"Al, stop. Ada barang yang mau aku beli" sontak Alvaro menginjak rem-nya mendadak. Detik selanjutnya, suara klakson dari belakang mobil Alvaro terdengar saling bersahutan.
Laki - laki itu berdecak. Mata elangnya menatap tajam Tasya sebelum akhirnya kembali fokus memarkirkan mobilnya ditepi jalan supermarket.
"Jangan diulangi. Lo bikin orang dibelakang mobil kita kaget" intonasinya terdengar membentak. Sementara Tasya, gadis itu menunduk sambil merutuki dirinya.
Hingga sampai beberapa menit kemudian, Tasya tak kunjung mendongakkan kepalanya. Hal itu buat Alvaro kembali berdecak sambil mengacak rambutnya frustasi.
"G-gue gak bermaksud bentak lo" Alvaro menarik tubuh Tasya agar membalas tatapannya. "Maaf"
Tasya membalas tatapan Alvaro. Ia dapat melihat raut penyesalan dari wajah suaminya itu. "Aku nggak suka di----" ujar Tasya menggantung.
"Iya maaf" sela Alvaro cepat, "Mau beli apa?" tanyanya mengalihkan topik.
"Something"
Tak lagi menunggu jawaban Alvaro, bergegas Tasya menyeret kakinya masuk kedalam supermarket. Meninggalkan Alvaro yang berjalan malas dibelakangnya.
Sambil berjalan, fokus Alvaro tak berpaling dari benda pipih ditangannya. Sementara Tasya, gadis itu tampak bingung dengan terus berjalan mengelilingi isi supermarket.
"Al"
"Hm" sahut Alvaro malas.
"Bantu cariin makanan yang mau aku beli"
"Apa?"
"Kinder joy"
"Depan kasir"
"Kenapa gak bilang dari tadi, sih" gerutu Tasya kesal.
"Lo nggak bilang mau beli itu"
"Kamu, Al. Bukan lo"
Alvaro memutar bola matanya malas. "Barusan kamu nggak bilang mau beli itu, sayang"
Tasya terkekeh pelan, detik selanjutnya ia menarik lengan Alvaro agar berjalan beriringan dengannya. Panjang antrian buat Tasya berdesis, ia tipe cewek yang paling nggak bisa antri.
Mendengar desisan Tasya buat Alvaro menatap aneh wajah istrinya. "Kenapa, lo?"
"Aku nggak suka antri"
"Cuma dua orang, nggak panjang"
"Tapi lama"
"Nggak sampai satu jam, Tasya"
Kondisi Tasya yang tengah berbadan dua membuat hormonnya tidak stabil, gadis itu cenderung lebih sensitif dan tidak terkontrol emosinya. Alvaro cukup mengusap dadanya sabar, desisan gadis itu semakin terdengar jelas ditelinganya. Lengan Alvaro dijadikan pelampiasan atas kekesalan Tasya.
Beberapa kali Tasya meremas, sampai memukul lengan Alvaro kasar. Hingga tiba saat Tasya didepan kasir, gadis itu mengambil satu buah Kinder joy, yang kemudian ia berikan pada mbak - mbak kasir.
"Satu aja, mbak?" tanya mbak kasir.
Tasya mengangguk. "Iya, tapi kantong plastiknya ukuran yang paling besar, ya"
Mendengar permintaan Tasya membuat Alvaro, mbak kasir, juga beberapa orang yang mengantri dibelakangnya tersentak.
"Sebelumnya maaf, kami menyediakan kantong plastik ukuran yang cukup untuk pesanan mbak"
"Pakai ukuran yang paling besar!" tekan Tasya.
Menyadari keanehan pada diri Tasya, buat Alvaro turun tangan dengan berbicara pelan pada mbak kasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO [COMPLETED]
Fiksi Remaja'Menjadi sebab bahagiamu adalah tujuanku' Katanya masa putih abu-abu adalah masa-masa paling mengesankan, karena disini adalah waktu terakhir kita duduk dibangku sekolah, namun berbeda dengan Anastasya. Semuanya berawal karena perjodohan konyol oran...