1. Acara Kenaikan Kelas

245K 9K 561
                                    

Luvee tersenyum tipis. Dengan bangga ia duduk di deretan kursi terdepan saat acara kenaikan kelas. Memang Alexander Smart School selalu memperlakukan siswa-siswi terpintar seperti layaknya putra-putri raja. Sepuluh siswa yang berhasil meraih medali terbanyak dalam setahun, disediakan sofa deretan depan dengan berbagai hidangan yang tersaji.

"Aku akan menjadi siswi terbaik di sekolah ini," batin Luvee penuh keyakinan. "Aku akan menjadi legenda. Siswi dengan nilai terbaik sepanjang sejarah Alexander Smart School."

Luvee sangat percaya diri dengan kemampuannya. Tahun ini, dia berhasil meraih 9 medali emas, 5 medali perak, dan 3 medali perunggu dalam berbagai olimpiade yang ia ikuti, baik bertaraf lokal, nasional, sampai internasional. Tidak ada yang bisa mengalahkannya. Luvee memang terlahir jenius, ditambah dia rajin belajar.

"Bushet dah. Cewek baru gue badannya bau balsem kayak nenek-nenek." Bryan bercerita begitu heboh pada Daniel, cowok yang duduk di sebelahnya.

"Mending gitu. Daripada gue? Dideketin cewek yang bau kemenyan. Ada juga yang bau ketek," timpal Daniel tak kalah heboh.

"Gila! Mendingan lo suruh tuh cewek beli bedak ketek. Paling-paling harganya cuma dua rebuan."

"Ogah. Takutnya kalau nikah, bulu ketek tuh cewek melayang-layang kayak iklan sampo."

Luvee memutar malas kedua bola matanya mendengar percakapan antara Bryan dan Daniel yang ia nilai tidak penting untuk dibahas. Terlebih di acara sakral seperti saat ini. Luvee hanya heran, kenapa dua cowok pecicilan itu memiliki otak yang begitu cemerlang hingga bisa duduk di sofa deretan depan.

"Kosong?" tanya seorang cowok bertubuh tinggi sambil menunjuk sofa yang diduduki Luvee. Rezka, namanya.

Luvee mendongak, melihat cowok itu dengan mata yang enggan berkedip. "I-iya."

Luvee cepat-cepat menggeser tubuhnya hingga ia berada di tepi sofa. Cewek itu sama sekali tidak bisa berada di dekat cowok karena dia menderita Haphephobia, penyakit psikis di mana ia merasa tidak nyaman bila bersentuhan dengan orang lain terutama laki-laki.

Dari ujung sofa, sesekali Luvee melirik ke arah Rezka yang memiliki ketampanan hakiki. Rahangnya terlihat keras, kulitnya putih bersih, sementara tubuhnya begitu atletis. Rezka adalah visualisasi paling sempurna menurut Luvee. Hingga tak jarang cewek itu menjadikan Rezka sebagai objek kehaluannya.

"Eh geser dong!" perintah seorang cowok dengan salah satu tangan yang tersimpan di saku celana. Cowok itu baru datang ke sekolah, terlihat dari rambutnya yang masih basah sehabis keramas. Namanya, Tara.

Lagi, Luvee mendongak, melihat Tara yang kini berdiri di hadapannya. Cowok itu merupakan the most wanted di Alexander Smart School. Wajahnya bahkan menjadi cover majalah sekolah karena para siswi anggota OSIS sepakat bahwa Tara adalah cowok yang paling tampan. Dan ketampanannya dinilai patut untuk diabadikan di cover majalah sekolah.

"Ini kosong kok," kata Luvee menunjuk space kosong di antara dirinya dan Rezka.

"Gue nggak mau duduk di tengah. Gue mau senderan," bantah Tara.

"T-tapi ...."

"Minggir nggak?" Tara melotot.

Luvee meneguk ludah. Terpaksa, dia bergeser ke tengah. Membiarkan dirinya berada di antara dua cowok tampan idola sekolah.

"Tenang, tenang. Aku bisa duduk di sini dengan tenang. Selagi dua cowok di sampingku, nggak nyentuh aku, aku nggak bakal pingsan. Tenang." Luvee menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya.

Luvee mulai merasa tidak nyaman berada di antara Rezka dan Tara. Keringat dingin mulai berjatuhan di keningnya. Sedari tadi tangannya mencengkram ujung rok untuk mengurangi rasa cemas dan takut yang ia rasakan. Luvee hanya berharap bisa duduk di sofa itu sampai acara selesai.

Trapped in the nightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang