30. Homeschooling

91.4K 5.3K 903
                                    

200 komentar nanti malam update!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

200 komentar nanti malam update!!

Tara merebahkan tubuh Luvee di atas ranjang. Menatap mata gadis itu lekat-lekat.

"Ayo!" ajaknya.

"Tapi ... kita baru saja nikah," kata Luvee setengah menolak. Merasa pernikahan mereka baru seumur jagung. Akad bahkan belum mencapai 24 jam. Rasanya terlalu cepat jika melakukan hal yang lebih jauh.

"Agak aneh, apa kamu menyukainya?" tanya Tara.

"Enggak." Luvee menggeleng.

"Kok aneh? Harusnya kamu suka sekali."

Kriiing ... Kriiing ... Kriiing

Bunyi jam weker membinasakan mimpi indah Tara. Cowok itu mengumpat. Lagi-lagi dia memimpikan sebuah pernikahan dengan Luvee. Ya. Sejak Tara tahu wajah cantik Luvee, dia sering kali memimpikan Luvee dalam tidurnya. Cewek itu seolah enggan pergi dari pikiran Tara.

"Gue pikir ... dia cuma manis. Ternyata dia sangat cantik. Hmm ... gue jadi sering mimpiin dia." Tara mengacak rambut. Dia cepat-cepat memasuki kamar mandi, lalu keramas.

Setelah selesai mandi, Tara keluar dengan hanya memakai selembar handuk yang terlilit di sekeliling pinggangnya. Selembar handuk lagi menggantung di lehernya. Walaupun hobinya tidur, tapi Tara tidak pernah lupa berolahraga. Wajar jika dia memiliki tubuh atletis.

Tara membuka pintu lemari, mengambil kaos singlet, celana dalam, kemeja putih, celana sekolah, dasi, lalu jas almamater. Dipakainya satu per satu.

Saat ia hendak meraih tas ranselnya, Tara terhenti. Melihat setumpuk buku Matematika yang ia kerjakan tadi malam. Dia tersenyum tipis. Hari ini, dia akan mempunyai kesempatan untuk bertemu Luvee, batinnya. Segeralah Tara mengambil buku itu, memasukkannya ke dalam tas, dan bergegas sarapan.

"Tumben, tas kamu kayak berat," sindir Nyonya Anita, mama Tara. Wanita itu sibuk menyiapkan makanan di atas meja.

"Iya nih. Namanya juga pelajar," sahut Tara santai.

Nyonya Anita menggeleng heran. Kelakuan putranya itu bahkan tidak bisa dimengerti.

"Ayo sarapan! Entar keburu telat lho." Nyonya Anita mengingatkan.

Tara segera sarapan bersama mamanya. Akhir-akhir ini, bocah itu jarang bangun terlambat. Bagi Nyonya Anita, anaknya itu sekarang malah terlihat begitu bersemangat pergi ke sekolah.

"Ma, aku berangkat dulu ya." Tara mencium tangan Nyonya Anita, lalu bergegas pergi. Tak sabar ke sekolah hanya untuk sekadar menyapa Luvee.

Ya. Tara hanya sekelas dengan Luvee pada jam kelas malam. Dari pagi hingga sore, cowok itu berada di ruang kelas yang cukup jauh dari ruang kelas Luvee, yang membuatnya terkadang ada rasa rindu. Terlebih, kelas malam hanya diadakan seminggu tiga kali.

Sesampainya di sekolah, Tara langsung menuju loker. Ada seragam baru yang ia beli kemarin. Namun, dia tercekat. Di dalam lokernya ada sekotak bulpoin di antara tumpukan coklat.

"Aneh. Biasanya nih loker isinya coklat doang. Lha ini ada yang ngasih bulpoin. Kreatif banget cewek jaman sekarang," batin Tara. "Tau aja kalau gue lagi butuh pulpen."

Tara memasukkan sekotak bulpoin itu ke dalam tas. Kebetulan dia tak membawa bulpoin setiap hari. Kalau di rumah, mamanya memang menyediakan 20 box bulpoin untuk putra kesayangannya. Paham betul kalau putranya itu diam-diam suka belajar.

Kalau diingat-ingat lagi, satu-satunya cewek yang Tara ganggu perkara bulpoin hanya Luvee seorang. Tara tersenyum tipis. Kini dia tahu siapakah gerangan yang mengirim sekotak bulpoin itu di lokernya. Langkah kaki Tara segera menuju kelas Luvee.

"Oi ngapain lo berdiri di situ? Udah kayak patung gorila aja lo," tanya Bryan saat melihat Tara berdiri di ambang pintu kelasnya. "Masuk sini!"

Tara memasuki kelas Bryan dengan mata menyisir ke setiap sudut ruangan. Tak peduli dengan cewek-cewek centil yang menjerit kegirangan seraya mengamati wajah tampannya.

"Nyari siapa lo?" tanya Bryan lagi. "Gue ada di sini woi! Lo pikir, gue ini binatang gaib yang nggak bisa dilihat?"

"Gue nggak nyari lo," timpal Tara datar.

"Terus nyari siapa, wahai kebo anggora?"

"Gue nyari Luvee, wahai kloningan corona."

"Oooh kalau Luvee emang sudah nggak masuk sekolah dua hari ini," jelas Bryan.

"Nggak masuk sekolah?" Tara terlonjak. "Kenapa?"

"Karena gue bukan Pak Yogi."

Tara melotot, kesal dengan jawaban Bryan yang dinilai tidak nyambung.

"Ya iyalah. Kalau gue Pak Yogi, ya pasti gue tahu di mana tuh anak," kilah Bryan.

"Gue serius nanya Luvee di mana."

"Eh ciyeee mulai perhatian nih ye," goda Bryan sambil menaik turunkan alisnya.

"Apaan sih lo!" Tara meraih buku, lalu melemparnya ke arah Bryan.

"Eiiits nggak kena!" Bryan dengan sigap menangkap buku itu.

❤❤❤❤❤
Zaeem
Ig = zaimatul.hurriyyah
Senin, 13 April 2020

hurriyyahSenin, 13 April 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Trapped in the nightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang