8. Rahasia

3.8K 318 83
                                    

Pagi hari yang cerah ini memberikan semangat kepada ke-lima saudara tersebut. Hari ini, mereka harus segera kembali melakukan kegiatan aktivitas di Sekolah. Mereka harus berangkat ke sekolah tanpa Gempa dan Solar.

Solar yang keadaannya masih belum pulih, mengakibatkan dirinya tidak boleh melakukan apapun. Dan Gempa sebagai seorang kakak, harus menjaga adiknya tersebut di Rumah Sakit.

"Ekhem... Semua udah pada siap?" Halilintar membuka suaranya, menggantikan posisi Gempa pada saat ini.

"Sud--"

"Kalau sudah, cepat berangkat nanti telat!" Seperti biasa, Halilintar selalu dingin terhadap saudaranya. Ia pergi meninggalkan saudaranya terlebih dahulu.

"Erk! Kenapa sih, pagi-pagi udah bikin mood orang jelek aja!" Geram Blaze terhadap sikap kakak pertamanya itu.

"Sabar Blaze, sabar... Orang sabar kuburannya lebar." Ucap Thorn sambil menepuk-nepuk bahu Blaze.

"Udah-udah, ayo kita berangkat nanti telat loh.." ucap Taufan yang menjadi akhir dari pembicaraan.

Mereka pun langsung menyangkil tas masing-masing lalu menyusul Halilintar yang sudah pergi duluan. Di sepanjang perjalanan, tidak ada banyak suara yang keluar dari mulut mereka. Hanya suara langkah kaki dan suara kendaraan saja yang menemani pagi hari ini.

Tak butuh lama, mereka pun sampai di Sekolah. Berbarengan dengan itu, ke-empat teman terdekat mereka juga datang secara bersamaan.

"Hai, Boboiboy!" Seru Yaya dan Ying berbarengan.

"Hai juga, Yaya, Ying!" Yang menjawab hanya Trio Trouble Maker.

"Hmm... Kok kayak ada yang kurang ya?" Ucap Gopal yang menyadari bahwa ada yang kurang.

"Gempa sama Solar kemana?" Tanya Fang to the point, yang ternyata sudah menyadari tidak adanya Gempa dan Solar sebelum Gopal.

"Nah iya, maksudku itu." Sambung Gopal.

"Solar masuk Rumah Sakit dan kak Gempa sedang menjaganya." Jawab Thorn.

"Loh kenapa?" Tanya Yaya.

Baru saja Blaze ingin menjawab pertanyaan dari Yaya. Bel sekolah malah berbunyi nyaring, yang menandakan pelajaran pertama akan segera dimulai. Mereka pun segera pergi berlarian menuju kelasnya masing-masing.

.
.
.
.
.

Di Rumah Sakit, Gempa sedang menyiapkan makanan dari rumah sakit untuk Solar. Ia dengan senang hati menjaga adik terkecilnya ini. Walaupun demikian, Gempa masih penasaran dengan adiknya yang satu ini. Yang selalu merahasiakan sesuatu darinya.

"Kakak suapin yah..." Ucap Gempa terhadap adik terkecilnya.

"Aku bosen dengan makanan rumah sakit kak." Keluh Solar.

Gempa terdiam, mencermati kata-kata Solar. Gempa dapat menyimpulkan bahwa kejadian itu bukanlah yang pertama kalinya bagi Solar. Gempa pun menghela nafasnya berat.

"Ya sudah kamu maunya apa?" Tanya Gempa dengan nada lembut.

Solar menatap Gempa, ia merasa bersalah atas apa yang ia ucapkan tadi. Solar pun berubah pikiran. "Gak deh, kak. Gak jadi." Ucap Solar.

Gempa mengangkat kedua alisnya, bingung.

"Disuapin kakak aja udah senang kok." Lanjut Solar, lalu membuka mulutnya. "Aaa..."

Gempa terkekeh melihat tingkah laku adiknya itu. "Dasar anaknya Amato." Ucap Gempa sambil memasukkan satu sendok makan kedalam mulut adiknya.

Solar tak langsung membalas ucapan dari Gempa. Ia fokus terhadap makanan yang masuk ke mulutnya lalu mengunyahnya, barulah ia boleh bicara. "Emang kakak anak siapa, kalau bukan Bapak Amato." Balas Solar.

"o-t-a-m-a." Jawab Gempa.

"Hah?!" Solar berusaha mencerna baik-baik dari perkataan Gempa tersebut. Otaknya terus berfikir maksud dari perkataan kakaknya, dan sampai akhirnya Solar tahu.

