19

23 1 0
                                    

Malam ini, gue ikut kember yang diadakan sama sekolah gue. Gue ngga dipilih jadi peserta si, tapi gue mau hadir aja, eit, bukan hadir secara resmi, melainkan secara diam-diam. Sejujurnya, gue menunggu acara ini, karena membuat dia malu, adalah tujuan gue disini. Gue berangkat lebih awal, karena mungkin, masih sedikit orang yang datang. Sial, ketua OSIS sudah ada di depan gerbang.
"Nang, bantuin aku nyusun tikar."
"Ok."
Bagus, akhirnya dia pergi dari situ, ini saatnya gue masuk.
Eita masuk ke sekolah dan berjalan ke sudut timur sekolahnya. Dia akan menunggu teman-temannya disana, karena tidak akan ada siswa yang berani ke tempat itu, gelap! Dan mitosnya, banyak setannya.
Malam telah tiba, lampu-lampu sekolah mulai dinyalakan. Anak-anak sudah di pertengahan acara. Tetapi, api unggun belum dimulai.
"Kita mulainya kapan bos?"
"Tunggu sampai acara api unggun dimulai, paling bentar lagi." Eita dan teman-temannya masih mengawasi dari tempat yang gelap itu.
"Baiklah teman-teman, kita ke lapangan yuk. Api unggun akan dimulai." ketua OSIS mengajak yang lainnya berjalan menuju lapangan bola sekolahnya.
"Siap-siap. Kita ke transitnya."
"Dimana bos?"
"Ikuti gue aja."

-----------------------------------------------------------------
"Selamat malam teman-teman."
"Malam juga."
"Kita sudah berada di acara inti nih, mari kita bersenang-senang dalam acara api unggun ini." peserta kember pun menikmati jalannya acara api unggun tersebut. Setiap kelompok menampilkan pertunjukkan yang berbeda-beda.
"Rhe, temenin gue ke kamar mandi."
"Ah elo, acara lagi asik nih."
"Sudah di ujung."
"Punya mu ada ujungnya?"
"Bukan itu, sudah di depan pintu keluarnya nih."
"Hahaha."
"Puaass. Ayo ah, cepetan."
Mereka menyusuri gelapnya malam di sekolah, padahal hanya mau ke kamar mandi saja. Sekolah mereka penerangannya masih kurang, jadi masih ada sudut-sudut sekolah yang gelap.
"Aih, gelap sekali nih kamar mandi."
"Bodo amat lah, gue udah kebelet. Lo tunggu sini. Awas kalau lo ninggalin gue. Gue coret dari KP."
"Apaan tuh KP?"
"Kartu Pertemanan."
"Hahaha, sudah sana." Lima menit Rhea menunggu Syiqa, tapi dia belum keluar juga. "Woi lama banget, lo bikin konser di dalam?"
"Aish, bentar." Rhea berkacak pinggang menunggu Syiqa di luar. Dia melihat sekeliling sekolahnya. "Gelapnyaa, mungkin benar kalau sekolah itu banyak setannya." Rhea menajamkan penglihatannya. "Siapa tuh? Kayaknya gue hapal bentuk tubuhnya. Eita. Ya Eita. Dia ngapain disana."
"Woi, lihat ap.. " mulut Syiqa ditutup oleh Rhea.
"Ssssttt, lo lihat ke sudut sana deh."
"Eita."
"Siapa tuh?!" Eita menatap ke sumber suara, dilihatnya tidak ada apa-apa. "Sudah?"
"Sudah bos."
Syiqa dan Rhea masih bersembunyi di belakang tembok, sesekali Syiqa mengintip ke luar. "Apaan itu ya?"
"Kalian ngapain disini?"
"Astaghfirullah!!"
"Allahu laa ilaaha illallah.. "
"Heh. Ini aku, Adit."
"Adit. Ngapain disini? Ini kan acara intern." Rhea mengelus dadanya. "Bukan setan Qa. Cuma mirip. Hahaha." Rhea terkekeh mengatakannya. "Kenalin, dia Adit. Temen SMP ku."
"Halo, Adit."
"Syiqa."
"Ngapain kalian disini?"
"Kita sedang.. Sedang nyari udara seger aja."
"I.. Iya."
"Ya sudah, kembali yuk."
"Ok."

RASA (Ternyata Bukan Mereka, Tapi Kalian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang