Bab 27

595 24 4
                                    

Sepanjang malam Fandy tak bisa tidur. Benar matanya terlelap namun hatinya tetap terjaga. Ia memikirkan bagaimana keadaan keisha jika ia harus menikahi shafea gadis yang tempo hari ia obati.
Apa Fandy lebih baik merahasiakan ini pada Keisha atau membicarakan baik-baik dengannya. Ia tau betul istrinya itu gadis manja yang masih labil. Mungkin jika ia mengatakan yang sebenarnya pasti Keisha akan meminta cerai. Fandy ngeri membayangkan perceraiannya dengan Keisha. Apalagi keisha adalah gadis yang baru saja hijrah, ia takut sesuatu hal yang tidak mengenakkan terjadi pada gadis itu jika ia menceraikan keisha.

"Haaah" ia berteriak ditengah sunyinya malam.

Hasby, teman seasrama Fandy tak sengaja mendengar. Ia mendekati Fandy dan menepuk punggung lelaki itu.

"Kenapa Ente?"

"Ana bingung, Ente tau kan letak permasalahan ana dimana"

"Yee nggak jelas, orang ente sama sekali nggak cerita... Ente kemaren juga darimana kok pulang-pulang bawa Gandum banyak banget"

Yaa... Ayah shafea memang memiliki kebun gandum, ia memberi sekarung gandum untuk Fandy sebagai tanda terimakasih.

"Ana kemarin habis ngobatin orang, cewek single.. nah parahnya Abinya cewek itu bernadzar kalau Yang menyembuhkan putrinya itu seorang wanita maka akan dijadikan saudari selamanya. Lha kalau yang menyembuhkan cowok bakal di jadikan suaminya"

Hasby terdiam, lalu tertawa amat keras.

"Hahaha... Hoki bener Ente,, kan enak tuh nikah sama gadis mesir keturunan ente besok cakep bro... Blesteran gitu"

"Bahlul ente... Mikir dong... Ana udah punya Istri"

"Oiya sih,, tapi kan lelaki boleh nikah lebih dari satu. Ya nikahin aja gadis mesir itu bro"

"Difikir nikah itu kayak beli barang ya... Ente aja bro?? Mau menikah sama dia, cantik loh." Tiba-tiba terfikirkan ide gila di benak Fandy.

"Lagian zaman sekarang musim nadzar-nadzar kayak begitu ya" Hasby memandang langit-langit kamar. Melamun bagaimana nasibnya yang juga masih single di usianya yang sudah memasuki kepala Tiga, sementara Fandy masih Duapuluh lima sudah punya istri.

"Ya Ana juga nggak tau By, tapi kan menurut Ana boleh kan ya melanggar sumpah? Tapi bayar kafarot?"

"Ana juga pernah denger itu" jawab Hasby.

"Tapi kira-kira Mau nggak ya Abahnya shafea by?"

"Ya ente tanya langsung aja Fan, kan lebih baik.. atau ente jujur saja kalau sudah punya istri di Indonesia"

Fandy diam, benar juga usulan dari Hasby. Kenapa ia tidak berkata jujur saja pada keluarga Shafea.

"Tapi ini di Mesir ya bro,, nikah lebih dari Satu udah biasa banget Fan, kalau Abahnya gadis itu tetap maksa ente
gimana tuh?"

Benar juga ..orang mesir lain dengan orang indonesia.

"Ya apa salahnya di coba dulu By, ok.. makasih ya bro sarannya.. Ana mau tidur dulu ngantuk..."

*************

Dengan semangat 45 Fandy berjalan menuju rumah Shafea, ia ingin menjelaskan tentang status pernikahannya kepada Abah dan Ummi juga Shafea. Ia tidak ingin terkurung lagi dengan ketidakpastian

"Bismillah" ucap Fandy penuh percaya diri.

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam, silahkan masuk Nak" Kata Ummi mempersilahkan Fandy masuk.
Ia terkejut melihat Shafea yang sedang berdandan sangat cantik, ala wanita mesir yang terkenal dengan ratu cleopatranya.
Abah lalu masuk dan duduk di samping Fandy, seakan ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting. Tapi ia urungkan, ia lebih memilih berbasa basi dulu sama Fandy.

"Abah, saya ingin mengatakan sesuatu yang penting pada Abah"

"Silahkan saja Nak"

"Abah, mohon maaf kalau saya tidak bisa menepati Nadzarnya abah.. karena selama ini saya sudah punya istri di indonesia"

Lelaki tua itu terhenyak. Bingung mau menjawab apa karena ia sudah berjanji pada Shafea untuk menikahkan dirinya dengan Fandy.
Lelaki itu takut jika putri kesayangannya drop kembali. Bahkan ia ingin memberikan segalanya untuk Fandy jika nanti Fandy mau mempersunting putrinya.

"Aku mau dijadikan yang ke dua" Kata Shafea lantang menatap Fandy tajam.

Fandy bingung. Ia sekarang ada di posisi sulit. Dalam hati ia juga kasihan dengan wanita yang sakit-sakitan ini. Sementara hatinya yang lain mengingat Keisha yang harus ia lindungi sepenuh hati.

"Bukankah lelaki boleh menikah lebih dari satu Kak?" Shafea mendekat pada Fandy. Berdiri mematung di depannya sementara Fandy masih syok. Kenapa Shafea bisa berkata seperti itu.

"Iya Saya tau. Tapi mungkin istri Saya tidak mengizinkan Saya" Jawab Fandy tegas.

"Istri Kamu di indonesia mana mungkin Ia tahu kalau disini kamu juga punya istri lagi"

Fandy kehabisan kata-kata. Gadis yang ia sangka kalem dan pendiam itu ternyata lebih berani daripada Keisha.

"Tapi Saya harus meminta izin pada Istri Saya" Fandy berdiri dan menatap Shafea tajam.
Ia merasa dirugikan. Padahal ia yang sudah menyembuhkan gadis itu. Sekarang kenapa malah di jebak seperti ini.

"Saya tunggu. Saya berharap Kamu mengerti posisi Saya" Balas Shafea sambil berurai air mata.

Sejujurnya Fandy tidak faham kenapa Gadis ini menangis. Padahal kenal saja baru Dua hari.

"Saya tidak bisa janji" ucap Fandy lalu keluar dari rumah Shafea. Ia sudah tidak tahan lagi. Baginya Keisha lebih penting dari segalanya.
Ia berniat tidak akan menyelesaikan studynya yang akan rampung Setahun lagi dan memilih pulang ke Indonesia berkumpul bersama Keisha yang sangat ia cintai dhohir dan batin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bersahabat Dengan rinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang