02.0

75 8 1
                                    

Jangan lupa beri jejak (:

___________________________

Memang hal apapun yang dilakukan perlu penjelasan? Lo siapa?
-Khanza-

_________________________

Khanza tertawa samar ketika melihat adegan yang terjadi di depan matanya. Hatinya mencibir perempuan yang baru saja menganggu waktu tenangnya. Bagus juga, ia tak habis pikir laki-laki itu membuatnya seperti tameng berlindung yang siap dikoyak Nesa dengan butral di tengah pintu. "Nes, lo kalau mau deketin Bagus yang elit dikit dong."

"Kurang apa coba gue? Gue bawakan makanan kesukaan Bagus," Ujar perempuan itu. Ia masih mencoba menerobos masuk ke dalam apartemen Bagus dengan mendorong Khanza kuat-kuat. "Ya ampun, tenaga lo badak juga ya, Za."

Mata Khanza melotot. Sungguh mencari perkara wanita di depannya ini. "Enak aja, orang cantik kek gini di kira badak! Lo pergi aja deh, Nes. Makanannya titipin gue aja. Nanti gue kasih ke calon pacar lo."

"Gue mau ketemu, Bagus. Panggilin dong atau izinin gue masuk kek, Za." Perempuan itu masih kekeh dengan keinginannya. "Lagian ngapain sih lo di sini?"

"Memang hal apapun yang gue lakukan perlu penjelasan? Lo siapa?? Urusan gue banyak lagi di sini. Ga usah sok cemburu lo," sewot Khanza.

Dia cemberut. "Ya gimana gue ga cemburu, lo sampai ga izinin gue masuk," katanya tak terima.

"Bagusnya lagi ga di tempat ini. Lo tau sendiri kan, terakhir kali lo masuk sini?" Khanza ingat betul kejadian sebulan lalu waktu Nesi menerobos masuk ke dalam apartenen ini. Ia hampir saja merusak karya lukis yang Bagus buat. "Bagus marah besar, jangan diulangi lagi deh. Tambah jauh entar dia."

"Gitu ya? Tapi gue kangen tahu. Udah sebulan lebih dia ga mampir ke apartemen ini."

Semua itu salah lo, sendiri. Lagian bagus tinggal di rumah emak bapaknya. Dengus Khanza dalam hati. "Entar gue suruh dia ketemu lo."

Wanita itu tersenyum. "Janji?" Tanyanya. Tapi senyum yang baru saja terbit tiba-tiba hilang digantikan tatapan sendu. "Ah lo ga bisa dipercaya. Izinin gue masuk dong, Za. Naruh makanan doang. Siapa tahu Bagus cuma ngumpet."

"Ga percayaan banget sih. Sono ah, Bagus tuh ngga suka cewek yang ga percayaan gini." Sebenarnya ia tak pandai mencari alasan seperti ini. Sialan banget tuh cowok, ngumpanin gue ke macan ngamuk. Teman laknat emang.

"Ga mau pergi sebelum lo izinin gue masuk." Nesi kembali mendorong Khanza. Tenaganya yang lumayan membuat Khanza sedikit kualahan.

"Perlu gue panggil satpam?"

"Jahat banget sih, Za?" Mata Nesi memicing, menunjuk Khanza dengan jemari lentiknya. "Atau lo jangan-jangan suka juga ya sama Bagus? Kok lo nikung gue sih Za?" Tanyanya dengan ekspresi tak percaya.

Untuk kedua kalinya mata Khanza melotot. Sekarang di tambah satu tangannya yang memijit kepala. "Gue pusing ngeladenin lo. Lo boleh masuk, naruh makanan doang kan? Kalau lo macem-macem gue pastiin ini terakhir kali lo bisa datang kesini." Akhirnya ia mengalah. Semoga saja Bagus peka dengan keadaan dan segera bersembunyi.

"Galak amat, bu. Janji kok naruh doang. Sama ngelirik dikit, siapa tahu tiba-tiba bagus muncul." Buru-buru perempuan itu masuk, tanpa peduli pada Khanza yang ia tabrak bahunya karena tak segera menyingkir.

DUNIA KHANZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang