14. I love you

18 3 0
                                    

Kelas 11 IPA1 nampak bak kuburan di karenakan salah satu guru ter-killer seantero sekolah tengah mengisih jam pertama mereka dengan pelajaran matematika. Pelajaran yang membuat otak Lauren berputar-putar. Tak ada satupun murid yang berani membuat kegaduhan karena takut mendapatkan hadiah berupa benda terbang tanpa sayap.

Semua murid fokus menatap kedepan memperhatikan buk siska yang tengah menerangkan. Mata mereka melebar memperhatikan kedepan namun pikiran mereka melayang membayangkan makanan di kantin yang menunggu mereka. Sama hal nya dengan Lauren yang tampak ogah-ogahan sambil sesekali menguap, bahkan yang buk siska terangkan di depan tak ada satupun yang hinggap di otaknya.

Kruk ... kruk ...

Lauren menoleh kesamping mendapati Arumi yang tengah menyengir lebar. Sepertinya gadis tersebut tengah mati-matian menahan lapar.

"Len ... gue laperrrrr," ungkap Arumi sambil bergelayut manja di lengan Lauren membuat gadis tersebut risih karena beberapa teman sekelas memperhatikan mereka dengan tatapan aneh.

Lauren menjitak kepala Arumi cukup keras membuat empunya memekik nyaring, membuat semua tatapan mengarah kearah mereka termasuk tatapan menusuk buk Siska.

"Aw!"

"Itu yang di belakang kenapa teriak-teriak hah?!" bentak buk Siska menatap Lauren dan Arumi dengan tatapan garang seolah-olah ingin menerkam mereka berdua.

Kedua gadis tersebut meringis sampai akhirnya Arumi menjawab. "A-anu buk, t-tadi pulpen saya jatuh di bawah meja terus saya ambil, eh, pas angkat kepala, saya kejedot meja buk," alibil Arumi dengan ekspresi semeyakinkan mungkin berharap buk siska mempercayainya.

Buk siska menghembuskan nafas kasar lalu kembali menerangkan. Lauren menghembuskan nafas lega lalu beralih mentap Arumi dengan tajam.

"Lo sih! Pake acara teriak lagi. Hampir aja kan buk Siska jadiin kita tumbal," kesal Lauren dengan suara pelan agar tak terdengar oleh guru killer itu.

"Lo juga salah! Ni pala gue sakit tau lo jitak tadi," bantah Arumi tak terima.

"Itu salah lo sendiri Pake meluk-meluk tangan gue. Gue ngak mau yah di sangka belok," bantah Lauren dengan suara yang sedikit keras membuat buk Siska berbalik dengan geram menatap keduanya ber api-api.

"Kalian!" geram buk Siska lalu melemparkan spidol ke arah Lauren dan Arumi membuat kedua gadis tersebut terbelalak. Waktu seakan melambat, spidol itu melayang dengan anggun membuat semua orang tegang.

Lauren dan Arumi kompak menghindar kesamping. Lauren miring ke kanan dan Arumi miring ke kiri, hingga benda tersebut melayang dengan mulus mengenai orang yang duduk di belakang Lauren.

Arga tak sempat menghindar karena mendapatkan serangan tiba-tiba, alhasil spidol tersebut mendarat mulus mengenai pelipisnya meninggalkan luka kecil yang sedikit mengeluarkan darah.

"Awss ... ibu mah, belum juga nikah udah Kdrt duluan," celutuk Arga sesekali memegang pelipisnya yang terdapat luka kecil namun cukup membuatnya meringis karena perih. Sontak ucapan Arga membuat suasana yang semula tegang menjadi cair, semua murid tertawa saat melihat ibu guru single tersebut bullshing.

Buk Siska berdehem menetralkan ekspresinya lalu menatap tajam smua murid yang tengah tertawa. "Semuanya diam!" Seketika kelas kembali sunyi.

Buk siska menatap tajam kedua gadis yang tengah menunduk.
"Kamu! Obatin luka Arga di uks," titahnya menunjuk Lauren membuat gadis tersebut mendongak.

Lauren menunjuk dirinya sendiri. "S-saya buk?"

"Iya kamu. Cepetan sana!"

Lauren meringis mendengar bentakan buk Siska."l-lah k-kenpa saya buk?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thief Heart (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang