1.3

359 42 0
                                    

Ini sudah pagi dan JJ belum kembali. Aku sudah menelponnya beberapa kali sejak tadi malam. Namun, dia belum kembali juga. Kemana sebenarnya dia pergi. Aku pun memutuskan untuk menelpon Khaotung. Untuk menanyakan keberadaan JJ.

Khaotung juga tidak mengangkat telepon. Aku coba beberapa kali, tetap tidak diangkat. Kemudian, aku mencoba menelpon Chimon. Sama juga. Tidak diangkat. Kemana bocah-bocah ini. Kenapa tidak mengangkat teleponku.

Mana ini sudah jam setengah delapan. Setengah jam lagi kelas akan dimulai. Dan aku masih belum menemukan temanku. Jadi, akupun memutuskan untuk pergi ke asrama Khaotung dan Chimon, sebelum berangkat ke kampus.

Sampai di depan kamar mereka, aku berusaha mengetuk pintu kamarnya. Namun, tidak ada jawaban dari dalam. Aku mencoba menelpon ke hp Khaotung lagi. Siapa tau sebenarnya mereka ada di dalam namun, tidak mau menemuiku.

Tapi, tetap tidak ada jawaban. Dan tidak ada suara dering hp juga dari dalam kamarnya. Yasudah, akupun memilih untuk pergi ke kampus.

Pagi ini jam pertama adalah matematika. Pelajaran hitung-hitungan lagi. Huh, mana aku sedang dilanda kekhawatiran akan teman-temanku. Aku tidak ingin kehilangan mereka. Sebenarnya kemana sih, bocah-bocah ini???.

Saat dosen sedang mengajar, aku sibuk dengan hp ku. Sehingga aku tidak mendengarkannya. Aku sibuk mengechat teman-temanku di grup line.

PENCINTA DADA (4)
Me : Kalian dimana?
Me : Aku mencari kalian dari tadi pagi...
Me : Kenapa JJ belum kembali...?

Aku menunggu jawaban dari mereka. Namun, tidak ada satupun yang menjawab. Tiba-tiba...

"EHEMMM...!!!" Suara deheman dosen mengagetkanku.

Aku hanya melihatnya sambil tersenyum.

"Keluar," katanya sambil kemudian mengambil hpku.

Karena aku takut, jadi aku mengikuti kata-katanya. Yaitu, keluar dari kelas. Disaat itulah aku memakai waktu untuk mencari tiga orang temanku ini. Bagaimana bisa mereka meninggalkanku seperti ini.

Aku mencarinya ke kantin, ruang perpustakaan. Meskipun mustahil mereka akan ada disana. Toilet di setiap lantai, lapangan. Semua tidak ada. Aku tidak menemukan mereka dimana sebenarnya mereka.

Sampai aku selesai kuliahpun, tetap tidak ada jawaban dari mereka. Tiba-tiba, hpku bergetar. Aku langsung melihat hpku. Ternyata ada notifikasi dari grup line. Grup fakultas teknik elektro. Membuatku langsung kecewa. Kupikir itu berasal dari grup pencinta dada. Huh.... Apa yang kulakukan sampai mereka semua meninggalkanku.

Karena jam kuliah sudah selesai. Dan aku malas kembali ke kamar. Jadi, aku memutuskan untuk berjalan-jalan diluar kampus.

Tiba-tiba aku teringat dengan pria berhoodie hitam itu. Aku pun langsung kembali ke gang itu. Mencoba mencari tau siapa sebenarnya dia.

Saat aku sampai lagi di rumah itu, keadaannya sepi. Tidak ada satupun yang datang kesana. Kemudian, aku melihat ada kawanan preman mendatangi rumahnya dan mengetuk-ngetuk pintunya. Cepat-cepat aku bersembunyi di balik salah satu tembok rumah seseorang.

"Tok!Tok!Tok! Pruk buka pintunya!" kata salah satu preman tersebut.

Ia sampai menggedor pintu itu beberapa kali, namun karena tidak ada ucapan, akhirnya dia memutuskan untuk mendobrak pintu tersebut. Aku tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan di dalam sana. Terdengar beberapa kali suara bantingan sebuah barang.

Setelah beberapa saat, merekapun keluar dari rumah itu. Aku masih bersembunyi untuk melihat dengan jelas apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Tiba-tiba, salah seorang dari mereka melihat ke arahku. Dan aku...pun ketahuan.

"HEI SIAPA ITU?!" kata preman yang melihatku.

"Kejar dia!"

ASTAGA mereka mengejarku. Aku langsung berlari ke arah mana saja yang aku lihat. Setiap ada gang-gang kecil lagi aku masuk ke dalamnya. Dan berlari sekuat tenagaku. Semua energiku habis untuk berlari dari mereka. Aku hampir kehabisan napas. Mataku sudah buram, kepalaku sakit. Aku hampir pingsan. Namun, sebelum aku pingsan, tiba-tiba ada seseorang yang membekapku dan menarikku ke dalam pelukannya. Aku terkejut. Dan seketika sakit kepala, mata buram langsung hilang.

Aku semakin takut. Karena dibekap oleh orang yang tidak dikenal. Aku tidak tau kenapa orang ini membekapku. Tapi, setelahnya preman-preman tadi tidak melihatku dan orang ini. Mereka terus mengejarku, meskipun sudah kehilangan jejakku.

Saat preman-preman ini sudah lewat dan pergi. Aku langsung melepaskan diriku dari pelukannya. Aku langsung menengok ke orang itu. Dan ternyata, dia adalah orang yang sama yang mendorongku waktu di apotik.

"Kamu? Kamu yang mendorongku waktu di apotik itu kan?"

"Kamu siapa? Kenapa mengikutiku?"

"Siapa yang mengikutimu,"

"Lalu, bagaimana kamu bisa tau aku ada disini?"

"Aku tidak tau kamu ada disini,"

Orang ini memang menyebalkan rupanya. Malah marah-marah kepadaku.

"Kamu pikir aku tidak tau, kamu mengikutiku??? Sudah jangan mengikutiku lagi," katanya lalu pergi meninggalkanku.

Tidak aku tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja. Aku mengejarnya hingga hampir ditangkap. Aku tidak boleh membiarkannya. Akupun mengejarnya lagi.

"Hei! Tunggu! Aku mau bicara sesuatu padamu," teriakku sambil berlari untuk menghentikannya.

Dia masih tetap berlari. Aku masih tetap mengejarnya dan memanggilnya, agar dia berhenti.

"Heei!! Tunggu!!! Dengarkan aku duluu,"

Akhirnya, dia berhenti juga. Dia berhenti kemudian menatapku sampai aku berada di depannya. Rasa lelahku ini, membuatku tidak sadar, bahwa aku telah memegang lengannya, untuk memegangi ku karena kelelahan berlari.

"Tunggu..., Hufft..., Tunggu... Aku mau bicara...," kataku yang kelelahan ini.

"..."

"Aku ingin bicara padamu...,"

"Apa?" katanya santai sambil melihatku yang masih mengambil napas ini setelah berlari.

"Kenapa waktu itu kau mendorongku?"

"..."

Dia lama tidak menjawab. Dia menunjukkan wajah kebingungannya padaku. Namun, akhirnya dia pun membuka mulutnya untuk menjawab.

"Aku..., takut."

"Takut?"

Apa yang dia takutkan? Apakah wajahku terlihat seram? Apa bagaimana?


Dibaca ya chapter selanjutnya
Jangan lupa divote juga ya...

Meet The Guy At The Street [SaintZee] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang