13. Kepedean

137 68 68
                                        

Jangan lupa klik    di pojok kiri ye say❤

Happy reading!

Seorang gadis yang masih berada dalam alam bawah sadarnya sama sekali tidak terusik dengan sinar mentari yang menyelusup masuk melalui sela-sela tirai hingga sebuah suara cempreng mengganggu tidur nyenyaknya.

"LAUREN BANGUNN! NANTI KAMU TELATTT!"teriak Sintia sambil mengedor-ngedor pintu kamar Lauren yang terkunci.

Lauren seketika terbangun dan mengubah posisinya menjadi duduk di atas kasur sambil mengucek-ngucek matanya guna menyesuaikan cahaya yang masuk.

"Lauren kamu udah bangun apa belom?! Itu temen kamu udah nungguin di bawah!"Sintia kembali berteriak namun tidak lagi mengedor-ngedor pintu.

"Ya ampun tante ngak usah teriak-teriak dong ini Lauren udah bangun,"kesal Lauren lalu ia melihat ke arah jam dinding dan seketika terbelalak melihat jam menunjukan pukul setegah tujuh pagi."Yalord! Tante kenpa ngak bangunin Lauren dari tadi!"

"Ihh..nyalahin tante lagi kamunya aja yang kebo. Udah sana cepetan mandi tuh temen kamu udah nungguin di bawah,"ujar Sintia setelah itu ia turun ke bawah untuk kembali membantu bik Sarah (pembantu rumah tangga) menyiapkan sarapan.

Lauren langsung ngancir mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi lalu ia melakukan ritual mandi dengan kecepatan extra. Setelah selesai mandi Lauren segera bersiap-siap setelah itu ia turun kebawah.

"PAGI SEMUA!"teriak Lauren membuat semua orang mengalihkan tatapan kearahnya termasuk Arga yang tengah berbincang ringan dengan Natan.

"Eh, dianya bangun ternyata kirain udah berpulang kerahmatullah,"ujar Natan gamblang tanpa melihat kearah Lauren yang tengah menatapnya tajam.

Lauren berdecak kesal."Astaghfirulloh sekate-kate banget lu bang,"ujar Lauren seraya memasukan empat potong sandwich kedalam kotak bekal.

"Kalian ngak sarapan dulu?"tanya Sintia menatap Lauren cemas. Biar bagaimanapun, pagi-pagi perut harus terisi walau hanya sedikit untuk mengisi energi dan membantu otak untuk bekerja dengan baik.

"Ngak usah tante, kita udah mau telat kan aku juga udah bawa bekal jadi tenang aja aman kok,"Lauren mengangkat kotak bekal tersebut untuk diperlihatkan pada Sintia setelah itu ia memasukannya kedalam tas.

Lauren segera berpamitan kepada paman dan bibinya lalu menghampiri kedua pria yang tengah berbincang di ruang tamu. Sok akrab banget nih Natan...

"Yuk ga,"ajak Lauren namun terus berjalan melewati keduanya tanpa melirik maupun berpamitan pada Natan membuat pria tersebut melongo. Ini dianya idup loh bukan patung masa cogan dianggurin.

"Eitss..lo ngak pamitan gitu ke gue? Main nyelonong ajee."

Lauren memutar bola mata malas."ogahhh,"ujarnya seraya mengikat tali sepatu.

"Dihh..ni bocahh."

Arga terkekeh melihat pertengkaran ringan keduanya. Arga cukup iri, sedari dulu ia sangat ingin memiliki kakak laki-laki yang bisa ia ajak main, menumpahkan kelu kesahnya, yang dapat mengerti dirinya dengan baik. Menurut Arga, menjadi anak tunggal memang enak karena mendapatkan kasih sayang berlimpah yang belum tentu orang lain dapatkan namun, itu tidak menutup kesepian yang ia rasakan jika sendirian di rumah. untung saja ia memiliki sahabat-sahabat yang absurd tapi selalu ada untuknya.

Setelah berpamitan kepada semua orang, Arga dan Lauren berjalan menuju motor Arga yang terparkir di halaman rumah. Setelah sampai, Arga memberikan helem biru muda kepada Lauren yang langsung diterimanya dengan kerutan di dahinya.

Thief Heart (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang