"Aku...,"
"..."
"Aku memang..., berpacaran dengan Gawin juga Saint, t-t-tapi ini bukan kemauanku Saint," katanya kemudian menitikkan air mata.
"F-Fon," perasaan khawatir muncul saat ia menitikkan air mata, aku mengambil selembar tisu, dan ingin menyeka air matanya, tapi dia menepis tanganku.
"Aku memang jahat Saint! Ini semua bukan kemauanku! Hiks, aku memang jahat Saint!" dia terus berteriak menangis sambil menyalahkan dirinya Aku jadi, merasa bersalah kalau seperti ini. Sekarang, orang-orang menatap kami.
"Aku memang jahat Saint!"
"Fon,"
"Tinggalkanlah aku! Sudah tinggalkan saja aku! Kenapa kau masih disini!" dia terus berteriak-teriak seperti itu. Sementara orang-orang terus menatap kami berdua sambil berbisik hal tentang kami. Tiba-tiba, datang seorang bapak-bapak, terlihat dari tampangnya umurnya sudah 60 puluh tahunan.
"Nak, kalau kalian ada masalah, sebaiknya selesaikan di tempat lain, jangan disini, orang-orang terganggu dengan kalian," kata bapak-bapak itu.
"Aku minta maaf pak, aku akan segera keluar dari sini," kataku kemudian segera membawa Fon keluar dari tempat makan itu. Aku membawa Fon berjalan, mengarah ke asramanya. Namun, dia malah berhenti, dan terus berteriak-teriak kepadaku untuk meninggalkannya.
"Sudah! Tinggalkan saja aku! Kenapa kau masih disini! Hah?!"
"Fon,"
"Tinggalkan aku Saint! Tinggalkan!"
"Fon!" pada akhirnya aku berteriak padanya juga.
"Aku lelah Saint,"
"Berhentilah berteriak, mari kita pulang," kataku pelan, karena aku juga sudah tidak kuat melihatnya seperti ini.
"Saint..., aku minta maaf ya," katanya kemudian memelukku, dan menangis di pundakku.
"Iya, Fon. Besok kita akan bicarakan ini lagi ok?" kataku agar dia sedikit tenang. Ia mengangguk. Setelah itu, kami berjalan bersama ke asramanya.
Ini benar-benar melelahkan. Cukup membuatku merasa bersalah juga terhadap Fon. Aku tidak tahu, kejadiannya akan seperti ini. Kalau aku tahu, aku tidak akan menanyakan hal ini padanya. Meskipun begitu, aku masih tetap penasaran. Aku masih ingin menanyakan hal ini kepadanya. Tapi, aku akan tunggu sampai dia benar-benar siap untuk aku tanyakan lagi.
Keesokan harinya, aku sedikit terkejut tapi senang, melihat Fon sudah berdiri di depan gerbang asramaku. Aku tidak percaya ini. Rasa lelah yang aku rasakan tadi malam, langsung tergantikan oleh bidadari cantik yang berdiri di depanku sekarang. Entah, apa yang terjadi padanya, sampai dia mau menungguku lebih dulu.
"Fon?"
"Selamat pagi, sayang," kata-kata sayang itu cukup membuat hatiku meleleh.
"Pagi juga, sayang," balasku kemudian mengepat kepalanya.
"Ayo kita berangkat bersama ke kampus," ajaknya dengan semangat. Senyuman yang ia pancarkan membuatku bersemangat untuk menjalani hari ini.
"Fon, kenapa kau tumben sekali, menjemputku? Biasanya kan aku yang menunggumu,"
"Oooh..., aku tiba-tiba ingin saja menjemputmu, agar kau tahu betapa aku menyayangi dan mencintaimu,"
"Tidak perlu melakukan ini, aku sudah tahu kau menyayangiku dan mencintaiku," kataku kemudian mengepat kepalanya yang kecil itu lagi.
Ini benar-benar menyenangkan. Aku merasa benar-benar hidup saat ada Fon disisiku. Aku juga merasa sangat bahagia saat ada dirinya. Aku memang tidak salah pilih gadis. Semua kata-kata P'Pruk dan JJ itu tidak benar. Lihat saja sekarang, dia sedang menyuapiku dengan bekal yang ia buatkan untukku. Benar-benar romantis. Aku suka hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet The Guy At The Street [SaintZee] ✔️
Fanfiction(Gak usah dibaca. Ini ceritanya alurnya gak jelas gitu.) Pernahkah kalian membayangkan, bagaimana rasanya berpacaran dengan seorang pencuri? Sepertinya..., membahayakan. Ya itulah yang dirasakan oleh seorang mahasiswa bernama Saint, yang berpacaran...