CHAPTER 7

14.9K 460 7
                                    

Jam sudah menunjuk angka 04.00 pagi, Mata wanita itu perlahan mengerjap. Hanya 2 jam dia terlelap. Badannya serasa remuk redam, perih dan nyeri dikewanitaannya. Ara merasa sesuatu melingkupi tubuhnya. Saat membuka matanya dia terpaku, menyadari dirinya telah diperkosa oleh pria yang saat ini masih tertidur disamping memeluknya. Ara mengira apa yang terjadi tadi malam hanyalah mimpi buruk yang tidak akan menjadi nyata. Namun, rasa sakit di kewanitaannya menyadarkan dia bahwa apa yang terjadi tadi malam memang benar-benar dia alami, Dia... diperkosa.

Menggigit bibir bawahnya, ara menahan isak tangisnya. Perlahan dia menyingkirkan tangan kekar pria itu dari perutnya lalu menggeser tubuhnya. Berhasil lepas dari rengkuhan pria itu ara bergegas bangun lalu memunguti bajunya yang sudah koyak tak layak dipakai. Namun baru satu langkah dia berjalan, rasa nyeri itu menghampiri kewanitaannya lagi. Ara jatuh melantai tak kuat menahan perihnya, menangis tanpa suara, Ara membekap mulutnya sebisa mungkin agar pria brengsek itu tidak terbangun. Namun seolah usahanya sia-sia, tanpa disadarinya pria itu ternyata sudah terbangun sedari Ara lepas dari pelukannya tadi.

Pria itu sama juga dengannya, masih dalam keadaan telanjang. Tanpa sehelai kainpun yang menutupi. Dia berjalan menghampiri ara yang tengah duduk melantai. Tanpa mengucapkan apapun, Albi langsung menggendong ara menuju kamar mandinya.

"Jangan.. hiks.. ini sakit.." Larang ara dengan suara seraknya diselingi isak tangisnya. Albi hanya diam mengabaikan ucapan ara tetap menggendong Ara menuju kamar mandinya.

Albi mendudukkan Ara diatas meja marmer wastafel, kemudian Albi berjalan menuju freestanding bathtubnya, mengisinya dengan air hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Albi mendudukkan Ara diatas meja marmer wastafel, kemudian Albi berjalan menuju freestanding bathtubnya, mengisinya dengan air hangat. Setelah dirasa cukup, albi mematikan kran lalu kembali berjalan menuju Ara. Kedua lengan albi mengungkung ara, menatap tubuh ara dari ujung kepala sampai dengan kewanitaanya. Dengan hanya menatapnya saja kejantanannya sangat cepat merespon dan saat ini sudah mengembang tegak dan mengeras. Albi memejamkan matanya sejenak menghembuskan nafas perlahan lalu membuka kedua matanya lagi. Menatap mata ara yang sembab dan basah karena menangis. Albi akan menggendong ara lagi, namun tangannya ditahan ara. Ara menggeleng padanya.

"Ja-ngan.. ini Ss-sakit sekali.." sambil menunjuk area kewanitaannya. Ara berusaha memberi tahu albi. Namun, albi tetap mengacuhkannya, dia tetap menggendongnya. Ara mengernyitkan dahinya merasakan nyeri itu lagi. Melihat itu, albi malah tersenyum tapi hanya sekejab lalu albi mengembalikan raut dinginnya.

Albi memasukkan tubuh ara kedalam bathtub yang sudah terisi air hangat, dirinya menyusul masuk dibelakang ara. Albi menarik tubuh ara,lalu memeluknya dari belakang. Ara hanya bisa diam menahan perih, tak berani melawan karena tubuhnya sudah tidak bisa di ajak berkompromi. Dia kelelahan, tubuhnya sakit.

"Rilekskan tubuhmu. Jika tidak, itu akan bertambah sakit." Bisik albi di telinga ara.

Tangan albi mulai menyabuni tubuh ara. Dia mati-matian menahan gairahnya. Kejantanannya semakin mengeras, dan itu disadari oleh ara. Pantatnya seperti terganjal sesuatu yang besar, panjang dan... keras. Seperti sesuatu yang tadi malam telah memaksa memasuki tubuhnya. Ara menegang, menelan salivanya. Ara merasa takut dan gugup. Takut diperkosa lagi. Miliknya sudah sangat sakit. Ara hanya bisa berdoa semoga pria itu tidak melakukannya lagi.

"Kamu merasakannya kan? Dia kembali bangun. Dia membutuhkanmu, tapi.. akan kutahan." Bisik albi berusaha menenangkan ara. Ara yang mendengar itu segera menghembuskan nafas lega. Bulu kuduknya meremang saat Albi menyabuni kedua payudaranya. Nafasnya mulai memberat.

"Aku menyukainya." Bisik albi sengaja memainkan payudara ara. Ara menahan bibirnya agar tak mengeluarkan suara lenguhan. Tak tahan dengan itu, ara menahan tangan albi agar tak bergerak lagi.

"Jangan." Larang Ara dengan suara bergetar.

Albi tersenyum miring menyadari ara sudah terangsang dan berhasil menemukan titik sensitif ara. Lalu dengan gerakan tiba-tiba, albi menggendong ara, keluar dari bathtub itu. Kemudian berjalan menuju shower.

Albi menurunkan ara tepat dibawah shower, menyalakannya lalu kembali merengkuh tubuh ara. Beberapa detik berdiam diri, Albi sedikit merenggangkan pelukannya. Menatap manik mata ara. Tangan kanannya menangkup wajah ara.

"Aku baru merasakannya. Disini.. rasanya sangat menyenangkan." Ucap albi sambil menunjuk dadanya.

"Aku tidak mengenalmu. Tapi, dosa ini aku tidak akan pernah menyesalinya. Bencilah aku, Tapi Aku bersumpah akan memilikimu, kamu tidak akan pernah bisa lari dariku bagaimanapun caranya. Aku Albi bagaskara, Pemilikmu."

TBC

ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang