23. Menegangkan

1.8K 234 42
                                    

Di toilet sekolah khusus siswa laki-laki, Taufan menatap dirinya di depan cermin yang memantulkan dirinya yang sudah lengkap dengan seragam olahraganya. Tidak ada senyuman yang terukir di wajahnya sedikit pun. Taufan hanya terus berdiam diri dihadapan cermin menatap dirinya sendiri. Sampai akhirnya, seseorang masuk ke dalam toilet dan membuyarkan lamunan Taufan.

"Taufan, kau sudah selesai?" Tanya seseorang yang baru saja masuk.

Taufan mengalihkan pandangannya ke orang tersebut. "Oh, Fang. Iya, aku sudah selesai." Jawab Taufan.

"Masih ada yang kau pikirkan?" Tanya Fang.

Mendengar pertanyaan tersebut, Taufan menghela nafasnya. "Ya, begitulah." Jawabnya.

Fang berjalan mendekati cermin disebelah kiri Taufan. "Tentang Solar?" Tanya Fang kembali sembari mencuci kedua tangannya.

"Begitulah, kau tahu 'kan." Taufan kembali menatap dirinya sendiri di cermin.

Fang hanya bisa diam, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Untuk sekedar kata-kata pun, Fang tidak bisa memikirkan. "Oh iya!" Seru Fang setelah mengingat sesuatu.

"Ada apa?" Tanya Taufan.

Fang mematikan kran air yang digunakannya untuk mencuci kedua tangannya. "Solar mengatakan 'apa pun hasil nya, kalian harus siap untuk menerima nya', kepada ku untuk disampaikan ke kamu dan yang lainnya." Kata Fang.

Taufan paham akan kalimat tersebut. Baginya, kalimat tersebut seperti sebuah ketidakpastian. Dan Taufan, sangat membenci ketidakpastian tersebut. Bukan hanya Taufan aja, pasti semua orang juga merasakan hal yang sama.

"Sejak kapan kau sangat dekat dengan Solar, Fang?" Tiba-tiba saja, seseorang masuk ke dalam toilet dan menanyakan hal tersebut.

"Ha-Hali!" Seru Taufan kaget dengan kedatangan saudaranya itu.

"Tidak usah kaget. Toilet ini umum untuk siswa laki-laki 'kan?" Kata Halilintar, lalu pergi mendekati cermin disebelah kanan Taufan. "Apa jawaban mu, Fang?"

"Huh, kenapa kau menanyakan itu?" Tanya Fang.

"Sudah jelas kalau aku ini Kakaknya dan berhak tahu tentang hubungan kalian berdua." Jawab Halilintar.

"Hah, hanya itu saja. Lagi pula, memangnya salah memiliki hubungan dengan adikmu?" Balas Fang.

"Tentu saja. Orang mesum seperti dirimu harus diwaspadai, dan sikap mu mudah menular ke Solar." Kata Halilintar.

"APA KATAMU!" Tentu saja Fang marah karena ucapan Halilintar tadi. "Bukanya kau sendiri seperti itu?!"

"HAH?!" Halilintar pun juga marah setelah mendapat balasan dari Fang. "Taufan, bilang pada temanmu itu. Suruh dia jauh-jauh dari Solar. Kau tidak ingin Solar memiliki sifat yang sama dengan Fang 'kan, apalagi dia orang yang mesum."

Taufan yang mendengar kalimat tersebut terbawa suasana. "Benarkah Fang?!" Tanya Taufan tiba-tiba bersikap waspada.

"Tch! Aku hanya berteman biasa dengan Solar. Jika kalian berfikir aku memiliki hubungan lebih dari itu, maka otak kalian sudah tidak benar!" Kata Fang sebagi pembelaan.

"Benarkah seperti itu?" Tanya Taufan, serta Halilintar mengintimidasi Fang.

"Terserah kalian saja! Intinya, aku masih waras! Tidak seperti kalian!" Jawab Fang.

"Awas saja kalau ketahuan." Kata Taufan.

"Terserah kalian saja lah," ucap Fang pasrah. "Yang lebih penting, acaranya segera dimulai. Ayo kita kesana, Fan"

The Smallest BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang