Taufan melangkahkan kakinya memasuki Rumah Sakit, dimana adik terkecilnya dirawat. Bersama dengan ketiga adiknya, Blaze, Ice, dan Thorn. Ia mengandeng tangan kanan Thorn agar adiknya itu tidak jauh-jauh darinya. Sedangkan Blaze dan Ice, berjalan didepannya agar dirinya masih bisa mengawasi mereka berdua.
Taufan tidak tahu pasti apa penyebab adiknya terkecilnya itu dirawat. Tapi yang pasti, rasa kecemasan terhadap dirinya tak kunjung mereda. Pada awalnya, Gempa menelpon dan hanya menyuruhnya tinggal di rumah bersama ketiga adiknya. Tapi pada saat menelepon, suara Gempa terdengar seakan-akan sedang menangis. Di tambah kabar bahwa Solar dibawa ke rumah sakit membuat dirinya bertambah cemas. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dan itu pun atas permintaan adik-adiknya juga.
"Kak Ufan..." Panggil Thorn, sambil menarik-narik baju Taufan. "Solar ga kenapa-kenapa 'kan?"
Taufan terdiam, ia bingung harus berkata seperti apa.
"Kak, itu Kak Hali!" Seru Blaze, sambil menunjuk kakak pertamanya yang berjalan berlawanan arah menuju mereka.
Mereka menghentikan langkah kakinya ketika berhadapan dengan Halilintar. Terjadi kecanggungan diantara mereka berlima. Apalagi tatapan tak suka dari Halilintar tak lepas memandangi Taufan.
Taufan tau pasti sedikit lagi Halilintar akan memarahi dirinya karena tak mendengar perintah darinya dan juga Gempa. Tapi sebagai kakak, Taufan pun berhak mengkhawatirkan adiknya. "Aku kesini, karena aku sangat khawatir dengan kondisi Solar." Ucap Taufan.
Halilintar membuang nafasnya kasar, ia mengalihkan pandangannya ke arah ketiga adiknya. Lalu kembali memandang Taufan, "terserah." Ucapnya dan langsung pergi meninggalkan keempat saudaranya.
Tak mau ketinggalan, mereka berempat pun langsung menyusul Halilintar. Mereka mengikuti Halilintar sampai lantai ke tiga, tempat Solar dirawat. Dari tangga belok ke kanan, kamar pertama yang ditempati oleh Solar.
Halilintar membuka pintu kamar tersebut, dan menyuruh keempat nya langsung masuk kedalam. Di sana sudah ada Gempa yang sedang setia menunggu kesadaran adik terkecilnya, Solar.
Gempa yang pikirannya sedang kosong, segera tersadar akan kehadiran saudaranya yang lain. Ia menyambut kedatangan mereka dengan baik dan langsung mempersilahkan mereka untuk duduk.
Setelah itu, terjadilah keheningan diantara mereka.
Blaze yang tak tahan dengan suasana seperti itu, segera mencari cara untuk mencairkan suasana. Namun mencari topik di saat-saat seperti ini, bukanlah gampang.
"Kak!" Barulah Blaze mengeluarkan suara nya.
Hening.
"Ya, ada apa Blaze?" Tanya Gempa, menanggapi panggilan dari Blaze. "Kamu manggil aku, Halilintar, atau Taufan?"
Blaze tersentak, "a-aku... Aku panggil siapa ya Ice?" Blaze langsung mengalihkan pandangannya ke arah Ice dan langsung bertanya kepadanya.
"Lah mana aku tahu." Jawab Ice, yang bodo amatan dengan Blaze.
Dan setelah itu, suasana kembali hening sejenak sebelum pintu kamar terbuka oleh seorang perawat.
"Permisi.." ucap sang perawat. " Apakah diantara kalian sekeluarga dengan Solar?"
"Kami semua sekeluarga." Jawab mereka hampir bersamaan.
"a-ah... Kalau begitu, satu atau dua diantara kalian di panggil oleh Dokter."
"Saya, Sus." Gempa berdiri lalu diangguki oleh perawat tersebut.
"Kalau begitu ikuti saya," ucap sang perawat tersebut lalu pergi meninggalkan ruangan diikuti oleh Gempa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smallest Brother
Fiksi Penggemar[Boboiboy Fanfiction] Update: - Status : Completed Anak terakhir dari tujuh bersaudara datang menjumpai kakak-kakaknya yang sudah lama berpisah. Kedatangannya tersebut membuat suasana di rumah semakin ramai. Salah satu dari impian ketujuh saudara in...