CHAPTER 11

7.9K 345 77
                                    

Albi dan Ara berjalan keluar menuju ruang makan. Ara menahan ringisan akibat rasa perih pada kemaluannya. Namun bukan itu yang membuat Ara tampak tegang, itu karena sebentar lagi pasti tuan besar mempertanyakan apa yang terjadi dengan Albi dan Ara hingga Ara yang hanya seorang pelayan baru berani bergandengan tangan dengan tuan mudanya, bahkan kini diikutkan sarapan bersama dengan para majikannya.

Sudah pasti Ara akan menjadi bahan gosip oleh para pelayan dirumah ini. Ara jadi membayangkan bagaimana jika teteh ida mengetahuinya juga. Akankah teh ida akan menyesal dan malu karena sudah merekomendasikan Ara untuk menjadi pelayan dirumah ini. Ara sangat sedih membayangkannya.

Dan disanalah mereka berada, Tuan besar yang sudah duduk di kursi makan dan para pelayan berdiri di belakang beliau untuk melayani.

Ara hanya menunduk. Wajahnya sudah pucat pasi.

Sedangkan Albi begitu santai. Bahkan Albi menarikkan kursi untuk Ara.

"Duduk" perintah Albi.

Ara mengikuti perintah Albi, namun tetap tidak berani untuk sekedar melirik wajah tuan besar dan para pelayan.

Albi duduk disebelahnya menggenggam tangan Ara untuk menenangkannya.

"Jadi.. Apa yang harus kakek lakukan untukmu?." tanya kakek tiba-tiba.

"Hanya persiapkan pernikahanku dengan Ara secepatnya jika kakek ingin menyelamatkanku." Ucap Albi santai.

Sedangkan Ara syok mendengar jawaban Albi. Ara bahkan tidak sadar matanya sudah membola menatap Albi. Sampai Ia melihat mimik wajah tuan besarnya yang malah menyunggingkan senyum hangat atas jawaban ngawur cucu kesayangannya.

"M-maaf tuan muda, Sepertinya anda salah bicara." ucap Ara dengan nada bergetar bahkan matanya sudah berkaca-kaca.

Albi menatap Ara lalu berkata "Tidak. Aku tidak salah bicara Ara. Aku ingin secepatnya menikahimu."

"Tidak boleh tuan." Ara memberanikan diri menjawab.

Albi yang mendengar itu mulai terpancing amarah. Rahangnya mengetat. Genggaman tangannya pada tangan Ara ikut menguat.

"SIAPA YANG TIDAK MEMPERBOLEHKANKU! HA!!!" bentak Albi pada Ara.

Ara baru sadar apa yang sudah ia lakukan, dan ketakutan mulai melandanya. Sakit mulai Ia rasakan di pergelangan tangannya. Ara mulai meringis.

"Albi.. tenang dan kendalikan dirimu. Tidak ada yang tidak memperbolehkanmu. Lepaskan tangan Ara. Dia sudah kesakitan." ucap Tuan besar menenangkan cucunya.

Albi yang menatap tajam pada Ara mulai mengendurkan tekanannya pada pergelangan tangan Ara yang memerah bekas remasannya. Albi mengalihkan tatapannya pada kakeknya.

"Bagaimana jika 2 minggu lagi? Kakek akan mempersiapkan pernikahan yang megah untuk kalian." ucap kakek.

Albi menggeleng lalu berkata "Terlalu lama. Aku ingin menikah secepatnya di gereja. 3 hari lagi."

Kakek hanya bisa menghela nafas. Kalau cucunya sudah menginginkan sesuatu padanya sudah pasti harus segera Ia kabulkan.

"Baiklah.. untuk kebahagiaan cucu kakek, akan kakek persiapkan semuanya sesuai keinginanmu." ucap kakek sambil tersenyum pasrah.

Ara hanya menatap tuan besarnya dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana mungkin bisa dia akan dinikahi 3 hari lagi tanpa persetujuan dirinya. Dunia sudah gila.

Albi mengangguk puas.

"Lalu bagaimana dengan reyhan Al?" tanya kakek lagi.

"Reyhan tetap sahabat baikku kek. Dia dan keluarganya tidak terlibat sama sekali. Ini murni hanya dari Shelynya. Cukup buat Shely menyesal sudah mengkhianati aku."

ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang