" terimakasih bibi, jika tidak ada dirimu aku tak tahu lagi harus kemana " bungkuk hankyung menghormati, bibi di depannya yang biasanya ia panggil dengan bibi beom itu pun tersenyum manis dan menggeleng.
" santai saja, kau ini sudah kuanggap seperti putriku sendiri, aku malah senang jika kau menginap di sini lagi " katanya sembari mengelus rambut hankyung, gadis itu tersenyum merasa nyaman dengan sikap bibi beom padanya.
Mengangguk dan berpamitan padanya, seketika pandangannya melihat woomin yang berjalan mendekat dengan senyuman, pria itu sudah siap pergi bersamanya menuju tempat teater, oh iya, dirinya juga baru mendapat kabar dari pihak teater jika mereka semua harus datang ke sana untuk bertemu seseorang dari seoul. Ternyata memang bukan dirinya yang tidak di beri tahu hanya saja memang belum di beri tahu.
Hankyung semakin merasa rencana mengendap endapnya kemarin tidak begitu berguna.
Woomin berpamitan dan mereka lanjut berjalan kaki menuju tempat teater, karena memang rumah woomin ini cukup dekat dengan teater. Hankyung menikmati jalannya, mengirup udara segar sembari melihat pemandangan kota yang masih terlihat asri mengingat mereka tidak tinggal di tengah kota, lebih ke pinggir kota namun tetap berteknologi.
Kemarin dirinya memang memilih menginap di rumah woomin dan bibi beom, untungnya ia dekat dengan keduanya jadi kemungkinan besar bibi beom tidak akan keberatan tetapi malah kadang ia yang merasa memberatkan, haha.
Saat ini sebisanya hankyung menghindari kakaknya dulu, toh, kakaknya tak peduli dan tidak berusaha mencarinya, itu berarti wanita itu memang sudah tidak peduli, bahkan ia rasa kakanya itu lebih suka memperhatikan berkas selama berjam jam dari pada dirinya.
woomin memperhatikan hankyung yang lebih pendek darinya, melihat gadis itu yang kerap kabur dari rumahnya dan menginap di rumahnya, membuat woomin kadang berfikir, sebegitu besarkah larangan sang kakak dalam menentang keinginan gadis itu? Apa alasan yang lebih baik dari pada menghentikan mimpi dan menuruti perkataan kakaknya? Woomin selalu menemani gadis itu dari dulu, setiap dia kabur, bercerita, menemani latihan menari ataupun bernyanyi, gadis di sampingnya ini ber-notabene senior karena ia sudah lebih handal dan duluan mengikuti teater, sebelum dirinya.
Suaranya pun indah dan tariannya sangat bagus, dia seakan sudah menyatu dengan lagu, bakat yang seperti itu tak seharusnya disia siakan bukan?
Melihat gadis itu kabur terus dari rumah membuat woomin merasa sedih, dia sebagai pria saja tidak pernah sekali pun kabur dari rumah.
Tangannya terulur untuk merangkul noonanya, bertanya satu dua mungkin tak masalah, karena mereka sering bercerita satu sama lain selama ini.
Hankyung tersentak lalu mendongakkan kepalanya kepada woomin yang menatap kedepan dengan senyuman.
" noona, kau tidak apa apa bukan? "
Ia terdiam.
Apa yang harus di jawab?
Ia merasa baik baik saja, namun kenyataannya ia jauh dari kata baik, terlalu banyak masalah yang bersarang pada kepalanya.
Lalu ia memutuskan untuk tersenyum simpul dan menurunkan rangkulan tangan woomin dari pundaknya.
" iya, aku tidak apa apa "
...
Tbc,
KAMU SEDANG MEMBACA
Dance ✔ [ Short Story ]
Fanfiction[ COMPLETE ] "Apa urusannya dengan mu tuan park?" jimin terdiam, tetap memperhatikan hankyung yang sudah kembali mendongak menatap langit biru yang cerah. "Tentu ada, kau itu calon idol, dan aku datang kemari untuk menjemputmu, tetapi baru hari...