1.4

354 40 1
                                    

Pruk Pov

"Aku..., takut,"

"Takut?"

Apa yang harus aku jawab. Jujur, aku bingung. Dia sangat lucu. Pipi tembemnya membuatku tidak bisa menjawab pertanyaannya. Keringat yang mengucur di kepalanya. Membuatku ingin menjilatnya. Karena, terlihat sangat enak. Caranya dia mengambil napas, sangat seksi. Sepertinya aku menyukainya.

"Hei? Jawab pertanyaanku,"

"Sebaiknya kita berbicara di rumahku,"

"Tapi, berikan aku minum,"

"Ok,"

Kami berdua pun pergi ke rumahku. Sesungguhnya, aku malu dengan keadaanku. Namun..., aku ingin mengenalnya lebih dekat.

"Ayo masuk,"

Kami berdua duduk lesehan dilantai yang hanya beralas karpet ini. Rumahku tidak memiliki lantai keramik dan sofa. Tidak seperti rumah-rumah milik tetangga.

"Ini rumahmu?"

"Iya,"

"Kenapa tidak beli sofa?"

"Mmm..., aku nyaman lebih nyaman duduk seperti ini,"

"Kau tinggal sendiri?"

"Mmm...,"

Aku ragu untuk menjawabnya. Kalau aku bilang aku tinggal dengan tiga orang anak kecil, aku takut dia tidak mau menemuiku lagi. Kalau aku bilang, aku tinggal sendiri, pasti dia akan lebih nyaman mengobrol denganku. Apalagi, kalau nanti kami berpacaran. Akan lebih leluasa melakukan seks di rumah ini.

"Iya, aku tinggal sendiri,"

"Oh, iya namamu siapa?" ucapnya sambil tersenyum. Oh tuhan, senyumannya. Senyumannya sangat manis. Rasanya ingin kugigit bibir itu sampai berdarah. Ingin kucium, sampai dia tidak bisa bernapas.

"Pruk,"

"Aku Saint," katanya sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan denganku. Saat aku membalas jabatan tangannya, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Tangannya sangat lembut, seperti kulit bayi. Telapak tangannya yang kecil, membuatku gemas ingin meremukkannya. Aku tidak ingin melepas tangan ini. Tapi, untuk sementara, tangan ini akan aku lepas. Aku harus bersabar. Aku yakin pasti akan kudapatkan dia.

"Kau tidak akan memberikanku minum?"

"Sebentar,"

Akupun ke dapur untuk mengambilkannya segelas air putih. Aku tidak punya apa-apa lagi selain itu. Makanya aku tidak menawarkannya pilihan minuman. Tapi, aku bingung. Gelas mana yang akan aku pakai untuk menyuguhkan minuman kepadanya. Meskipun hanya air putih, setidaknya gelasnya yang cantik. Akhirnya, aku memilih untuk menggunakan gelas milik adikku. Gelas plastik berwarna putih yang ada gambar barbienya. Maafkan aku Saint. Hanya ini yang kupunya. Yang terbaik.

"Ini," sambil meletakkan gelas berisi air putih itu di depannya.

Ia mengambil gelas itu, dan memperhatikan beberapa saat gelas tersebut. Kemudian, ia tertawa terbahak-bahak.

"Apa ini? Hahahahaha, kau sudah besar, tapi masih memakai gelas seperti ini?"

"Hanya itu yang kupunya,"

Sebenarnya cukup menyebalkan, mendengarnya mengatakan hal itu dan tertawa. Dia pasti tidak memiliki keadaan seperti ku. Jadi tidak tau rasanya, dikatai seperti itu.

Setelah dia tertawa, dia pun mengucapkan terima kasih dan mulai meminumnya.

"Terima kasih," katanya sambil tersenyum kemudian meneguknya.

Ini hal yang paling seksi diantara semua yang seksi. Saat dia minum, air yang jatuh dari celah mulutnya, membuatnya semakin seksi. Jakunnya yang terlihat saat dia meneguk, sangat berhasil membuatku ingin mencupangnya. Ingin aku buat cupangan sebanyak mungkin dilehernya.

Selesai dia minum, dia menyeka mulutnya menggunakan lengannya. Membuat lengannya sedikit basah. Dan itu membuatku tambah terpesona olehnya.

"Pruk, umurmu berapa?"

"Kau berapa?"

"Mmm... 21,"

"Aku...,"

"TUNGGU!" tiba-tiba omonganku dihentikan olehnya,

"Aku ingin menebak,"

"Hm,"

"Dari wajahmu, kau berumur... 19, lebih muda dariku,"

"..."

"Benarkan? Benar?"

"Salah,"

"Hmmm, 18?"

"Salah,"

"Hmmm..., 20?"

"Salah,"

"Hoi, terus berapa umurmu sebenarnya?"

"Apa aku terlihat semuda itu, sehingga kamu terus menurunkan angkanya?"

"Iya,"

"27,"

"HAH? 27? Waaah, wajahmu sangat muda sekali. Apa tipsnya memiliki wajah awet muda sepertimu?"

"Tipsnya adalah..."

"..."

"Berdoa pada tuhan, meminta kepadanya agar wajahmu diberikan keawet mudaan," jawabku sambil tersenyum.

Dia menunjukkan wajah kesalnya, yang menurutku lucu. Ingin aku mencubit pipinya itu.

"Aku pikir, kau lebih muda dariku, ternyata diatasku. Maaf P'"

"Iya, tidak apa-apa,"

Dia sangat ramah, lucu, dan baik. Sekaligus agak sedikit menyebalkan. Tapi, dia sukses membuatku suka padanya.

Tiba-tiba disaat kami sedang berbincang, ada telepon yang masuk dari hpnya. Aku langsung menghentikan omonganku, dan membiarkannya mengangkat teleponnya.

"Sebentar P'"

"Halo?"
"Halo, kau dimana?"
"Harusnya aku yang bertanya kepada kalian, dimana kalian?"
"Cepat kembalilah,"
"Hei, jawab aku dulu,"

Sepertinya dia ditunggu oleh teman-temannya. Dan aku yakin dia akan pamit untuk segera pergi.

"P' aku pergi dulu ya,"

"Baik, terima kasih sudah mau mengunjungi rumahku,"

"Iya, sama-sama. P' besok kalau aku ada waktu, aku akan kesini lagi,"

"Baiklah,"

"Oh iya, nomor teleponmu berapa? Atau id line?"

Bagaimana ini, aku tidak memiliki ponsel untuk menyimpan nomornya. Aku bahkan tidak punya id line itu. Apa yang harus aku katakan. Tapi, sebaiknya aku jujur saja padanya.

"Aku..., tidak memiliki ponsel,"

"Apa? P' ini sudah tahun 2020, bukankah harusnya kau memilikinya? Hp kan sudah menjadi kebutuhan,"

"Tapi...,"

"Yasudah, tidak apa-apa. Aku akan datang ke sini. Kau tidak akan pergi kan besok?"

"Tidak,"

"Baiklah, sampai nanti,"

Dia keluar dari rumahku, memakai sepatunya, dan terakhir melambaikan tangannya kepadaku. Aku berharap kau benar-benar datang besok Saint. Aku harap kita bisa bertemu lagi Saint. Aku berjanji akan menjadikanmu milikku Saint. Aku janji.

Dibaca ya chapter selanjutnya...
Jangan lupa, divote juga ya...

Meet The Guy At The Street [SaintZee] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang