Bagian 4

43 1 0
                                    

"Selamat pagi anak-anak."
"Pagi pak."
"Baik, saya mau absen kalian dulu, Asyiqa Nuralita."
"Loh pak, perasaan saya absen nomor dua, Andini tidak diabsen pak?"
"Sudah, kamu ke depan, dan bawa lembar kerjamu."
"Mampus." Syiqa menepuk jidatnya sendiri. "Mana lembar kerjaku." Syiqa kebingungan mencari lembar kerjanya.
"Kenapa pak Nadi nanyain lembar kerjamu?" tanya Rhea berbisik
"Nanti gue ceritain"
"Asyiqaaa" panggil Pak Nadi lagi
"I.. Iya pak, ini saya ke depan."
"Syiqa, kenapa belum selesai tugasnya?"
"Belum pak."
"Jawaban ini dapat di halaman berapa?"
"Halaman 06."
"Bagus. Anak-anak, kalian boleh keluar di jam bapak, kalau tugas kalian sudah selesai. Sekali pun, hari itu saya tidak masuk, atau ijin, tapi, kalau ketahuan guru lain, ya risiko ditanggung sendiri. Baiklah, lanjut ke materi selanjutnya.

OooooooooooooO

Kelasnya pak Nadi telah selesai lima belas menit yang lalu. Tapi, guru yang mengajar setelah pak Nadi, belum juga datang. Suasana kelas pun menjadi ramai.
"Woi Syiqa!" panggilan dengan nada berteriak itu keluar dari Eita. "Lo dicariin Dita."
"Hahahaha" teman se-genk Eita tertawa mendengarnya.
"Emang Dita siapanya Syiqa, Ta?"
"Pacarnya, eh lebih tepatnya adalah MANTAN pacarnya Asyiqa," sindir Eita. "Tapi, kata Dita, Syiqa itu yang ngejar-ngejar dia, Dita-nya si nggak suka." sindiran Eita semakin dalam lagi. Di sisi lain, Syiqa berusaha menahan amarahnya.
"Sabar, qa." Rhea berusaha menenangkan Syiqa, yang tengah menahan amarahnya itu.
"Ke kantin yuk, Rhe." Syiqa beranjak dari tempat duduknya. "Disini panas, aku mau beli es jeruk, biar tidak panas."
"Rhe, kenapa dia?" tanya Rinjani. Rhea hanya mengedikkan bahunya saja. Dia merasa, saat ini belum tepat untuk bertanya lebih dalam lagi kepada Syiqa.
"Mba! Panas nih. Es jeruk satu."
"Kenapa lo? Biasanya kalau kesini ceria."
"Bikin aja kenapa si mba!"
"Ya sudah. Nih es jeruknya. Loohh kalian kok telat kesininya?" Rhea dan yang lainnya baru saja sampai kantin.
"Qa, kenapa?" Syiqa tidak mempedulikan pertanyaan dari Rinjani.
"Mba, berapa?"
"Lima ribu saja Qa." Syiqa membayar minumannya, dan beranjak pergi. Rinjani berusaha menahannya, tapi Rhea menahan Rinjani lebih dulu.
"Sudah Rin, biar dia pergi. Mungkin dia lagi mau sendiri." Rhea berusaha mencairkan suasana. "Mba, Es teh satu ya."

"Rhea," Risa menghampiri Rhea di kantin. "Nanti, habis makan, kita kumpul sebentar ya, Rhe."
"Oh ya, ini sudah selesai kok, Ris," mendengar ajakan Risa, Rhea berusaha menghabiskan minumannya. "Maaf guys, duluan ya." Rhea pamitan sama teman-temannya.
"Ya, have fun, Rhe."
"Rhea sibuk ya, Rin."
"Iya, waktunya buat kita ngobrol jadi sedikit."
"Makanya, ikut ekskul." mba kantin berusaha mencairkan suasana.
"Aku tuh males mba, paginya sudah lelah, ditambah sore ikut begituan," Rinjani meneguk es jeruknya. "Tambah lelah mba, mending tak buat jualan."

OooooooooooooooO
"Rhea."
"Ya pak," sekembalinya Rhea dan teman-temannya dari kantin, pak Nadi ternyata sudah menunggu Rhea sejak tadi. "Maaf, bapak menunggu saya sejak tadi?"
"Oh tidak, baru lima menit saya nunggu kamu," Rhea kaget mendengarnya. Setahu Rhea, dia tidak ada janji atau masalah sama pak Nadi. "Ikut saya ke kantor ya" Rhea berjalan di belakang pak Nadi. "Jadi begini Rhe, besok ada jam saya kan?"
"I.. Iya pak."
"Besok saya agak telat, kayaknya satu jam pelajaran, jadi besok sampaikan ke yang lain, kerjakan tugas halaman enam belas ya."
"Tapi, ketua kelasnya kan bukan saya pak."
"Kamu tidak mau menerima amanah saya?"
"Ya.. Iya mau pak, cuma kan ada ketua kelasnya pak."
"Tapi saya mau memberikannya ke kamu."
"Ya pak, saya akan sampaikan." setelah Rhea menerima tugas dari pak Nadi, dia pun kembali ke kelas. Karena tugas itu dilaksanakan besok, jadi Rhea berniat untuk menyampaikannya besok juga.
"Ada apa Rhe?"
"Tadi pak Nadi memberi tugas buat besok. Kerjakan halaman enam belas."
"Yasudah, kerjakan sekarang aja."
"Jangan dulu-lah Nis, kan perintahnya besok." Eita terlihat samar-samar tengah mendengar pembicaraan Rhea dan teman-temannya.
"Pak Nadi besok ada tugas ya Rhe?"
"Iya. Halaman enam belas. Tapi beliau mintanya besok."
"Yasudah tak buat sekarang aja, biar besok aku dikira anak rajin, dan bisa jajan di kantin duluan deh."
"Ya, terserah kamu." Rhea dan yang lainnya kembali ke tempat duduknya.
"Kamu yakin, mau buat tugasnya besok?"
"Yakinlah, kamu lupa, kalau pak Nadi tipe orang yang menempati janji, Rin?"
"Iya juga."
"Kita buat akuntansi aja ya." ajak Rinjani ke teman-temannya.
"Loh, kalian kok buat akuntansi? Yang benar, itu tugas geografi apa akuntansi?"
"Kalau yang lo dengar tadi, itu tugas geografi, tapi itu buat besok."
"Oohh, akuntansi ada tugas juga?"
"Nggak ada."
"Ooohh."
Syiqa sepertinya masih dalam keadaan marah. Terlihat dia sedari tadi diam saja, walaupun ada Rhea di sampingnya.
"Rin, ngerjain akuntansi bareng yuk?"
"Oh iya Rhe, ada PR ya, kan?"
"Aku duduk situ ya?" selain mau buat akuntansi, Rhea sebenarnya juga mau menghindar dulu dari Syiqa, kan ngga enak juga, duduk di sebelah orang yang sedang marah.
"PR yang mana?" tiba-tiba Syiqa sudah duduk di sebelah Rhea.
"Astaghfirullah! Bisa ngga si, ngga ngagetin Qa?!"
"Kalian si, biasanya buat disana juga."
"Ya kamunya lagi marah, jadi kita ngga enak juga." jelas Rhea.
"Sudah, buat Qa," Rinjani memang paling bisa melerai mereka berdua.
"PR yang mana si Rin?"
"Yang halaman tiga belas loh, Ki"
"Ooh, ini mah cuma materi aja Rin, tinggal copas yang ada di materi."
"Ya tinggal copas, kalau ngga dibuat, terus tiba-tiba bu Aini datang nanyain tugas, dan kita belum buat. Jadi.. "
"Stop, sekarang buat." Syiqa menghentikan bicaranya Rinjani
"Ah kamu ngga asik Qa, tunggu Rinjani berbusa dulu, baru di hentikan." Kiki protes
"Sialan lo."
"Hahahahahaha."
'Under-dog' adalah julukan anak kelas IPS Satu. Isinya murid 'buangan' dari kelas satu. Awalnya Rhea senang dimasukkan ke IPS satu, karena dibayangannya, IPS satu itu anaknya pintar-pintar, eh malah kenyataannya dijuluki 'Under-dog'. Karena isinya murid yang suka bolos, tidur, dll.
"By the way busway guys, Syiqa sudah ngga marah lagi."
"Jangan bahas itu lagi Rhe, nanti aku badmood lagi."
Hehehe, bercanda Qa."
Syiqa dan teman-temannya melanjutkan tugasnya. Mereka memang masuk di kelas ''Under-dog', tapi mereka berusaha untuk menunjukkan bahwa, masih ada yang rajin di kelas 'Under-dog' itu.
"Rin, aku nyontek ya?"
"Hahh, kamu ngomong apa Ta?"
"Aku nyontek PR akuntansi." Rinjani dan teman-temannya kaget mendengarnya. Syiqa memberi tatapan seolah, dia nggak mengijinkan Rinjani memberikan hasil kerjanya.
"Mbaaa, yang disini bukan cuma Rinjani doang, masih ada yang lain," sindir Syiqa "Yakin, minta ijinnya cuma sama Rinjani?"
"Gue nggak ngomong sama lo, ya."
"Heh! Ini tugas, yang buat kami. Enak aja lo mau nyontek gitu aja." suara Syiqa semakin meninggi, membuat suasana kelas menjadi panas.
"Sudah-lah, nggak jadi Rin." Akhirnya, kelas kembali seperti semula.
Sejak Eita membahas mantan pacarnya, Syiqa lebih sering emosi, saat bicara dengan Eita.

RASA (Ternyata Bukan Mereka, Tapi Kalian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang