana kayu yang hendak menyentuh kepala sosok itu tak jadi menyentuh kepala. Tangan besar berhasil menangkis dan menangkap katana itu. Lalu menarik katana tersebut. Tubuh Seokjin yang masih melayang di udara dalam hitungan detik akan menabrak sosok itu. Seokjin menutup matanya. Dia tau dia akan terjatuh menubruk sosok itu.
Tapi..
Grep!
Entah bagaimana Seokjin malah merasa nyaman. Sosok itu menangkap tubuhnya dengan sempurna. Seokjin masuk dalam rengkuhan itu. Seperti pemain bisbol yang mampu menangkap bolanya. Seokjin mengalungkan kedua tangannya pada leher kukuh itu. Masih menutup mata, tak berani membukanya.
Namjoon, si pelaku pendobrakan pintu balkon itu terkejut saat seseorang menyerangnya lalu malah mendarat manis di gendongannya seperti ini.
Tidak, Namjoon tidak marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opera [NAMJIN]
RandomON GOING. Seokjin tidak pernah menonton pertunjukan Opera. Ia hanya pernah membacanya pada buku-buku usang di istana megahnya. Hingga suatu hari di malam yang dingin, Seokjin meneduh pada bangunan besar indah yang dia ketahui sebagai gedung opera...