"Ye.. kakak gaboleh gitu, kok namanya Ayah kakak Balik." Ucap Solar yang sudah sadar kalau Gempa membalik nama 'a-m-a-t-o' menjadi 'o-t-a-m-a'.

"Hahaha.. kenapa emangnya?" Tanya Gempa.

"Soalnya kalau kakak balik namanya ayah dari 'amato' menjadi 'otama' nanti otak nya ayah juga ikut kebalik." Ucap Solar yang berusaha menahan tawanya.

Gempa yang mendengar ucapan yang keluar dari mulut adiknya tersebut juga menahan tawanya agar tidak pecah. "Wah-wah-wah... Ternyata bener ya kata Halilintar." Ucapnya.

"Kenapa?"

"Kamu punya tetesan darah setan!" Ucap Gempa dengan sarkasnya.

Solar yang mendengar ucapan Gempa tersebut, langsung mengembungkan pipinya. "Kakak…."

"Hahaha... Sudah ayo abiskan makannya." Ucap Gempa, lalu kembali menyuapi adik terkecilnya itu.

Setelah selesai menyuapi adik terkecilnya, Gempa menyuruhnya untuk kembali berisitirahat sebentar sedangkan dirinya ingin pergi keluar. Namun Solar menolak nya, dan meminta Gempa untuk mengajak dirinya juga keluar. Berada didalam ruangan bernuansa putih ini membuat Solar bosan, dan sesekali ingin pergi keluar mencari udara segar.

Gempa pun tak punya banyak pilihan, akhirnya ia membawa adiknya keluar dengan menggunakan kursi roda. Awalnya Gempa ingin pergi keluar karena sedang menunggu seseorang datang, tapi karena saat ini juga masih pagi, Gempa membawa adiknya ke Taman Rumah Sakit. Selain dapat menghirup udara segar, mereka berdua mendapatkan Vitamin D dari sinar matahari pagi.

Solar menapakkan kakinya ke tanah, mencoba untuk berdiri tegap. Saat Solar hampir berhasil berdiri tegap, tiba-tiba tubuhnya kembali terduduk di kursi roda. Gempa pun tersentak kaget, ia buru-buru pergi ke hadapan Solar.

"Kenapa?" Tanya Gempa yang sudah khawatir.

"Eng-enggak kok Kak, gak kenapa-kenapa." Jawab Solar.

"Jangan bohong Sol!" Ucap Gempa sedikit menaikkan oktaf suaranya.

"Aku gak bohong Kak. Tadinya aku cuman mau berdiri, terus berubah pikiran buat duduk aja. Aku ga bohong kak." Jawab Solar menyakinkan kakaknya tersebut.

"Kamu ga bohong kan?" Tanya Gempa sekali lagi.

"Aku gak bohong kak." Jawab Solar dengan seulas senyum terukir di wajahnya.

"Maaf Kak, aku berbohong. Maaf... Aku hanya tidak ingin kakak khawatir pada ku." Batin Solar dibalik senyuman nya.

"Fake smile... Aku tahu itu Sol. Pasti kamu sedang berbohong 'kan? Apalagi yang kamu rahasiakan dari aku Sol?" Batin Gempa yang hanya bisa pasrah.

Gempa tersenyum kecil membalas senyuman dari adiknya. Gempa kembali mendorong adiknya berniat untuk kembali ke kamar. Namun pada saat itu pula, seseorang datang mendekati mereka.

"Ekhem..." deham orang tersebut.

Solar menganga tak percaya melihat orang tersebut. "A-ayah?" Ucapnya.

"Kenapa? Kaget ya... Padahal baru setengan tahun di sini tapi udah kangen aja sama Ayah." Ucap Amato dengan ge'er nya.

"Ye... Kebalik, pasti ayah kan yang kangen sama Solar. Anak ayah yang satu ini, yang jelas-jelas paling ganteng, paling swag, paling kece, paling pinter, dan.... masih banyak lagi." Balas Solar dengan bangganya.

"Ya ampun, nih orang dua-duanya ge'er banget sih. Jadi ragu aku anak siapa." Batin Gempa yang tidak bisa berkata apa-apa.

Hari semakin siang, mereka bertiga pun segera kembali masuk kedalam Rumah Sakit. Membawa masuk sang pasien kedalam kamarnya, lalu menyuruhnya untuk kembali berisitirahat.

Setelah itu, Gempa dan Amato pergi keluar dari kamar Solar, untuk membicarakan sesuatu agar Solar tidak terganggu.

"Jadi, apa Rahasia kalian berdua?"




🌷 🌷 🌷



To be continued...

The Smallest BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang