Besok nggak janji bisa update guys. Karena author sibuk menyusun laporan
❤❤❤❤❤
Sebelum Thalia dan teman-temannya mencapai garis finish, mereka melumuri wajah dan pakaian dengan debu dan daun-daun kering, merencanakan cerita palsu agar mereka tidak disalahkan oleh panitia camp atau kepala sekolah saat datang tanpa Luvee.
"Pak! Tolong kami, Pak!" teriak Della berlarian ke arah panitia camp di garis finish. Kebetulan di sana juga ada kelompok dua yang sudah sampai untuk beristirahat. Ada Tara juga Rezka.
"Ada apa ini?" tanya panitia.
Vivian menangis. Dia cukup pandai berakting. Cita-citanya adalah menjadi pemain sinetron. "Luvee hilang, Pak."
"Apa? Bagaimana dia bisa hilang?" para panitia terlonjak kaget.
"Tadi kami menyuruhnya tetap ikut di belakang kami. Tapi dia nggak percaya sama jalan yang kami ambil. Dia ngotot. Lalu keluar dari rombongan, Pak," jelas Linda. "Dia benar-benar keras kepala."
"Iya, Pak. Kami sudah mencarinya ke mana-mana tapi nggak ketemu," tambah Thalita.
Rezka spontan mencengkram kedua pundak Thalia. "Apa yang lo lakuin ke Luvee?"
"Apa maksud lo, Rez?" tanya Thalia berlagak bodoh.
Daripada marah, Tara segera menggendong tas ranselnya, memilih kembali memasuki hutan untuk mencari keberadaan Luvee.
"Kalau sampai ada apa-apa sama Luvee, gue nggak bakal maafin lo dan kalian semua!" Rezka melotot pada Thalia, Della, Linda, lalu pada Vivian.
Tara berlari, menembus semak belukar untuk mencari Luvee. Dia berteriak-teriak memanggil nama cewek itu. Tapi tak ada sahutan. Meskipun tidak ada harimau atau singa di hutan itu, tetap saja ada binatang buas lain seperti ular, biawak, dan buaya. Cukup berbahaya. Terlebih, Luvee sendirian di dalam sana.
"Luvee? Luvee?" panggil Tara.
Tak lama setelah Tara masuk, Rezka menyusul, mencari jalan sendiri untuk menemukan Luvee.
Hari semakin sore. Terik panas matahari tak lagi menantang, berganti sinar hangat yang menembus celah-celah dedaunan pohon pinus. Tara dan Rezka masih terus mencari, tak peduli kaki mereka sudah terasa sangat lelah.
"Luvee, lo di mana?" teriak Rezka.
Di tempat lain, Tara juga berteriak sambil tak jera mencari. "Luvee, apa lo dengar gue?"
"Aaarrgh!"
Suara teriakan yang samar-samar terdengar membuat Tara berlari ke sumber suara. Menyibak dedaunan hutan, menapaki bebatuan. Tidak ada siapapun.
"Luvee?" panggil Tara.
"Tara?" sahut Luvee.
"Luvee, lo di mana?" mata Tara menyisir ke sekeliling. Tidak ada siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in the night
Fiksi Remaja"Aku pernah hampir diperkosa saat SMP." -Naresha Luveeana Agatha- Luvee menderita Haphephobia, sebuah penyakit psikis, di mana dia akan merasa sangat tidak nyaman jika disentuh sedikit saja oleh orang lain, terutama laki-laki. Itu sebabnya Luvee mem...