pawat

46 4 0
                                    

"Rumah lo sebenernya di mana, sih?"

Yang ditanya merengut begitu mendengar ucapan Pawat barusan. Ia merebahkan diri di kasur dengan sprei motif awan milik Pawat, membisukan mulutnya untuk sekedar menjawab pertanyaan dari anak yang berstatus sebagai tetangga rumahnya selama lebih dari lima tahun ini.

"Nyokap lo di rumah, 'kan? Pulang sana," katanya lagi, hendak menarik tangan perempuan yang kini masih asik tidur di atas kasurnya.

"Wat! Kenapa, sih emang? Salah gitu? Pelit banget!" ucapnya sambil merubah posisi menjadi duduk di ujung kasur. Kakinya dibiarkan menjutai di bawah, menyentuh karpet bulu bermotif Disney Tsumtsum yang ia berikan padanya di hari ulang tahun yang ke lima belas lima tahun yang lalu.

"Gue sibuk. Lo emang enggak kuliah?" tanyanya.

"Kuliah." Ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya yang tersambung dengan kabel earphone. Menampilkan aplikasi meet dengan wajah dosennya di sana.

"Disimak, bukannya malah ke rumah gue."

"Gue nyimak, kok."

"Mana? Paling juga numpang absen nama akun doang. Kasian nyokap lo, beliin kuota tiap minggu buat daring tapi anaknya malah gini."

Ia menatap Pawat yang kini menyibukkan diri di meja belajarnya. Membuka-buka catatan dan sesekali membacanya sebentar. Ia ingin protes, tentu saja. Siapa yang bisa terima dibilang seperti itu? Mungkin kalau orang itu bukan Pawat, ia akan memakinya langsung tanpa banyak berpikir. Tapi, ini Pawat.

"Ya udah, gue balik."

Dan, satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanya pergi dan bersumpah pada diri sendiri kalau ia tak akan menemui Pawat dalam beberapa hari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

promptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang