16 04 2028
Sunyi malam mendera suasana, angin malam yang dingin menerpa dedaunan yang bergemerisik dan menjadi satu satunya suara pemecah keheningan malam itu.
Seokjin menatap bulan yang sudah setengah muncul itu dengan wajah sendunya. Sebentar lagi purnama pertama akan datang. Dan Ia akan kehabisan waktunya. Ia mungkin akan merindukan saat saat sendirian seperti ini.
Berulang kali Ia mencari cara tuk membebaskan Jungkook dari Taehyung, tetap saja tak bisa. Bahkan untuk pergi kemana mana pun sulit rasanya. Taehyung membuat pengawalnya mengikuti kemanapun Seokjin pergi. Bahkan hanya untuk ke kamar mandi.
Taehyung menepati janji janjinya selama ini..
Perjanjian yang Seokjin buat untuk Taehyung bila ingin menikahinya.
Tak hanya aturan tentang kapan mereka akan menikah, namun aturan seperti, tidak boleh menyentuh Jungkook sama sekali, dan mulai memberikan bantuan pada kerajaannya..
Taehyung memenuhi seluruh persyaratan itu. Walhasil selama lebih dari seminggu ini, perlahan perekonomian kerajaanya memulih. Padahal baru sepuluh hari. Dengan cepatnya perekonomian berubah se pesat ini.
Dan entah mengapa hal itu semakin membuat Seokjin khawatir, Taehyung pria yang bertanggung jawab dan sangat memegang janjinya. Perlahan Ia menyadari alasan mengapa pria itu dapat menduduki kursi tahta kerajaan itu dalam usianya yang terbilang belia.
Seokjin takut, bila Ia tidak menepati janjinya, maka Jungkook akan menjadi korbannya.
Sesungguh nya, Seokjin tidak pernah merasa keberatan dengan pernikahan ini. Selama semuanya bahagia dan aman terkendali, Ia rela meskipun harus berkorban. Sudah biasa. Ini adalah bentuk tanggung jawabnya sebagai pangeran kerajaan kecil ini. Dan pagi ini Ia mendengar kabar utusan istana bahwa rakyatnya sangat kagum padanya yang mampu memulihkan perekonomian kembali. Mereka hanya tau pangeran Seokjin sebentar lagi akan di persunting oleh Raja dari kerajaan besar Lucero Empire itu. Mereka setuju saja dan berfikir pangeran pasti sedang berbahagia, rakyat hanya bergembira saja tanpa tau kisah di balik semua luka yang di derita Kim Seokjin.
Tak apa. Biarlah dirinya sendiri yang menanggung.
Seokjin menghela dalam udara yang begitu dingin malam itu. Ia kembali menatap sosok rembulan yang hari ini nampak tak kesepian sebab bintang gemerlap itu menemani sosok perak itu di langit malam. Pemandangan desa sangat terlihat jelas dalam jangkauan matanya dari balkon kamar nya ini. Lalu netra indah miliknya yang perlahan berbias cahaya bulan, bergulir bergerak tatkala sudut matanya menangkap sebuah bangunan di arah selatan sana.
Tak jauh dari istananya, ada sebuah bangunan besar yang tak tak kalah indah seperti istananya. Seokjin tau betul bangunan apa itu..
Itu sebuah gedung opera.
Yang telah di bangun begitu lama oleh leluhurnya.
Sebagai seorang Putra Mahkota, Seokjin tau betul bagaimana sejarah gedung itu. Yang pernah Seokjin baca di perpustakaan istananya, dahulu gedung itu di buat oleh salah satu leluhurnya bernama Akasia, seorang wanita yang konon katanya memiliki wajah cantik luar biasa. Seokjin tak tau pasti dari kerunan mana si Akasia ini, tak ada buku sejarah leluhurnya yang menjelaskan begitu detail tentang wanita itu. Yang Seokjin tau wanita itu tak pernah memiliki anak, atau pun menikah. Ia satu satunya Ratu pada zaman itu. Seokjin bahkan tak dapat menemukan satu foto ataupun lukisan dari Ratu Akasia.
Akasia menyukai seni, terutama teather drama. Maka dari nya wanita anggun itu membangun sebuah gedung opera yang indah dan amat terkenal di zamannya. Dan gedung itu masih ada sampai sekarang. Dan masih menjadi idola sampai saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opera [NAMJIN]
AléatoireON GOING. Seokjin tidak pernah menonton pertunjukan Opera. Ia hanya pernah membacanya pada buku-buku usang di istana megahnya. Hingga suatu hari di malam yang dingin, Seokjin meneduh pada bangunan besar indah yang dia ketahui sebagai gedung opera...